Bebaskan Penyihir Itu

Tidak Ada yang Bisa Melarikan Diri



Tidak Ada yang Bisa Melarikan Diri

0Dalam sekejap, kepulan debu dan abu muncul dari jalanan. Begitu suara 'Dor! Dor! Dor!' tembakan terdengar, musuh berhenti dan tewas di tempat dan gerombolan itu seolah-olah meledak menjadi gumpalan darah. Hujan peluru yang lebat seolah-olah membentuk dinding yang tidak terlihat yang menghalangi majunya para prajurit musuh.     
0

"Yeaa! Bagus sekali!"     

"Mati kalian, dasar monster, matilah kalian!"     

Nail mengepalkan tangannya dengan gembira. Percikan darah bermuncratan dari baju zirah musuh saat mereka dibombardir oleh senapan mesin besar. Dibandingkan dengan revolver, senapan mesin besar ini jauh lebih efisien dan kuat untuk merobohkan musuh dalam sekejap. Senjata ini mampu membunuh seorang prajurit hanya dengan 1 tembakan ke kepala atau dada musuh, dan senjata ini juga dapat dengan mudah menyebabkan cedera parah pada anggota tubuh. Sedangkan revolver nyaris tidak bisa menghentikan musuh yang menyerang, terutama jika musuh dalam pengaruh Pil Berserk. Dan yang paling hebat dari senjata ini adalah, tidak ada jeda antara setiap tembakan. Kemungkinan besar senapan mesin ini akan mengenai sasarannya meski ada beberapa tembakan yang meleset dari sasaran.     

Kepulan asap putih keluar dari moncong senapan mesin dan melayang ke udara setelah suara tembakan itu mereda. Setelah menyadari bahwa mereka tidak dapat bersaing dengan senapan mesin itu, prajurit musuh mundur dengan panik, dan meninggalkan banyak mayat rekan-rekan mereka di belakang. Mereka yang menderita luka-luka kritis dari peluru itu berbaring di tanah sambil mengerang dan meratap, mereka benar-benar telah kehilangan kemampuan untuk bertarung, apa lagi untuk bisa menyeret tubuh mereka dan melarikan diri. Nail melihat teror ketakutan di mata mereka.     

"Angkat senjata kalian!" Pemimpin tim Nail berteriak dengan keras.     

Mengingat rekannya yang terbunuh dan terpotong tepat di depan matanya, Nail dengan semangat mengangkat senapannya tanpa ragu sedikit pun.     

Pasukan Yang Mulia Roland akhirnya bisa berbaris maju setelah jalanannya dibersihkan dari mayat yang bergelimpangan dan juga puing-puing.     

Ketika 5 pasukan komando itu tiba di gerbang istana, mereka segera mengelilingi gerbang itu seperti yang telah diinstruksikan selama pelatihan, sementara pada saat yang bersamaan mereka juga memantau pergerakan musuh di jalan-jalan. Untuk mencegah serangan mendadak dari musuh, pasukan yang bertanggung jawab untuk merebut pusat kota dibagi menjadi 3 regu. Setiap regu akan berbaris di sepanjang salah satu dari 3 jalan utama dan berfungsi sebagai regu pelindung untuk regu yang lain. Dengan begini, Tentara Pertama dapat bertahan melawan musuh yang datang dari segala arah.     

Namun, Nail memperhatikan bahwa pertarungan yang sebenarnya jauh lebih rumit dari pada pelatihan yang mereka jalani. Jalan Selatan dilahap api, dan mustahil bagi mereka untuk lewat ke jalan itu. Pasukan Nail sendiri terhalang oleh puing-puing batu yang berserakan saat pertempuran berlangsung. Sementara itu, para prajurit kewalahan dengan serangan balik yang mereka hadapi dari musuh, dan mereka benar-benar lupa untuk memantau sinyal bendera yang dikibarkan Nona Kilat di udara. Sebuah pasukan komando yang menjadi bagian dari ketiga regu itu tampak kewalahan dan mereka tidak tahu harus bergerak ke arah mana, dan suara tembakan dapat terdengar di mana-mana di pusat kota.     

Untungnya, mereka adalah regu pertama yang tiba di titik kumpul yang telah ditentukan.     

Satu jam kemudian, regu-regu lainnya juga sampai ke gerbang istana satu per satu, disusul dengan pasukan artileri.     

Balon udara milik Yang Mulia Roland sekali lagi muncul di atas istana. Ketika keempat bom yang dijatuhkan bersamaan ke istana membakar dinding taman dan gerbang besi hingga roboh ke tanah, penyerbuan terakhir ke istana itu dimulai.     

*******************     

"Yang Mulia, musuh sudah sampai di gerbang istana! Larilah dan selamatkan diri Anda!" Osborne, salah satu pengawal di istananya, memperingati Timothy dengan panik. "Tidak ada banyak waktu yang masih tersisa, Yang Mulia!"     

Timothy sedang duduk di samping tempat tidur di kamarnya, ia sama sekali tidak bergeming. Di kamar inilah ayahnya telah mencabut nyawanya sendiri bertahun-tahun yang lalu. Sekarang tampaknya kematian Timothy sudah dekat.     

Timothy telah merebut hak untuk naik takhta yang menjadi milik Pangeran Gerald - saingan terbesarnya, dengan cara menjadikan Pangeran Gerald sebagai kambing hitam atas kematian Raja Wimbledon III, dan dengan demikian, Timothy yang naik ke takhta menggantikan Raja Wimbledon III. Dalam waktu 1 tahun setelah menjadi Raja, Timothy berusaha menyatukan wilayah Timur dan Utara, ia mengusir Garcia, adik perempuannya, dari Kerajaan Graycastle dan dengan cepat Timothy menjadi orang yang paling berpengaruh di negeri ini.     

Timothy pikir hanya masalah waktu saja sebelum ia menaklukkan Wilayah Barat dan menyatukan seluruh Kerajaan Graycastle. Namun, Timothy tidak menyangka bahwa situasinya kini berubah menjadi lebih buruk. Situasinya berbalik secara tiba-tiba dan ia mengalami begitu banyak kekalahan sehingga Timothy benar-benar merasa tidak siap.     

Pertama, pasukan yang telah meminum Pil Berserk yang telah Timothy utus sebelumnya telah gagal melaksanakan misi mereka untuk menyerang dan menaklukkan Kota Perbatasan. Setelah itu, ledakan di Aula Kubah Langit semakin mengguncang kepercayaan diri Timothy.     

Dalam 3 hari, semua keunggulan yang dimiliki Timothy kini lenyap.     

Ketika Timothy menerima pesan dari mata-matanya yang berada Kota Air Merah, ia tidak pernah menyangka hanya ada waktu 3 hari baginya untuk mempersiapkan diri. Salju di Wilayah Utara masih belum mencair, dan masih terlalu dini untuk memulai wajib militer karena para petani saat ini sedang sibuk dengan pembajakan ladang mereka di awal musim semi. Timothy segera mengirim surat kepada salah satu Adipati baru di Wilayah Timur untuk meminta bantuan, tetapi ada kemungkinan Adipati itu kini baru menerima suratnya dan bahkan mungkin belum membaca isi surat itu.     

Pada akhirnya, Timothy terpaksa bertarung melawan musuh secepat ini. Timothy memang mendapat banyak bantuan dari para pejuang profesional termasuk pasukan kesatria di Kota Raja, para tentara bayaran, tim patroli, dan para penjaga dan pengawal milik kaum bangsawan lain yang ada di sekitarnya. Namun, yang membuat Timothy terkejut, tembok pertahanan Kota Raja yang menjulang tinggi yang ia yakini tidak akan bisa ditaklukkan semudah itu akhirnya runtuh pada hari pertama pertempuran melawan Roland Wimbledon.     

"Brengsek!" Timothy tiba-tiba menyambar tempat lilin yang ada di samping tempat tidur dan membantingnya dengan seluruh kekuatannya. "Dasar bajingan sialan … bagaimana mungkin kamu bisa mengalahkanku jika kamu tidak bekerja sama dengan para penyihir dan menyerahkan dirimu pada iblis?!"     

"Yang Mulia …." Osborne tidak bisa berkata-kata.     

"Benar, para iblis terkutuk itu!" Suara Timothy sedikit bergetar dan serak ketika ia berseru dengan penuh kegeraman. "Gereja tidak bisa membantu apa-apa! Gereja berjanji untuk membunuh para penyihir, tetapi mereka malah membiarkan Roland Wimbledon lolos! Jika bukan karena bantuan dari para penyihir, bagaimana Roland bisa membuat senjata api yang jauh lebih kuat daripada milikku? Siapa lagi yang bisa membuat Roland menyerang dari langit? Aku memiliki lebih banyak pekerja dan alkemis, dan aku ratusan kali lebih kaya dari pada Roland Wimbledon! Hanya ada satu penjelasan yang masuk akal: para iblis yang ada di neraka membantu Roland Wimbledon!"     

Terdengar 2 suara ledakan yang meledak di bawah istana, dan jendela kaca di kamar Timothy mulai bergetar. Timothy bisa mendengar suara-suara teriakan di luar kamarnya. Ini adalah upaya terakhir dari para pengawal istananya untuk menahan serangan musuh.     

"Tidak, aku tidak boleh mati sekarang!" pikir Timothy dengan geram. "Masih terlalu dini jika aku bunuh diri sekarang. Roland Wimbledonlah yang harus pergi ke neraka, bukan aku!"     

"Mari kita masuk ke terowongan rahasia." Timothy mencoba untuk bangkit berdiri, tetapi kakinya terlalu gemetar untuk menopang tubuhnya. Osborne melangkah masuk ke kamar dan meraih lengan Timothy untuk menopang tubuh sang raja.     

"Baik, Yang Mulia." Osborne merasa sedikit lega karena Timothy akhirnya mau melarikan diri. Osborne membopong Timothy di punggungnya dan meminta para penjaga di pintu untuk ikut bergabung dengan mereka. Mereka semua berjalan menuju ke terowongan rahasia yang ada di balik sebuah perapian.     

Terowongan rahasia itu memiliki sebuah pintu jebakan dan gerbang yang tidak bisa dibuka 2 kali. Setelah gerbang itu ditutup, pintu masuk terowongan akan terblokir secara permanen. Terowongan bawah tanah ini dipenuhi dengan Batu Pembalasan Tuhan dan perangkap-perangkap yang tersembunyi. Karena kerumitan struktur terowongan ini, Timothy belum memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi terowongan ini sepenuhnya. Mungkin saja terowongan ini bahkan sudah ada sebelum istana ini dibangun.     

Ketika rombongan Timothy tiba di sebuah ruangan yang besar di terowongan, Timothy memerintahkan agar mereka berhenti dan menyuruh semua orang untuk beristirahat sementara mereka menunggu kesempatan untuk melarikan diri.     

Meskipun terowongan itu memiliki banyak jalan keluar, dan memiliki 1 jalur terjauh yang menuju ke luar kota, masih sangat berisiko untuk keluar di siang bolong seperti ini. Timothy ingat dengan jelas bahwa Roland memiliki seorang penyihir yang bisa membawa bubuk mesiu terbang ke langit.     

Pilihan paling aman saat ini adalah menunggu sampai malam hari sebelum keluar dari terowongan ini. Mengingat terowongan ini sepenuhnya dipenuhi oleh Batu Pembalasan Tuhan, mustahil bagi para penyihir itu untuk menyelinap masuk ke dalam terowongan ini.     

"Yang Mulia, karena kita tidak akan berangkat sampai tengah malam nanti, silahkan Anda beristirahat di sini." Osborne mengeluarkan sebuah selimut yang ia bawa di balik pakaiannya dan membuka gulungan selimut itu di tanah.     

Timothy berbaring di atas selimut itu. Alisnya mengernyit ketika hidung Timothy mencium bau selimut yang lembab dan apak. Timothy sulit untuk terlelap karena ia merasa cemas dan khawatir memikirkan nasibnya.     

"Ke mana aku harus pergi selanjutnya? Ke Wilayah Utara atau ke Wilayah Timur?"     

Di sana ada kaum bangsawan yang mendukung Timothy di kedua wilayah itu, dan juga ada Adipati yang baru ditugaskan di sana… namun, apakah mereka akan patuh kepada Timothy jika mereka tahu bahwa Kota Raja telah dikalahkan?     

Atau … pergi meminta pertolongan kepada gereja?     

Begitu ide untuk meminta bantuan gereja terlintas di benak Timothy, pikiran itu berkembang ke mana-mana dan tidak bisa dilupakan begitu saja. Benar juga, semua bangsawan besar itu hanya batu loncatan saja bagi Timothy. Bahkan jika mereka mengetahui bahwa kini adiknya sendiri beraliansi dengan para penyihir, mereka pasti akan menyerah pada Roland jika diancam dan ditekan, sama seperti para bangsawan yang ada di Benteng Longsong. Namun Gereja … gereja mengklaim bahwa mereka tidak akan mentolerir 1 penyihir pun, dan mereka tentu saja tidak akan membiarkan ada seorang bangsawan yang mendukung penyihir dalam jumlah besar.     

Meskipun para bajingan gereja ini sombong dan bodoh, setidaknya mereka tidak sebodoh itu untuk memanfaatkan kekuatan iblis dan membiarkan iblis memperluas kekuasaan mereka di Kerajaan Graycastle.     

Jika Gereja dapat mendukung Timothy, ia rela mengorbankan kerajaan ayahnya demi mengalahkan Roland.     

Setidaknya … sampai Timothy bisa mengirim Roland Wimbledon ke tiang pancung dan menyiksa para penyihir sialan itu sampai mati, ia tidak akan pernah menyerah!     

Dalam cahaya obor yang redup, Timothy akhirnya mengambil sebuah keputusan.     

Setelah tengah malam, Timothy dan para pengawalnya melarikan diri dari Kota Raja melalui terowongan yang paling panjang menuju ke luar kota.     

Timothy dan para pengawalnya keluar dari terowongan itu dan mereka diam-diam berjalan menyusuri pinggiran kota. Namun, mereka bahkan belum menempuh jarak 1 kilometer ketika ladang yang ada di sekeliling mereka tiba-tiba menyala oleh ratusan obor!     

"Yang Mulia, lari …!" suara Osborne terhenti sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.     

Situasinya sudah sangat jelas. Musuh tampaknya telah merencanakan segala sesuatunya dengan baik jauh-jauh sebelumnya. Musuh meluncurkan taktik penyergapan yang sempurna dan mengepung Timothy dan para pengawalnya, serta menghalangi semua jalan keluar yang memungkinkan mereka melarikan diri.     

Timothy langsung terpaku, hatinya menciut. Timothy menyadari tidak ada jalan keluar baginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.