Bebaskan Penyihir Itu

Burung Raksasa Telah Tiba



Burung Raksasa Telah Tiba

0Benteng Longsong terbagi dua oleh cabang Sungai Air Merah, di sebelah barat terbentang area pemukiman penduduk dan di sebelah timur terbentang tanah pertanian yang luas.     
0

Berbeda dengan kota-kota besar lainnya yang terletak di pinggir lahan pertanian, tembok kota Benteng Longsong yang menjulang mengitari wilayah pemukiman penduduk dan sebagian lahan pertanian. Tembok itu dibangun untuk bertahan melawan serangan musuh, dan bukan serangan binatang iblis. Namun, jika kota itu dikepung, Benteng Longsong masih bisa bertahan dan dapat melindungi rakyat yang ada di dalamnya.     

Dengan demikian, tembok bagian luar Benteng Longsong terbagi dua, di mana sungainya juga terbelah menjadi dua bagian. Di antara celah yang ada di tembok tergantung beberapa rantai besar yang berukuran selebar lengan orang dewasa. Jika ada musuh yang memutuskan untuk menyerang dari sungai, tali yang menopang rantai berat itu akan dipotong dan menghempaskan musuh yang ada di bawahnya.     

Untungnya, pusat kota benteng ini jarang diserang oleh armada apa pun. Jadi, rantai besi ini hampir tidak pernah mulai digunakan, dan kali ini tampaknya juga tidak akan digunakan. Di atas air sungai, armada Pangeran Roland menerobos badai salju. Saat hari sudah mulai senja, pasukan Roland bisa melihat siluet benteng dari kejauhan. Helaian api obor terlihat berkelap-kelip di atas benteng, menerangi langit yang semakin gelap.     

"Musuh telah mencapai istana Longsong dan ada beberapa pasukan milisi yang bertarung dengan para penjaga di gerbang utara tembok kota. Sepertinya mereka tidak bisa bertahan lebih lama lagi." kata Kilat. Kilat dengan hati-hati menyelidiki situasi dari atas kota, ia terus memberikan laporan terperinci kepada sang pangeran, "Ada sekitar 200 orang yang menyerang istana Longsong. Putaran pertama serangan itu gagal. Musuh memiliki senjata yang mirip dengan senjata api kita, tetapi senjata mereka terlihat benar-benar berbeda."     

"Apakah Petrov baik-baik saja?" Roland bertanya dengan khawatir. Saat ini yang paling Roland pedulikan adalah keselamatan wakilnya yang ada di benteng.     

"Tuan Petrov baik-baik saja, ia terlihat sedikit ketakutan. Tetapi …."     

"Ada apa?"     

"Keluarga Tuan Petrov terbunuh," jawab Kilat sambil mengerutkan mulutnya. "Tuan Petrov sudah memperingatkan ayahnya dan meminta ayahnya untuk berlindung di istana. Namun, anggota keluarganya yang lain disandera, termasuk Countess, Ibunda Tuan Petrov. Mereka ditahan oleh keempat keluarga dan dipaksa untuk menyerah kemudian mereka dieksekusi satu per satu." Kilat berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan, "Aku mengambil kesempatan untuk terbang ke istana untuk memberitahu Tuan Petrov bahwa Anda akan segera datang dan ia hanya punya satu permohonan."     

Roland mengangguk dan bertanya, "Apa itu?"     

"Hutang darah dibalas dengan darah."     

Ada sebuah aturan yang tidak tertulis di antara para bangsawan di mana orang-orang yang memiliki gelar akan dibebaskan dari pembunuhan pada saat pertempuran. Dalam kasus Keluarga Penghisap Madu, sebagian besar orang yang dicintai Earl diberikan gelar kebangsawanan. Namun, keempat keluarga itu telah mengkhianati aturan itu. Mereka tidak hanya membenci Keluarga Penghisap Madu karena keluarga itu mendapatkan dukungan dari Roland tetapi mungkin juga karena ada seseorang di balik semua ini yang merencanakan pembunuhan itu.     

Mengingat hal ini, Roland hampir yakin dalang di balik pemberontakan ini adalah Timothy Wimbledon. Roland sekarang menyadari bahwa ia tidak perlu merasa kasihan dan ia harus mengalahkan Timothy dan para pengikutnya. Gereja mendukung dan membantu Timothy untuk membasmi kaum bangsawan serta melenyapkan para pemberontak. Roland memandang ke arah Benteng dan tanpa berpikir panjang lagi ia memerintahkan, "Pergilah langsung ke kota dan rebut kembali dermaga Longsong!"     

*******************     

Ayt mendengar suara langkah kaki di bawah tembok kota.     

Ayt mengangkat senjata apinya dengan kaku, ia mengarahkan senjatanya ke bayangan gelap yang ada di bawah. Jalan ini adalah satu-satunya jalan untuk memanjat tembok kota dari dalam. Beberapa putaran serangan telah berlangsung sejak musuh merebut gerbang kota, tetapi mereka masih tidak dapat merebut bagian utara tembok kota.     

Pertempuran sudah dimulai sejak kemarin siang dan masih belum berhenti sampai sekarang. Ayt tidak menyangka dirinya akan berdiri dalam angin dingin untuk waktu yang begitu lama. Setelah menyaksikan rekan-rekan seperjuangannya tewas satu per satu, yang bisa ia lakukan hanyalah tetap fokus untuk bertarung.     

"Apakah musuh datang lagi?" Melihat pistol laras panjang yang muncul di sebelahnya, Ayt memiringkan kepalanya ke samping dan melihat bahwa orang yang berbicara itu adalah pemimpin unitnya, Si Bukit Perunggu.     

"Aku bisa mendengar mereka," jawab Ayt pelan, "Tetapi aku tidak tahu ada berapa banyak musuh yang bersembunyi dalam kegelapan."     

"Mereka juga tidak tahu berapa banyak dari kita yang masih hidup," Si Bukit Perunggu berusaha menghibur Ayt.     

"Jadi … berapa banyak pasukan kita yang tersisa?" tanya Ayt.     

Si Bukit Perunggu menjawab setelah merasa ragu sejenak, "Hanya lima prajurit. Raven baru saja menghembuskan napas terakhirnya."     

"Dan kita mungkin juga tidak akan melihat matahari sampai besok," kata Ayt dengan masam. Setelah merasa takut dan panik pada awalnya, kini Ayt mulai merasa mati rasa. Pengalaman inilah yang akhirnya membantu Ayt memahami apa arti ucapan pemimpin timnya ketika Si Bukit Perunggu berkata, "Hanya pertempuran yang sesungguhnya yang akan dengan cepat membuat kita menjadi seorang pria sejati." Namun, ungkapan ini tidak membuat situasi saat ini menjadi lebih baik. Dari tiga unit, kini hanya ada lima orang yang tersisa. Bahkan jika musuh tidak berhasil menembus tembok, Ayt dan kelima rekannya kemungkinan akan mati karena kelaparan atau kedinginan. "Bolehkah kita menyerah saja sekarang?"     

"Menyerah?" Si Bukit Perunggu mendengus. "Apakah kamu tidak mendengar apa yang mereka teriakkan? Mereka meneriakkan kata-kata 'bunuh para pemberontak!' Tidak ada apa-apa untuk kita selain kematian yang menunggu kita di depan. Sebaiknya kita merunduk sebanyak mungkin selagi kita masih bisa bersembunyi."     

Ayt tahu ucapan Si Bukit Perunggu memang benar. Banyak prajurit Tentara Kedua yang ditangkap dan akhirnya mati dipenggal. Mereka memang bukan berasal dari kalangan bangsawan, jadi tidak ada yang mau membayar tebusan untuk mereka. Tetapi … Ayt tidak ingin ikut mati di sini.     

Pelatih prajurit telah memberi tahu Ayt dan rekan-rekannya tentang betapa bahagianya kehidupan di Kota Perbatasan dan ia berjanji bahwa setelah Bulan Iblis berlalu, prajurit yang berprestasi baik di Tentara Kedua akan dipindahkan ke pleton Tentara Pertama dan menerima tempat tinggal gratis di sana. Ada banyak makanan di Kota Perbatasan, serta ada air bersih yang mengalir serta sistem pemanas yang bisa menghangatkan seluruh ruangan tanpa perlu perapian ….     

Ayt ingin tetap bertahan dan melihat hal-hal menakjubkan yang pernah disampaikan oleh pelatihnya.     

"Musuh datang!" Si Bukit Perunggu tiba-tiba berteriak sambil menarik pelatuk senjatanya. Lewat moncong senjatanya, Ayt bisa melihat sosok musuh yang terungkap dalam kegelapan. Enam atau tujuh orang musuh sedang merayap perlahan di sepanjang dinding sambil membawa perisai mereka. Ayt bahkan bisa melihat sekilas sorot ketakutan di mata mereka.     

Tembakan Si Bukit Perunggu meleset dari sasaran, untungnya, ia dengan cepat memperbaiki arah pistolnya ke arah yang semestinya.     

Si Bukit Perunggu membidik sosok yang sedang melesat itu dan menembak lagi.     

Terdengar suara tembakan peluru yang menghantam perisai kayu, kemudian terdengar sebuah teriakan diikuti dengan suara berdebum yang jatuh menuruni tangga. Menyadari bahwa kedatangan mereka telah ketahuan, musuh yang masih tersisa bergegas keluar dari tempat persembunyian mereka dengan ceroboh.     

Si Bukit Perunggu berusaha mengisi ulang senjatanya, tetapi tangannya yang membeku memperlambat proses pengisian ulang senjatanya, dan membuat gerakannya jadi sangat lambat. Ayt melompat mundur ke tempat terbuka dan berusaha mencari kantung amunisi bubuk mesiu dengan panik. Hatinya menciut ketika Ayt melihat bahwa amunisinya sudah habis dan ia baru menyadari bahwa ia sudah menggunakan semuanya.     

Menurut pelatihan Ayt selama ini, sekarang adalah waktunya untuk menggunakan bayonet.     

Ayt mengeluarkan bayonetnya dan ia berjuang untuk mengaitkan pisau itu ke laras senjatanya. Ayt menggertakkan giginya dengan frustrasi, ia akhirnya bisa memasang bayonetnya dan menggunakan bayonet itu tepat pada waktunya ketika musuh sedang bergegas ke arahnya.     

Dengan sekali tembak, Si Bukit Perunggu berhasil melumpuhkan satu orang musuh, tetapi ada dua orang musuh yang berada di dekat kakinya dan musuh yang satu ini berhasil menusukkan pedangnya ke dada Si Bukit Perunggu.     

Ayt tertegun dan apa yang pernah ia pelajari saat berlatih langsung hilang begitu saja. Ayt secara membabi-buta menusukkan bayonetnya dengan sia-sia ke arah musuh, dan ia hanya berhasil mengenai perisai musuh. Musuh dengan mudah menendang Ayt ke tanah dan melumpuhkan dirinya.     

"Apakah aku benar-benar akan mati di sini?"     

Sambil menatap langit malam dengan putus asa, Ayt melihat sesosok bayangan gelap di atasnya.     

Biasanya Ayt tidak pernah melihat sesuatu yang begitu gelap di langit malam, tetapi bayangan itu bergerak semakin dekat dan terus mendekat ke arahnya dengan cepat. Bayangan hitam itu akhirnya jatuh ke arah Ayt seperti sebuah tirai yang jatuh menutupi tubuhnya.     

Mata Ayt terbelalak ketika bayangan itu menjadi lebih jelas dan ia baru menyadari bahwa ternyata bayangan itu adalah seekor burung raksasa!     

Ini adalah seekor burung raksasa yang hanya bisa ditemui dalam mimpi buruk. Mulut merahnya yang besar menganga, kepala burung itu bahkan lebih besar dari kepala banteng, dan sayap raksasanya hampir menutupi seluruh tembok kota.     

Burung raksasa itu mendarat tepat di depan Ayt, dan kakinya menginjak musuh yang baru saja muncul di depan.     

"Ow ow…!" pekik burung raksasa itu.     

Burung raksasa itu mengeluarkan suara pekikan bergemuruh yang mampu membangkitkan orang mati sekali pun!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.