Bebaskan Penyihir Itu

Awal Negosiasi



Awal Negosiasi

0Jadi ini adalah Kota Perbatasan … bukan, Kota Tanpa Musim Dingin?     
0

Edith merasa sangat terkejut, ia melihat pemandangan di pelabuhan yang terlihat ramai dan tertib di depannya setelah berjalan menuruni tangga kapal di dermaga. Edith memiliki banyak asumsi sebelum ia sampai di kota ini, tetapi kini ia baru menyadari bahwa ia terlalu meremehkan kota ini. Pelabuhan Kota Tanpa Musim Dingin itu berukuran 3 kali lebih besar dari pelabuhan di Kota Raja. Satu sisi dermaga dipenuhi dengan kapal-kapal layar dan kapal-kapal beton, dan para pekerja sedang sibuk membongkar muatan dari kapal. Tumpukan kantung-kantung berisi mineral dan batu bara menumpuk di halaman pelabuhan.     

Di sisi lain dermaga, 10 kapal dayung bertenaga uap berangkat secara berturut-turut dari dermaga. Banyak penduduk yang berdiri di tepi sungai untuk mengantar kepergian kapal-kapal itu. Semua kru kapal mengenakan seragam, mereka berdiri dengan tegap di kedua sisi kapal. Edith bisa merasakan semangat tinggi dari para kru kapal itu. Ada semacam ekspresi kebanggaan di wajah mereka, itu adalah ekspresi yang sama yang ada di wajah para kesatria ketika mereka kembali dari medan pertempuran setelah berhasil mengalahkan musuh-musuh mereka. Namun Edith mengetahui secara pasti, orang-orang ini jelas bukan kaum bangsawan.     

Dermaga adalah tempat berkumpulnya para pebisnis, pengungsi dan juga imigran, yang sebagian besar telah tiba di kota melalui berbagai jenis kapal layar. Setelah mereka turun, mereka dipisahkan oleh sekelompok pria berseragam hitam. Para pendatang itu diminta untuk mengantri untuk melewati proses pemeriksaan terlebih dahulu. Jumlah pendatang yang masih berada di area dermaga berjumlah lebih dari 1.000 orang. Bahkan di Kota Raja saja tidak ada pemandangan yang begitu indah dan tertib seperti di kota ini.     

"Dermaga ini telah berkembang semakin besar lagi." kata Victor dengan terkejut. "Apakah Yang Mulia Roland berencana untuk mengubah seluruh tepi sungai ini menjadi wilayah khusus dermaga?"     

"Sudah berkembang lagi?" tanya Edith sambil mengulang kata-kata Victor.     

"Dermaga ini tidak sebesar ini saat musim gugur lalu," jawab Victor. "Dan masih belum seramai ini juga pada waktu itu."     

"Apa yang mereka lakukan di sana itu, apa mereka sedang memungut pajak?" tanya Edith.     

"Tidak ada pajak yang dipungut di sini. Anda hanya perlu membayar pajak ketika barang dagangan Anda sudah terjual habis," Victor dengan antusias menjelaskan. "Selain itu, di pusat kota, orang tidak boleh mendirikan kios secara ilegal. Semua transaksi jual-beli harus dilakukan di pasar serba ada. Orang-orang yang berseragam hitam itu bertindak sebagai tim patroli seperti yang ada di kota-kota lain. Mereka mendirikan pos pemeriksaan untuk mendaftarkan identitas para pendatang baru dan untuk mencegah masuknya Wabah Iblis."     

"Mereka tidak melakukan pemerasan?" Edith bertanya dan ia mengedipkan matanya ke arah Cole yang langsung mengangguk dan mengeluarkan dompetnya, Cole bersiap untuk memberikan uang sogokan agar mereka bisa lewat dari pemeriksaan.     

"Tidak, bukan begitu Nona Conrad, aku hanya mengatakan para petugas berseragam hitam itu seperti tim patroli yang ada di kota lain." Victor tertawa sambil mengibaskan tangannya. "Bahkan, sesungguhnya mereka tidak pernah memungut biaya tambahan apa pun. Aku tahu ini mungkin sulit dipercaya, tetapi inilah kenyataannya. Aku sendiri sama terkejutnya denganmu ketika aku lolos dari pemeriksaan itu untuk pertama kalinya. Ikutlah denganku. Kita bisa lebih cepat melewati pos pemeriksaan itu hanya dengan memperlihatkan surat izin pengusaha."     

Seperti yang dijelaskan oleh Victor sebelumnya, setelah para petugas berseragam hitam itu memverifikasi identitasnya, mereka membiarkan Victor dan rombongannya melewati pos pemeriksaan tanpa meminta 1 keping perunggu pun.     

"Aku harus menemukan penginapan yang bersih dan nyaman untuk menginap, kemudian aku akan mampir ke pasar serba ada," kata Victor sambil berbalik. "Bagaimana dengan Anda, Nona Conrad? Jika Anda tidak terbiasa dan agak bingung dengan tempat ini, aku siap menemani Anda."     

"Terima kasih, Tuan Victor." Edith memasang wajah yang ramah, ia mengangkat ujung roknya dan membungkuk sambil berkata, "Anda telah menemaniku dengan sangat baik selama perjalanan ini. Itu sudah cukup. Aku akan pergi ke Balai Kota untuk meminta bantuan. Di sana aku pasti bisa mendapatkan beberapa informasi tentang kerabatku yang hilang."     

"Aku sama sekali tidak merasa kerepotan, Nona. Selain itu, merupakan sebuah kehormatan bagiku untuk bisa mengenal seorang wanita terhormat seperti Anda. Tolong jangan sungkan untuk meminta apa saja yang Anda butuhkan." jawab Victor.     

Setelah beberapa kali mengelak dari ajakan Victor, Edith akhirnya bisa melepaskan diri dari Victor, tetapi pengusaha itu terus melambaikan tangan padanya ketika ia pergi meninggalkan Edith. Victor mengatakan jika Edith dan rombongannya menemui kesulitan, mereka bisa pergi ke penginapan Gunung Suci untuk menemui Victor kapan saja mereka membutuhkan bantuan.     

"Kakak, kamu sungguh populer di kalangan pria." kata Cole sambil berdecak kagum.     

"Hmmmmm?" Edith melirik Cole dengan tajam. "Kamu seharusnya memanggilku dengan sebutan apa?"     

"Uh, yah, Nona Edith." Cole langsung bergidik ngeri melihat tatapan sedingin es itu. "Apakah kita akan mencari sebuah penginapan dan beristirahat di sana?" tanya Cole kepada Edith.     

"Tidak, kita akan langsung pergi ke istana untuk menyerahkan berkas-berkas ini," kata Edith dengan tegas. "Kita harus bisa menemui Yang Mulia Roland secepat mungkin."     

"Tetapi kita tidak memiliki kepala-kepala mayat dari kedua Earl itu lagi." Cole mengingatkan Edith sambil berbisik.     

"Kita akan tetap ke sana meski tanpa membawa kedua kepala itu." jawab Edith sambil mengangkat bahu. "Ingatkah kamu akan hal-hal yang telah kukatakan padamu? Ketulusan dan kesetiaan kita tidak bergantung kepada kedua kepala mayat itu."     

"Selain itu, bahkan jika kita memiliki kedua kepala itu sekarang, kedua kepala itu sudah membusuk dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Itu bukan sebuah ide yang baik untuk datang dan menghadiahkan 2 kepala yang sudah membusuk itu kepada Yang Mulia. Segala sesuatu yang kita rencanakan dari semula sudah berubah sejak Yang Mulia meninggalkan Kota Raja sebelum kedatangan kita."     

"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya tergantung pada situasi di istana nanti. Pada akhirnya, kemampuan kita bernegosiasi yang akan menentukan hasil negosiasi kita dengan Yang Mulia."     

*******************     

"Yang Mulia, utusan delegasi dari Wilayah Utara sedang menunggu di luar istana, dan mereka ingin bertemu dengan Anda," Sean berjalan ke kantor Roland dan melaporkan kedatangan rombongan itu. "Pemimpin rombongan itu mengaku sebagai Tuan Cole Kant, putra kedua Tuan Calvin Kant, Adipati di Wilayah Utara saat ini. Tuan Barov telah memverifikasi berkas-berkas dan lambang keluarga mereka. Semua berkas-berkas mereka asli."     

"Wilayah Utara?" Roland meletakkan desain yang sedang ia gambar dengan terkejut. "Bukankah Wilayah Utara adalah wilayah kekuasaan Timothy? Apakah mereka sudah memberitahukan maksud kedatangan mereka ke sini?"     

"Benar, Yang Mulia. Tuan Cole berkata bahwa Adipati Calvin Kant bersedia untuk mengabdi kepada Anda." kata Sean dengan semangat.     

"Adipati Wilayah Utara itu dengan sukarela memberikan kesetiaannya kepadaku …" Roland mengerutkan kening ketika ia mendengar berita ini. Itu aneh, karena Roland tidak membutuhkan kesetiaan dari seorang penguasa daerah. Mereka tidak bisa menawarkan bantuan dalam pengembangan negara yang membawa dampak bagi Kota Tanpa Musim Dingin. Sebenarnya Roland berharap mereka akan tetap berada di wilayah mereka masing-masing sambil menunggu Roland untuk melenyapkan mereka semua. Ketika pemerintahan orde lama benar-benar dimusnahkan, sentralisasi pemerintahan baru dapat dibangun dengan lancar.     

Namun, Roland tidak bisa menolak kedatangan mereka. Mereka adalah utusan delegasi yang ingin bekerja sama dengan Roland. Jika Roland sengaja mengabaikan mereka, para bangsawan lain yang mendengar berita itu akan berhenti mendukung dan mungkin mereka akan bersatu untuk melawan pemerintahannya. Meskipun itu bukan masalah jika dilihat dari aspek militer yang dimiliki Roland, ia masih khawatir bahwa tindakannya itu akan mempengaruhi dukungan penduduk di Wilayah Timur dan di Wilayah Utara. Roland sudah menganggap kedua wilayah itu sebagai bagian dari wilayah kekuasaan yang hendak ia kuasai, dan tentu saja, Roland ingin mempertahankan lebih banyak jumlah populasi untuk pemerintahannya.     

Setelah berpikir sejenak, Roland akhirnya mengangguk dengan pelan. "Antar mereka ke ruang tamu, dan suruh Tuan Barov yang menemani mereka terlebih dahulu."     

"Baik, Yang Mulia." jawab Sean dengan semangat.     

Melihat ekspresi di wajah Sean, Roland berpikir mungkin Sean menyangka bahwa seluruh kerajaan Graycastle akan segera berjalan di bawah pemerintahan Roland. Sayangnya, semua tidak bisa berjalan sesederhana yang diharapkan.     

Pada saat yang bersamaan, Roland juga membuat sebuah keputusan.     

Tidak peduli apa yang hendak utusan delegasi itu katakan, Roland akan tetap berpegang pada prinsipnya dan ia akan tetap mengambil kembali hak-hak feodal para bangsawan. Poin ini harus disampaikan kepada semua bangsawan dengan jelas untuk menunjukkan tekad Roland demi menerapkan kebijakan baru dan melakukan reformasi. Jika para bangsawan pemberontak berani mengganggu warga yang tidak bersalah, Roland akan membuat mereka membayar harga yang mahal atas perbuatan mereka.     

…     

Hanya ada 2 orang utusan delegasi dari Wilayah Utara, mereka sedang duduk di salah satu ujung meja panjang ketika Roland berjalan ke ruang tamu. Salah satu utusan itu adalah putra kedua Adipati Calvin Kant, yang bernama Cole Kant, dan satu orang lainnya adalah seorang wanita yang cantik. Tampaknya wanita ini adalah asisten Tuan Cole Kant, tetapi di mata Roland, wanita ini tampak lebih berkharisma dan lebih cerdas jika dibandingkan dengan Tuan Cole sendiri.     

Tentu saja, dalam hal kecantikan, para penyihir tetap menjadi wanita-wanita yang paling cantik, jadi Roland tidak terlalu memperhatikan wanita itu. Lagi pula, di zaman ini, asisten wanita sering berfungsi sebagai wanita simpanan bangsawan atau bahkan sebagai pelayan.     

"Yang Mulia, aku menyampaikan salam dan hormat dari ayahku kepada Anda." Cole Kant bangkit berdiri dan ia membungkuk dengan hormat kepada Roland, kemudian ia menyatakan maksud kedatangannya ke sini. "Adipati dari Wilayah Utara memiliki sebuah hadiah untuk Anda, Yang Mulia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.