Bebaskan Penyihir Itu

Orang Biasa Melawan Kekuatan yang Bukan Berasal dari Dunia Ini (Bagian I)



Orang Biasa Melawan Kekuatan yang Bukan Berasal dari Dunia Ini (Bagian I)

0Setelah melihat apa yang terjadi kepada tawanan pertama, seorang tawanan yang tersisa segera berbalik untuk melarikan diri, dan hal itu membuat Zero berang.     
0

Zero berubah menjadi seberkas cahaya dan memasuki tubuh tawanan itu. Tawanan itu berhenti berlari dan ia memutar kedua bola matanya. Ini bukan pertama kalinya bagi Mayne menyaksikan kemampuan Zero yang luar biasa ini, tetapi setiap kali Mayne melihatnya, ia selalu merasa merinding.     

Saat cahaya temaram itu keluar dari tubuh tawanan, tubuh si tawanan mulai berubah wujud. Akhirnya, tawanan itu berubah bentuk menjadi Zero.     

Mayne mengetahui bahwa kekuatan Zero bukan untuk merasuki atau membunuh seseorang, tetapi mengenai apa yang terjadi sebenarnya, Mayne pikir hanya Paus Tertinggi dan orang-orang yang mengalaminya yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada tawanan itu.     

Zero menarik nafas dalam-dalam kemudian ia berjalan menuju tawanan terakhir.     

Pria muda ini adalah tawanan termuda di antara ketiga tawanan itu, usianya mungkin baru empat belas atau lima belas tahun. Matanya memancarkan kepanikan dan ketakutan, dan anak ini tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dilihatnya.     

"Sekarang, kamu sendirian, Al," bisik Zero dengan lirih.     

Mendengar Zero berkata demikian, anak itu mencoba mengambil belati dengan tangan gemetar. "Ba-bagaimana kamu…."     

"Para dewa telah memberitahuku segalanya. Kamu adalah seorang anak petani yang tinggal di pinggir kota, tetapi Raja Kerajaan Hati Serigala memaksa semua orang di desamu untuk pindah ke kota untuk memperbaiki tembok kota, membuat perlengkapan militer dan mengirimkan makanan untuk tentara mereka. Mereka tidak memperlakukan anak laki-laki sepertimu dengan pengecualian. Mereka memaksa kamu untuk mengikuti dinas militer di tim pengintai kemudian meninggalkanmu di sana." Zero mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi anak itu. "Buktinya kamu tidak diizinkan masuk ke kota oleh para penjaga saat pertama kali kamu kembali untuk melaporkan hasil pengintaianmu. Kamu mengirimkan mereka informasi tentang apa saja yang kami lakukan, tetapi kapten penjaga hanya meminta kamu untuk pergi dan menyuruhmu mengawasi kami lagi setelah mendengar laporan darimu, bukan begitu?"     

"Aku …" Anak itu membuka mulutnya tetapi ia tidak bisa mengatakan apa-apa.     

"Mereka tidak akan pernah membiarkanmu masuk ke kota Kerajaan Hati Serigala lagi, karena semua orang di keluargamu, orang tuamu dan saudara laki-lakimu, sudah mati pada waktu itu. Mereka sama sepertimu, diperbudak dan ditelantarkan begitu saja oleh Raja Kerajaan Hati Serigala. Jika para penjaga membiarkanmu masuk, semua tim pengintai akan mengetahui perbuatan buruk raja yang menjijikkan itu. Ketika ayahmu sedang memperbaiki tembok kota, ayahmu terjatuh dari atas tembok kota dan meninggal. Ibumu pergi ke tim pengintai untuk meminta penjelasan atas kematian ayahmu, tetapi ibumu malah menerima hukuman cambuk. Karena ini, sekarang hidup Ibumu terlunta-lunta. Tanpa para dewa, dunia ini akan penuh dengan kejahatan. Apakah kamu yakin kamu masih ingin melayani seorang penguasa yang jahat seperti itu?" kata Zero kepada anak itu.     

Mata Al terbelalak kaget. Ia tidak dapat menahan kesedihannya, dan ia berteriak, "Itu … itu tidak mungkin! Kamu bohong!"     

"Para Dewa tidak akan pernah berbohong." kata Zero sambil menggelengkan kepalanya. "Jauh di lubuk hatimu kamu tahu bahwa apa yang aku katakan itu benar. Kamu mengetahui bahwa tragedi dalam hidupmu disebabkan oleh kenyataan bahwa kaum bangsawan tidak akan pernah menganggap orang-orang biasa seperti kamu sederajat dengan mereka dan mereka akan memperlakukanmu seperti hewan peliharaan mereka. Namun, kami, gereja, ingin mengakhiri kejahatan ini dan ingin membangun dunia baru yang berada di bawah pengawasan dan perlindungan para dewa."     

Al berlutut dan menundukkan kepalanya sambil meratap. "A-apa yang harus aku lakukan?"     

"Ikuti kata hatimu sendiri. Hanya para dewa yang bisa membuat keputusan."     

Anak itu terisak-isak. "Aku salah. Aku akan memberitahu kalian semua yang aku tahu. Aku akan melakukan apa saja asalkan aku bisa menyelamatkan ibuku."     

"Anak baik." kata Zero sambil menepuk kepalanya. Zero mengambil tanaman yang penuh daun dari sakunya dan menyerahkan daun itu kepada anak itu. "Makanlah tanaman ini dan beristirahatlah dulu. Tanaman ini akan menenangkan perasaanmu." Zero merobek setengah tanaman itu dan mengunyahnya. "Makanlah tanaman ini seperti aku. Esok ketika kita menduduki kota Kerajaan Hati Serigala, kamu mungkin bisa bertemu dengan ibumu lagi."     

Mayne mengerutkan kening ketika ia melihat tanaman itu. Itu adalah tanaman Bunga Pakis yang biasa digunakan untuk membuat Air Tanah Impian. Bunga Pakis tidak berbahaya bagi seorang penyihir, tetapi bunga pakis bisa meracuni dan membunuh orang biasa. Hanya bunga dandelion yang bisa menetralisir racun bunga pakis. Seperti yang sudah Mayne duga, segera setelah anak itu memakan tanaman itu, wajahnya mulai berubah menjadi hijau. Anak itu mencengkeram tenggorokannya sendiri dan memandang ke arah Zero dengan tatapan tidak percaya. Anak itu megap-megap seperti ikan di darat dan mencakar kulit lehernya sendiri. Darah mulai keluar dari mulut dan turun ke leher anak itu. Setelah berjuang untuk bernafas selama hampir tujuh menit, anak itu ambruk ke tanah dan mati.     

"Sayang sekali para dewa tidak akan mengampuni dosa-dosamu." kata Zero sambil tersenyum dan berjalan ke arah Mayne. Zero membungkuk dan berkata, "Yang Mulia, apa pendapat Anda tentang permainan ini? Apakah aku sudah bertindak sama seperti Yang Mulia Heather?"     

"Kenapa kamu menipu anak itu agar ia memakan Bunga Pakis itu?" tanya Mayne. "Jika Heather ada di sini, kita akan mendapatkan satu lagi jemaat gereja yang taat daripada mayat yang tidak berguna. Mengapa kamu malah membunuh 'anak domba' yang tersesat ini?"     

"Jika anggota keluarga anak itu memang sudah mati seperti yang aku katakan tadi, anak itu akan menjadi jemaat gereja yang saleh. Sayangnya, aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada keluarga anak itu. Aku hanya mengarang cerita untuk menipu anak itu." jawab Zero sambil mengangkat bahu, wajahnya tidak menunjukkan penyesalan. "Begitu anak itu menemukan kebenarannya, ia akan berbalik melawan gereja. Karena itulah aku harus membunuh anak itu. Percayalah padaku. Aku melayani gereja dengan sepenuh hatiku."     

"Jika kamu memang melayani gereja sepenuh hati, seharusnya kamu harus menunggu perintah di dalam tenda." kata Mayne dalam hati. Mayne tidak ingin berdebat lagi, ia menoleh dan berkata, "Kita akan segera menyerang Kerajaan Hati Serigala. Kalian berdua harus bersiap-siap. Menurut rencana kita, Raja Kerajaan Hati Serigala dan Ratu Pelabuhan Air Jernih …."     

"Mereka berdua harus mati, Yang Mulia." Zero menyela perkataan Mayne sambil tersenyum. "Aku mungkin tidak bisa menyelesaikan tugas seperti itu sendirian, tetapi sekarang karena Isabella ada di sini, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa melarikan diri keluar dari Kerajaan Hati Serigala."     

***************     

"Woo, Woo …!"     

Suara sangkakala pertempuran bergema ke langit. Di bawah awan yang mendung, gereja meluncurkan pertempuran pengepungan kedua disertai hembusan angin musim gugur.     

Lebih dari seribu meter dari kota Kerajaan Hati Serigala, tubuh para pemegang tombak mulai bersinar dengan kekuatan sihir. Ketika tombak mereka mulai bersinar seperti sinar matahari yang menyilaukan, mereka melemparkan tombak sambil berteriak dengan suara yang memekakkan telinga, dan tombak-tombak itu seolah-olah dilemparkan oleh seorang raksasa. Tombaknya melesat ke arah tembok kota Kerajaan Hati Serigala dengan kecepatan tinggi sehingga mata manusia tidak bisa melihat tombak yang melesat bagai kilat itu.     

Setelah menempuh jarak yang jauh, tombak besi itu masih mempertahankan kekuatannya. Tombak itu mengenai tembok kota dan menembus ke tubuh para prajurit yang bersembunyi di balik tembok. Tiga putaran tombak yang menghujani kota berhasil menghancurkan gerbang kota Kerajaan Hati Serigala dan merusak dinding tembok di sekitarnya.     

Begitu pula dengan monster ketapel yang bisa menembak beberapa kali lebih jauh dari senjata buatan manusia. Karena pasukan yang mempertahankan kota Kerajaan Hati Serigala tidak dapat melihat kecepatan tombak yang melesat sangat cepat, mereka tidak tahu ke mana mereka harus membalas serangan yang dilancarkan gereja. Sebelum pasukan gereja sampai ke kota itu, garis pertahanan luar Kerajaan Hati Serigala sudah berada di ambang kehancuran.     

Tiba-tiba, terdengar sebuah ledakan keras yang mengguncang bumi di belakang tembok kota.     

Sebuah bola api besar membumbung tinggi ke langit. Semua prajurit yang berada di dekat bola api raksasa itu merasakan ada getaran di bawah kaki mereka, kemudian tembok kota runtuh dalam nyala api dan kepulan asap hitam, membuat lubang besar di tembok kota yang sudah usang ini.     

Mendengar sangkakala pertempuran dibunyikan, Pasukan Penghakiman dan Pasukan Penghukuman Tuhan mulai bergerak maju ke arah tembok kota. Baju zirah mereka tampak seperti gelombang ombak yang berwarna keemasan dan merah, dan tanpa ampun membunuh semua musuh yang berani menghadang jalan mereka.     

Pasukan Kerajaan Hati Serigala yang tubuhnya hanya terdiri dari darah dan daging kini harus bertempur melawan pasukan yang memiliki kekuatan yang bukan berasal dari dunia ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.