Bebaskan Penyihir Itu

Perubahan Drastis Di Wilayah Utara



Perubahan Drastis Di Wilayah Utara

0..     
0

"Apa?!"     

Calvin Kant, Penguasa Kota Evernight dan juga Adipati di Wilayah Utara berteriak kaget. Calvin Kant bangkit berdiri dan menatap utusan itu dengan tatapan tidak percaya, sampai-sampai ia menjatuhkan gelasnya dari meja. Cangkir itu menghantam lantai dengan suara keras, menghasilkan suara pecahan kaca yang berdenting.     

"Yang Mulia, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!" kata utusan itu lalu ia menundukkan kepalanya. "Sang pangeran pemberontak telah menerobos tembok pertahanan Kota Raja hanya dalam 1 hari. Bahkan raja Timothy sendiri tidak bisa melarikan diri. Aku rasa raja Timothy mungkin sudah mati saat ini."     

"Bagaimana … ini bisa terjadi?" gumam Calvin. "Itu adalah Kota Raja, kota yang memiliki sistem pertahanan yang hebat!"     

Dinding kota itu terbuat dari batu biru dengan tinggi lebih dari 54 meter dan dijaga oleh ribuan tentara yang dilengkapi dengan alat pelontar batu dan bubuk mesiu. Tidak ada yang bisa menembus pertahanan kota itu kecuali orang itu memiliki pasukan 20 hingga 30.000. Bahkan jika Pangeran Roland memiliki pasukan yang begitu besar, rasanya masih sulit dipercaya sang pangeran bisa merebut Kota Raja hanya dalam waktu 1 hari!     

"Pasukan Pangeran Roland memiliki senjata api yang tidak terkalahkan," kata utusan itu dengan suara bergetar. Suara utusan yang bergetar itu mungkin disebabkan oleh keletihan karena bepergian sepanjang malam atau mungkin karena ia mengalami syok setelah menyaksikan apa yang terjadi di medan pertempuran itu. "Senjata api milik Pangeran Roland bisa menembak terus-menerus tanpa jeda. Senjata mereka terlalu kuat untuk para kesatria dan pasukan raja yang sudah meminum Pil Berserk. Tidak ada yang bisa menghentikan pasukan Pangeran Roland. Siapa pun yang mendekati pasukannya akan mati atau terluka parah … Dibandingkan dengan senjata api milik pasukan Pangeran Roland, senjata api milik pasukan Raja Timothy hanyalah sebuah tongkat besi yang murah dan tidak berguna."     

Pikiran Calvin kosong. Seluruh dunianya terasa jungkir balik. Calvin merasa semuanya kini sudah berakhir.     

Calvin memang telah menerima perintah dari Timothy, yang mengharuskan Calvin mengirim pasukannya untuk mendukung pertempuran di Kota Raja. Sebagai Adipati baru dari Wilayah Utara, tentu Calvin harus mematuhi perintah raja dan setelah berdiskusi dengan para bawahannya, ia telah mengumpulkan 2.500 prajurit dengan memilih prajurit dari pasukan milik Keluarga Hawes Kepala Kuda, Keluarga Lista Rubah Salju dan keluarga Calvin sendiri. Pasukan ini berencana untuk berangkat ke Kota Raja setelah salju mencair dan tiba di Kota Raja dalam 2 hingga 3 minggu setelah Calvin menerima surat permintaan bantuan itu. Calvin tidak pernah menyangka bahwa pasukannya akan ketinggalan pertempuran di Kota Raja karena perang pengepungan sebuah kota biasanya bisa memakan waktu sampai berbulan-bulan.     

Pasukan Calvin sebagian besar terdiri dari para tentara bayaran dan warga sipil. Tidak banyak kesatria atau budak dalam pasukannya, karena musim pembajakan ladang akan segera dimulai. Namun, tidak peduli tentara macam apa yang telah Calvin kirimkan, ia terlanjur melakukan sesuatu untuk ikut melawan pasukan Pangeran Roland, dan dengan begitu ia akan dianggap bersalah karena ikut melakukan pemberontakan. Calvin Kant merasa ketakutan, sebentar lagi kehidupannya yang menyenangkan ini pasti akan segera berakhir.     

"Edith!" Tiba-tiba Calvin teringat akan putrinya yang cerdas. "Mungkin Edith bisa memikirkan sesuatu untuk menyelamatkan kami semua dari malapetaka."     

"Pergilah! Suruh putri sulungku datang ke ruanganku sekarang!" teriak Calvin kepada salah satu penjaga yang berdiri di sisinya.     

Edith segera masuk ke ruang kerja ayahnya, ia mengenakan pakaian ketat dan membawa sebuah pedang untuk berlatih. Rambut Edith disanggul ke atas, dan hidungnya dipenuhi butiran-butiran keringat. Edith sedang berlatih dengan pedangnya seperti biasa dan sekarang ia tampak terganggu. "Ayah, aku sudah memintamu untuk tidak menggangguku saat aku sedang berlatih."     

"Aku tahu aku telah berjanji seperti itu, tetapi saat ini kita dalam masalah besar!" Calvin langsung menceritakan apa yang telah dikatakan oleh utusan itu dan ia bertanya kepada putrinya, "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"     

Calvin memandangi putrinya, ia ingin mendengar putrinya bisa memberikan sebuah solusi. Edith Kant, putrinya yang dijuluki Mutiara Wilayah Utara yang paling cemerlang, tidak hanya memiliki kecantikan, tetapi ia juga seorang politisi dan ahli strategi yang sangat cerdas. Edith Kant telah memberikan kontribusi besar atas keberhasilan ayahnya yang awalnya seorang Earl menjadi seorang Adipati Wilayah Utara dan bahkan putra-putra Keluarga Kant sendiri tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Edith.     

Edith terkejut ketika ia mendengar bahwa Pangeran Roland telah menaklukkan Kota Raja hanya dalam waktu 1 hari. Lalu Edith dengan cepat tersadar dari rasa terkejutnya dan ia berkata dengan tenang, "Sekarang ayah mengerti mengapa aku tidak setuju untuk menikah dengan Timothy?"     

Calvin terkejut dan bertanya, "Apa kamu tahu Raja Timothy akan berakhir seperti ini?" Timothy memang sempat tinggal di Wilayah Utara setelah mengalahkan Adipati Ise yang memberontak dan seperti kebanyakan pria pada umumnya, Timothy juga menginginkan Edith Kant, Si Mutiara Wilayah Utara yang cantik itu. Tetapi Edith terus-menerus menolak hadiah-hadiah yang dikirimkan Timothy kepadanya. Sebagai ayahnya, Calvin merasa bingung dan ia bahkan menyalahkan Edith karena gadis itu menolak untuk menikah dengan Raja Timothy, karena jika Edith menikah dengan Timothy dan menjadi seorang ratu seperti yang diimpikan gadis-gadis lain pada umumnya, status Keluarga Kant akan meningkat dan kehidupan mereka akan lebih makmur dan terjamin.     

"Maksud ayah Kota Raja akan dikalahkan dalam 1 hari? Tidak, aku tidak menyangka soal itu." Edith membuka ikatan rambutnya dan membiarkan rambut hijau panjangnya tergerai. "Aku hanya merasa Timothy bukan orang yang tepat untukku."     

"Bukan orang yang tepat … lalu siapa orang yang tepat untukmu? Meskipun pemerintahan Timothy harus berakhir dengan singkat, ia masih menjadi raja Kerajaan Graycastle pada waktu itu!" gerutu Calvin dalam hati, tetapi ia tidak menyuarakan isi hatinya kepada putrinya. Calvin telah memutuskan untuk menyerahkan gelar Adipati kepada Edith, ia yakin putrinya akan membawa masa depan yang lebih baik bagi keluarga Kant, dibandingkan dengan 2 saudara laki-lakinya - itu jika Edith menolak untuk menikah dengan siapa pun.     

"Intinya begini," Edith membungkuk untuk mengambil beberapa pecahan gelas porselen milik ayahnya yang terjatuh tadi. "Pertama-tama, ayah harus segera memerintahkan pasukan kita untuk mundur."     

"Tetapi pasukan kita sudah berangkat ke Kota Raja selama 4 hari, dan aku tidak tahu rute mana yang mereka tempuh. Aku khawatir kita sudah terlambat untuk menarik mundur pasukan kita."     

"Tidak masalah," jawab Edith sambil mengatur pecahan-pecahan gelas itu untuk menandakan 3 lokasi yang berbeda dan berkata. "Ayah bisa mengirim seseorang ke Kota Lembah Dalam hari ini. Jika utusan itu berangkat sekarang dari sini, ia akan tiba di kota itu pada malam hari. Besok, utusan itu bisa naik kapal ke Kota Raja dan mencapai kota itu setidaknya 1 hari lebih cepat dari pasukan kita. Apa pun rute yang diambil pasukan kita, mereka akan sampai di jalan utama yang menuju gerbang utara Kota Raja, jadi jika utusan yang ayah kirim berjalan di arah yang berlawanan dengan pasukan kita, ia akan bertemu dengan mereka dan menghentikan mereka di pinggir Kota Raja."     

"Aku mengerti." Calvin menepuk-nepuk kepalanya dan berpikir, "Seharusnya aku bisa memikirkan solusi ini. Berita kekalahan Timothy datang dengan mendadak dan membuatku sangat terkejut, sehingga aku tidak bisa bereaksi dengan tenang." Lalu Calvin berkata, "Aku akan menulis surat itu sekarang! Bukan, aku akan mengirim seorang penjaga sambil membawa sebuah bukti untuk menyampaikan perintah untuk mundur. Pengawal!"     

Seorang pengawal datang untuk menerima surat perintah itu kemudian ia langsung pergi dengan cepat. Edith bertanya kepada ayahnya dengan perlahan, "Ayah, apa menurutmu kita bisa menahan serangan dari pasukan Pangeran Roland?"     

Calvin langsung bergidik memikirkan hal itu. Calvin tahu bahwa tembok pertahanan Kota Raja, yang 2 kali lebih kuat dan tebal dari tembok pertahanan Kota Evernight saja tidak bisa bertahan lama dalam menahan serangan senjata api yang kuat milik Pangeran Roland. Lalu Calvin menjawab putrinya, "Ayah rasa kita tidak akan bisa menahan serangan mereka."     

"Kalau begitu, tidak cukup jika kita hanya menarik mundur pasukan kita." sahut Edith sambil mengangkat bahu dan menambahkan, "Jangan lupa bahwa Timothylah yang menjadikan ayah sebagai Adipati di Wilayah Utara. Jadi wajar saja jika Pangeran Roland menganggap kita sebagai musuhnya dan hanya masalah waktu bagi Pangeran Roland untuk menyerang dan menghancurkan kita. Dalam keadaan seperti ini, kita harus lebih proaktif dalam bertindak."     

"Maksudmu aku harus berpihak kepada Pangeran Roland?" tanya Calvin ragu-ragu. "Tetapi bagaimana aku bisa membuat Pangeran Roland percaya padaku?"     

"Tunjukkanlah ketulusanmu, ayah." kata Edith dengan lembut. "Sebagian besar bangsawan yang mendengar berita itu pasti akan merasa terintimidasi oleh kemenangan Pangeran Roland atas Timothy dan mereka tidak akan mau melawannya. Mengingat hal ini, kita harus menyerahkan diri secepat mungkin. Aku yakin aku bukan satu-satunya orang yang berpikir seperti ini, jadi kita harus menunjukkan ketulusan yang cukup besar untuk membuat Pangeran Roland terkesan."     

"Tetapi … bagaimana cara kita menunjukkan ketulusan itu?" tanya Calvin.     

Sebelum Calvin bisa memahami apa yang dimaksud putrinya, Edith menghunus pedang latihannya yang terbuat dari kayu dan meremukkan 2 pecahan gelas yang ada di lantai sambil tersenyum.     

"Aku pikir Keluarga Hawes dan Keluarga Lista akan menjadi hadiah yang hebat untuk sang pangeran. Bagaimana menurutmu, ayah?" tanya Edith.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.