Bebaskan Penyihir Itu

Keberangkatan Yang Kacau Balau



Keberangkatan Yang Kacau Balau

0Di Pelabuhan Area Longsong, Kota Tanpa Musim Dingin.     
0

Dua kapal beton berlabuh selagi para pekerja menurunkan kantung-kantung linen ke pinggir pantai, dan pejabat yang baru diangkat di Kementerian Pertanian sedang menghitung semua kantung itu. Seluruh pelabuhan dipenuhi dengan semangat, yang merupakan sebuah pemandangan yang langka di Benteng Longsong, karena kota ini masih mengalami efek dari Bulan Iblis yang berlangsung lama. Setelah diperiksa dan dihitung, benih-benih dalam kantung ini akan didistribusikan langsung kepada setiap petani.     

"Yang Mulia, benarkah benih Si Emas benar-benar dapat melipatgandakan hasil produksi gandum?" Petrov masih terdengar agak skeptis. "Bukankah itu berarti hasil panennya nanti dapat memberi makan semua orang di kota ini?"     

Barov juga pernah menanyakan sesuatu yang sama seperti Petrov kepada Roland. Bagi sebagian besar bangsawan, kelaparan yang terus-menerus adalah hal yang biasa terjadi di kalangan warga sipil. "Memberi makan semua orang adalah tanggung jawab dasar seorang penguasa wilayah. Kita hanya mengambil langkah pertama untuk memberikan contoh kepada penguasa wilayah yang lain. Ditambah lagi, itu bukan hanya karena kemurahan hatiku. Rakyat yang menderita kelaparan tidak akan bisa sepenuhnya mengabdikan diri mereka untuk bekerja demi pembangunan kota." jawab Roland.     

"Tetapi … ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Aku tidak tahu ada kota lain di kerajaan ini yang bisa melakukan hal yang sama seperti kita."     

"Benar, ini memang sebuah pencapaian yang luar biasa, tetapi kontribusiku hanya sedikit dalam hal ini. Semua ini, sebagian besar adalah hasil pekerjaan para penyihir, tanpa modifikasi yang dilakukan oleh Daun, tidak akan ada benih Si Emas."     

Petrov terdiam beberapa saat. "Mungkin kita benar-benar telah salah sebelumnya."     

"Apa maksudmu?" tanya Roland.     

"Kita memiliki sikap yang salah terhadap para penyihir." sahut Petrov sambil menghela napas dalam-dalam. "Sebagian besar bangsawan tidak peduli dengan propaganda gereja terhadap penyihir, tetapi kami masih membenci dan tidak mempercayai para penyihir, jadi tidak sulit bagi kami untuk mengikuti ajaran kekerasan dan kebencian yang disebarkan oleh gereja. Bahkan jika kami menggunakan keahlian para penyihir, kami memperlakukan mereka seperti budak … hanya Yang Mulia yang melihat nilai sesungguhnya yang ada pada diri mereka dan memperlakukan mereka seperti layaknya manusia. Ini adalah bagian yang paling luar biasa, para penyihir itu memang benar-benar istimewa."     

"Kalian tidak hanya mengabaikan nilai diri para penyihir, tetapi juga mengabaikan kekuatan rakyat jelata, yang sebenarnya bahkan lebih kuat lagi jika mereka semua bersatu. Penyihir ibarat alat perantara, dan ketika mereka bekerja sama dengan rakyat jelata, akan ada peningkatan besar dalam peradaban di suatu negeri." Namun, Roland tidak menyampaikan isi hatinya secara gamblang. "Kita masih bisa menebus waktu yang telah hilang terhadap para penyihir itu. Lagi pula, kita semua sama-sama manusia."     

"Yang Mulia, tangki pemanasnya sudah siap, dan Sang Pemenang sudah siap untuk berlayar," lapor seorang penjaga.     

"Suruh semua orang naik kapal. Aku akan segera ke sana." Pangeran menoleh ke arah Petrov. "Tim instruksi dari Kementerian Pertanian akan tiba siang ini. Mereka akan menunjukkan cara untuk menanam Si Emas. Mengenai konstruksi tambang, pertumbuhan populasi, pendidikan secara global, dan pembangunan pabrik, kita sudah membahas cukup banyak dalam pertemuan tempo hari. Cukup ikuti rencananya dan cobalah untuk mengatasi masalah yang kamu alami sebelum bertanya kepadaku," kata sang pangeran sambil menepuk bahu Petrov. "Aku mempercayakan kota ini di tanganmu. Jika kamu bekerja dengan baik, kamu tidak hanya akan menjadi pejabat eksekutif di Area Longsong selamanya, kamu akan mendapatkan yang lebih baik lagi."     

"Aku tidak akan mengecewakan Anda, Yang Mulia." jawab Petrov sambil membungkuk.     

Roland naik ke kapal dan memerintahkan untuk segera berlayar. Mengikuti suara peluit yang panjang, Sang Pemenang perlahan-lahan meninggalkan pantai dan berlayar menuju Area Perbatasan.     

*******************     

"Sudah berapa banyak kapal botak yang ada di Kota Perbatasan?" tanya Joe sambil berdecak kagum. "Semua kapal itu datang dari sana!"     

"Sekarang kota itu disebut dengan nama Area Perbatasan. Bukankah Yang Mulia sudah mengatakan bahwa kita semua adalah bagian dari kota yang sama sekarang?" sahut Si Gigi Ular sambil mengerutkan mulutnya. Joe menjuluki kapal itu dengan nama 'Kapal Botak', itu adalah julukan bagi kapal yang tidak memiliki layar. Tetapi Si Gigi Ular sendiri lebih suka menyebutnya sebagai kapal beton. Badan kapal yang berwarna abu-abu tampak seperti sebuah tempat tidur raksasa, kapalnya bahkan tidak bergerak sedikit pun ketika para penumpang berlarian mengitari dek kapal. "Apa nama kota yang baru itu?"     

"Kota Tanpa Musim Dingin," jawab Si Cakar Macan.     

"Siapa yang peduli apa nama kota yang baru itu? Itu tidak ada hubungannya dengan kita." Joe berseru dengan penuh semangat. "Kamu akan naik perahu seperti ini ke Kota Perbatasan, bukan? Pastikan untuk mencari tahu mengapa kapal itu bisa bergerak tanpa dayung dan apa kabut putih dan kabut hitam yang menyembur dari kedua tiang itu!"     

"Pertanyaan ini yang benar-benar tidak ada hubungannya dengan kita," pikir Si Gigi Ular. "Setidaknya pembangunan kota yang baru itu akan memberi semua orang lapangan pekerjaan."     

"Apakah kamu benar-benar berencana untuk tetap pergi ke sana?" Si Bunga Matahari tampak sedih. "Jika kamu harus bekerja sebagai tukang di mana pun kamu berada, mengapa kamu memilih untuk pergi ke sebuah tempat yang asing?"     

"Karena kita akan mendapatkan tambahan 1 keping perak lagi," kata Si Cakar Macan sambil tertawa. "Kita bisa mendapatkan 6 keping perak jika kita tetap tinggal di sini, tetapi kita akan mendapatkan 7 keping perak jika kita pergi ke Kota Perbatasan. Jika kami bisa bekerja di salah satu kota itu, jelas kami akan memilih upah yang paling banyak."     

"Aku tidak bertanya kepadamu." Si Bunga Matahari memutar kedua bola matanya ke arah Si Cakar Macan dan mengalihkan pandangannya ke arah Si Gigi Ular.     

Entah mengapa, tiba-tiba Si Gigi Ular merasa sedikit bersalah. Setelah pembangunan Kota Tanpa Musim Dingin, sang penguasa menepati janjinya, dan pemberitahuan perekrutan yang tidak terhitung jumlahnya tiba-tiba muncul di alun-alun. Namun, mantan anggota Tikus memiliki pilihan pekerjaan yang sangat sedikit, yang sebagian besar menjadi tukang dan pekerja magang, dan mereka ditawari upah yang lebih rendah daripada pekerjaan yang lain. Meski demikian, ini masih lebih baik daripada kehidupan mereka sebelumnya - tentunya jika upah mereka benar-benar dapat dibagikan tepat pada waktunya.     

Si Gigi Ular memberi tahu teman-temannya bahwa ia akan pergi ke Kota Perbatasan dengan upah yang lebih tinggi, tetapi yang sebenarnya ia inginkan adalah berada lebih dekat dengan Paper. Menghadapi tatapan mata Si Bunga Matahari, Si Gigi Ular memutuskan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya dan berkata, "Alasanku pergi ke sana … sama dengan Si Cakar Macan."     

"Apakah kalian akan kembali ke Longsong?"     

"Priiiit … prittt …" Tiba-tiba, peluit kapal mulai meraung di pelabuhan, dan sebuah bendera merah mulai dikibarkan.     

"Sekarang giliran kita untuk berangkat, ayo cepat!" Si Cakar Macan meraih tangan Si Gigi Ular dan menyeretnya ke arah pelabuhan.     

Kerumunan di belakang mereka juga mulai bergerak ketika peluit kapal berbunyi. Ketika mereka memasuki area inspeksi keamanan, Si Gigi Ular merasa seolah-olah ia sedang terseret oleh gelombang massa. Si Gigi Ular memegangi kopernya di depan dadanya dan terus menatap ke belakang, tetapi ia tidak bisa melihat Si Bunga Matahari atau Joe di antara lautan orang yang begitu banyak.     

Beberapa petugas berseragam hitam sedang memeriksa tiket di ujung antrian. "Siapa namamu? Kamu ditugaskan ke grup mana? Perlihatkan berkas-berkasmu!"     

Si Gigi Ular tiba di ujung antrian setelah Si Cakar Macan. Si Gigi Ular mengambil selembar kertas yang sudah kusut dari sakunya dan menyerahkannya dengan hati-hati kepada si petugas. "Namaku Si Gigi Ular, aku Tim Konstruksi Kelima dari grup Bendera Merah …."     

Petugas itu mengabaikan ucapan Si Gigi Ular, ia memeriksa tiket dan berkas-berkas milik Si Gigi Ular, dan mengembalikan semua berkasnya ke Si Gigi Ular. "Kapalmu ada di sebelah kiri. Selanjutnya!"     

Si Cakar Macan sudah menunggu Si Gigi Ular di pintu masuk kapal. "Mereka tidak meminta suap dari kita. Itu sangat luar biasa."     

"Benar juga … mereka tidak meminta uang suap." Si Gigi Ular melipat berkas-berkas miliknya, memasukkannya kembali ke dalam sakunya, dan mengamati pelabuhan untuk mencari teman-temannya.     

Ketika kapal beton itu membunyikan peluitnya dan perlahan-lahan berlayar menjauh dari pelabuhan, Si Gigi Ular akhirnya melihat teman-temannya di sebuah tangga batu - Si Bunga Matahari sedang melambai-lambaikan jaket Joe, sementara Joe sedang berjongkok di belakang Si Bunga Matahari.     

Si Gigi Ular juga melepas jaketnya dan melambai-lambaikannya dengan penuh semangat, ia mengabaikan tatapan bingung dari para penumpang lainnya.     

Pandangan mereka akhirnya bertemu sekali lagi.     

"Jaga diri kalian baik-baik!" seru Si Gigi Ular. Teman-temannya juga sepertinya mengatakan sesuatu, tetapi suara mesin kapal yang meraung meredam suara mereka.     

Si Bunga Matahari berlari mengikuti kapal itu di sepanjang pantai untuk beberapa lama, tetapi kapal itu segera menjauh dan menghilang dari pandangannya.     

Sampai saat-saat terakhir sekalipun, Si Gigi Ular masih belum memberikan jawabannya kepada Si Bunga Matahari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.