Bebaskan Penyihir Itu

Kekhawatiran Lotus



Kekhawatiran Lotus

0Permukaan laut yang luas kembali menampilkan warna airnya yang biru dan jernih. Kapal Si Cantik berlayar ke depan, mengikuti angin dan ombak yang bergulung-gulung. Lambung kapal bergerak naik turun diterpa gelombang laut yang berkilauan disinari cahaya matahari, dan membuat suara deburan ombak yang berirama.     
0

"Kembangkan semua layarnya! Ayo anak-anak, mari kita melaju!" Kapten Jack yang bermata satu itu berteriak, "Kita akan sampai ke Pantai Dangkal hari ini juga."     

Para pelaut yang ada di tiang pengawas menyanyikan sebuah lagu bersama-sama dan mereka menarik tali tambang setebal tiga jari, dan mengembangkan layar kapal sedikit demi sedikit. Dengan cuaca yang selalu berubah-ubah di laut, mereka harus terus mengulangi pekerjaan mengembangkan layar dan gerakan menggulung tali seperti itu selama beberapa kali dalam sehari. Lotus memperhatikan para pelaut itu, mereka bergerak dengan lincah seperti monyet-monyet, sambil memanjat tiang kapal secara bolak-balik di atas kepala Lotus.     

"Ini sangat merepotkan," kata Kapten Jack sambil berjalan ke arah para penyihir dan berkata. "Perjalanan ini akan jauh lebih mudah jika aku memiliki kapal seperti yang dimiliki Serikat Teluk Bulan Sabit, mereka dapat menggerakkan kapal tanpa layar. Apa nama kapal seperti itu?"     

"Namanya kapal dayung bertenaga uap," kata Lotus sambil mengangkat alisnya. "Kapal dayung bertenaga uap itu dibuat oleh Pangeran Roland sendiri."     

"Mengapa kamu tidak meminta Yang Mulia Roland untuk membuatkan 1 kapal seperti itu untukmu?" tanya Honey sambil mengelus seekor burung laut yang bertengger di pundaknya, "Yang Mulia mungkin tidak akan mau memberikan bantuan seperti itu untuk orang lain, tetapi Yang Mulia mungkin mau membantumu."     

"Dasar gadis usil, kamu bicara seolah-olah aku kenal baik dengan Yang Mulia Roland." kata Kapten Jack.     

"Yah, kamu kenal baik dengan Lady Tilly," sahut Honey sambil menjulurkan lidahnya dan berkata, "Dan Yang Mulia Roland sangat baik kepada Lady Tilly."     

Kapten Jack menghisap pipanya dalam-dalam, terpancar sedikit rona kesedihan di wajahnya. "… Tidak apa-apa. Aku dengar dari para pedagang itu bahwa 1 kapal dayung bertenaga uap itu berharga lebih dari 1.000 keping emas. Uang sebanyak itu adalah jumlah yang tidak akan pernah kumiliki bahkan jika aku harus menjual kalian semua para penyihir."     

"Tidak sesulit itu," kata Si Angin Sepoi sambil bercanda. "Dalam perjanjian Mantra Tidur, imbalan untuk mempekerjakan Lotus seharga ratusan keping emas. Terakhir kali ada seorang pedagang bernama Durat Kimshoe yang bermaksud mempekerjakan Lotus untuk jangka panjang dengan imbalan sebesar 1.000 keping emas. Itu hanya dengan mempekerjakan Lotus seorang, jadi jika kami berempat, imbalannya akan jauh lebih tinggi."     

"Angin Sepoi!" Lotus meninju lengan Si Angin Sepoi dengan kesal. "Kamu tahu apa yang pria itu inginkan sebenarnya dariku. Aku tidak ingin mendengar nama orang itu lagi!"     

"Aku hanya bercanda." kata Si Angin Sepoi sambil menggenggam tangan Lotus dan berkata dengan lembut, "Bagaimana mungkin aku bisa tega menjualmu. Ketika Lady Tilly mendengar tentang permintaan pria itu, Lady Tilly langsung memperingati seluruh Serikat Dagang Teluk Bulan Sabit. Setelah itu, tidak ada yang berani melakukan hal seperti itu lagi kepada para penyihir."     

"Kalian berdua sepertinya akrab sekali." kata Kapten Jack sambil menyemburkan asap tembakaunya. "Tetapi 2 penyihir lain itu sepertinya tidak banyak bicara dengan kalian."     

Mendengar itu, Lotus dan Si Angin Sepoi terdiam sesaat. Beberapa saat kemudian, Si Angin Sepoi memecah kesunyian. "Mereka berdua adalah penyihir dari Kerajaan Hati Serigala."     

Kapten Jack merasa bingung. "Bukankah kalian para penyihir semuanya sama saja?"     

"Mereka berdua para pendukung Heidi Morgan, dan bukan mendukung Lady Tilly." jawab Si Angin Sepoi.     

"Morgan …" Kapten Jack membelai dagunya dan berpikir sejenak. "Apakah Heidi Morgan adalah seorang bangsawan di Kerajaan Hati Serigala?"     

"Hanya keturunan bangsawan." jawab Si Angin Sepoi sambil mengibaskan tangannya. "Hanya saja kami belum lama bersama-sama, jadi kami masih belum bisa membuka hati satu dengan yang lain."     

Kapten Jack tampaknya menyadari sesuatu, tetapi ia tidak mengajukan pertanyaan lagi.     

Lotus tidak mengetahui banyak tentang para bangsawan yang berasal dari berbagai kerajaan. Lotus hanya mengetahui bahwa penyihir dari Pulau Tidur tidak seakrab para penyihir di Kota Perbatasan. Di antara para penyihir di Kota Perbatasan, sebagian besar dari mereka berasal dari wilayah Kerajaan Graycastle, dan sebagian kecil dari mereka berasal dari Kerajaan Fajar dan Kerajaan Hati Serigala. Karena Tilly adalah pelopor migrasi penyihir ke Pulau Tidur dan ia yang memiliki status paling tinggi, para penyihir itu, termasuk para penyihir asing, menganggap Tilly sebagai pemimpin mereka. Tetapi setelah gereja di Kepulauan Fjords diberantas, situasinya mulai berubah.     

Lotus yang telah kembali ke Pulau Tidur setelah Bulan Iblis berakhir, jelas bisa merasakan semua perubahan itu. Dalam waktu hanya beberapa bulan, para penyihir dari Kerajaan Hati Serigala telah pindah ke Fjords, dan mereka jarang berbicara dengan penyihir Pulau Tidur lain ketika mereka makan di aula. Menurut Molly, para penyihir dari Kerajaan Hati Serigala itu adalah anggota Asosiasi Taring Berdarah, sebuah organisasi penyihir yang mirip dengan Asosiasi Persatuan Penyihir di Kerajaan Graycastle, dan Heidi Morgan adalah pemimpin mereka.     

Awalnya, hanya ada lebih dari 20 penyihir dari Asosiasi Taring Berdarah di Pulau Tidur. Mereka adalah penyihir minoritas di pulau itu, tidak ada sesuatu yang istimewa. Yang luar biasa adalah fakta bahwa 18 dari 20 penyihir itu adalah penyihir tempur. Dengan kata lain, Asosiasi Taring Berdarah memilih anggotanya dengan sangat selektif sebelum bergabung dengan asosiasi itu, dan hanya para penyihir tempur yang kuat yang bisa bergabung dengan mereka. Hal itu sama sekali berbeda dari cara Asosiasi Persatuan Penyihir dan Asoasiasi Penyihir Pulau Tidur dalam merekrut para penyihir. Karena itu, Asosiasi Taring Berdarah bersikap dingin dengan para penyihir yang tidak bisa bertempur. Ketika Tilly melaksanakan rencana pemusnahan Gereja di wilayah Fjords, sekelompok kecil penyihir dari Kerajaan Hati Serigala itu yang menghancurkan katedral di Pulau Naga Kembar yang memiliki populasi jemaat terbesar.     

Karena hal ini, Heidi Morgan menganggap Asosiasi Taring Berdarah adalah asosiasi penyihir yang terhebat di Pulau Tidur. Meskipun Heidi Morgan tidak mengungkapkan pendapatnya itu dengan gamblang, Lotus bisa merasakan kesombongannya. Lotus tidak menyukai pendapat bahwa penyihir tempur memiliki status yang lebih tinggi dari pada penyihir non tempur, dan ia setuju dengan gagasan Lady Tilly mengenai 'kesetaraan penyihir'. Sayangnya, tidak semua orang sependapat dengan Lotus dan Tilly. Ketika Lady Tilly sedang pergi, Heidi Morgan telah bertengkar beberapa kali dengan Camilla Dary, Kepala Pelayan dari Pulau Tidur. Untungnya, Camilla yang merupakan seorang bangsawan yang berasal dari Kota Raja, tidak takut menghadapi Heidi dan dengan cerdik ia berhasil meredakan konflik.     

Sambil memikirkan hal ini, Lotus menghela napas dengan pasrah. Lotus tidak mengkhawatirkan akan keselamatan Lady Tilly di Pulau Tidur. Lagi pula, Ashes, penyihir paling kuat di Pulau Tidur, adalah pendukung setia Lady Tilly. Ashes adalah satu-satunya Penyihir Luar Biasa yang bisa bertarung sambil mengenakan Liontin Penghukuman Tuhan. Di hadapan Ashes, semua penyihir dari Asosiasi Taring Berdarah tidak mungkin bisa mengalahkannya. Yang membuat Lotus khawatir adalah perjalanan menuju ke Wilayah Barat ini. Sejujurnya, Lotus tidak ingin tinggal bersama-sama dengan para penyihir dari Kerajaan Hati Serigala itu.     

Ditambah lagi, kombinasi para penyihir yang dipilih untuk pergi ke Wilayah Barat juga terkesan janggal. Selain Lotus dan Honey, 2 dari 3 penyihir lainnya adalah para penyihir tempur. Lady Tilly seharusnya sudah mengetahui bahwa Yang Mulia Roland lebih suka dengan penyihir non tempur karena senjata-senjata aneh yang ia miliki sudah cukup untuk membuat orang biasa mampu mengalahkan Pasukan Penghakiman Gereja. Untuk apa Lady Tilly mengirim para penyihir dari Asosiasi Taring Berdarah ke Wilayah Barat?     

Lotus memutar otaknya tetapi ia gagal menemukan jawabannya, jadi ia memutuskan untuk mengesampingkan pemikiran yang mengganggu ini.     

Mungkin Lady Tilly memiliki pertimbangan tersendiri di luar pemahaman Lotus.     

…     

Saat matahari mulai terbenam, Pantai Dangkal yang berwarna keemasan bersinar di hadapan semua orang yang ada di kapal.     

Di saat yang bersamaan, sebuah balon udara muncul di langit, balon itu melayang di udara bersama dengan seekor burung raksasa yang tampak aneh.     

"Ya ampun! Apa itu?" Para pelaut di dek kapal berseru ketika mereka melihat burung aneh itu melipat sayapnya dan terbang menukik menuju Kapal Si Cantik. Saat burung itu semakin mendekat, cakar tajam dan mulutnya yang menganga menjadi semakin jelas terlihat oleh para pelaut itu.     

"Apakah ada musuh?" Mendengar teriakan para pelaut itu, para penyihir dari Asosiasi Taring Berdarah bergegas keluar dari kabin dan mereka tampak terkejut ketika melihat burung raksasa itu. "Monster macam apa itu?"     

"Apa pun itu, mari kita tangkap burung itu!" Penyihir Asosiasi Taring Berdarah lainnya segera menjawab. "Ukuran burung raksasa itu bukan masalah bagi kita."     

"Tunggu sebentar … itu bukan musuh." kata Lotus sambil bergegas menghentikan mereka. "Burung itu terbang di samping sebuah balon udara."     

Seorang penyihir dari Asosiasi Taring Berdarah langsung menoleh ke arah Lotus. "Apa itu balon udara?"     

"Balon udara itu adalah alat transportasi yang digunakan oleh Yang Mulia Roland untuk mengangkut para penyihir." Si Angin Sepoi melangkah ke depan untuk menenangkan mereka. "Tenanglah. Kalian bisa mempercayai ucapan Lotus."     

Burung raksasa yang mengerikan itu semakin mendekat, membuat raungan yang menggelegar. Tetapi Lotus bisa merasakan bahwa raungan itu bukan untuk menakut-nakuti mereka.     

"Coo! Coo!"     

Sosok burung raksasa itu menghilang tepat ketika burung itu hendak mengenai layar pada kapal, dan seekor burung merpati putih mendarat dengan mulus di kepala Lotus.     

"Akhirnya kamu sampai," Maggie menggosok-gosokkan kepalanya ke kening Lotus dan berkata. "Selamat datang kembali, coo!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.