Bebaskan Penyihir Itu

Perubahan



Perubahan

0Jumlah orang yang datang untuk pembagian makan malam lebih banyak lagi dibandingkan tadi siang. Untungnya Si Gigi Ular, Si Cakar Macan dan Si Bunga Matahari tiba lebih awal dan mendapatkan posisi antrian di bagian depan.     
0

Ketika Si Gigi Ular mulai mengantri, ia menyadari mengapa ada pagar yang dibangun di sekitar panggung kayu itu. Ada pria lain yang sedang menyampaikan kebijakan baru. Si Gigi Ular mungkin akan terus mendengarkan pria itu berbicara sampai ia mendapatkan bubur gandumnya.     

Kerumunan itu bergerak maju secara perlahan. Setelah mengantri selama setengah jam, Si Gigi Ular akhirnya mencapai bagian belakang panggung kayu itu.     

"Berikan tangan kananmu." kata seorang penjaga.     

Si Gigi Ular dengan patuh mengikuti instruksi, dan penjaga itu menempelkan sebuah cap di punggung tangannya.     

"Berikutnya."     

Pagar kayu membentang di kedua sisi panggung untuk mengelilingi area yang luas ini, tetapi antrian masih terus berlanjut. Semua orang dipandu oleh seorang penjaga untuk mengambil sebuah mangkuk kayu, menerima bubur gandum mereka, makan di samping panggung, kemudian mengembalikan mangkuk mereka. Sulit dipercaya warga sipil dan para Tikus bisa berlaku tertib seperti ini.     

Si Gigi Ular melihat antrian panjang di belakangnya dan merasa bahwa semua ini tidak masuk akal. Seolah-olah mereka semua sedang berada dalam suatu upacara yang dihadiri dengan khusyuk daripada mengemis belas kasihan.     

"Apa yang orang itu cap di tangan kita?" tanya Si Cakar Macan sambil menjulurkan kepalanya dari belakang. "Aku tidak bisa menghapus cap itu dari tanganku."     

"Cap itu mungkin tanda untuk mencegah kita bergabung lagi dalam antrian setelah kita mendapatkan bubur gandum," kata Si Cakar Macan sambil mengerutkan kening.     

Tenda-tenda tinggi didirikan di sekeliling lahan kosong, dan Si Gigi Ular bisa melihat dari luar melalui bayangan bahwa ada banyak orang yang sedang sibuk di dalam tenda itu. Tong kayu yang berat dipindahkan ke meja kayu panjang di samping pagar, dan sudah jelas makanannya baru saja dimasak. Saat Si Gigi Ular melihat bubur yang mengepul dituangkan ke dalam mangkuknya, tangannya mulai gemetaran karena merasa sangat bersemangat.     

Sudah berapa lama sejak terakhir kali Si Gigi Ular makan makanan sehangat ini?     

Bubur gandum itu agak berair dan tidak disertai dengan sayuran atau bumbu-bumbu, tetapi bubur itu berwarna keemasan dan aromanya yang melimpah sudah cukup membuat Si Gigi Ular mengeluarkan air liur. Dibandingkan dengan roti panggang yang berisi kerikil dan gabah, makanan di mangkuknya ini membuat Si Gigi Ular merasa hangat lagi.     

Air mata mulai menggenang lagi di mata Si Gigi Ular.     

Si Gigi Ular menyantap bubur gandumnya dengan cepat meskipun bubur itu panas dan ia menjilati mangkuknya sampai bersih. Meskipun Si Gigi Ular berharap dirinya bisa kembali mengantri dan memohon untuk bisa mendapatkan bubur gandum lagi, ia akhirnya menyurutkan harapannya setelah ia melihat para penjaga yang mengawasi antrian. Si Gigi Ular mengembalikan mangkuk kayunya ke tempat yang ditunjuk dan mengikuti kerumunan untuk keluar dari area itu.     

Ada panggung kayu lain di pintu keluar, dan pembicara di sana sedang menjawab pertanyaan-pertanyaan dari warga dengan antusias.     

Setelah makan makanan hangat, angin yang berhembus tidak terasa sedingin sebelumnya, dan Si Gigi Ular dan teman-temannya perlahan mengikuti kerumunan itu ke panggung kayu.     

"Kalian bertanya mengapa Yang Mulia membagikan bubur gandum ini? Itu pertanyaan yang bagus!" kata pria itu dengan semangat. "Itu karena Yang Mulia bertekad untuk melenyapkan organisasi Tikus. Mereka yang diancam oleh organisasi Tikus dan mereka yang dipaksa untuk mematuhi para Tikus untuk mencuri makanan dapat sepenuhnya terbebas dan tidak lagi tunduk pada ancaman mereka! Pada saat yang sama, Yang Mulia juga melakukan kebijakan ini sehingga keluarga yang tidak memiliki cukup makanan dapat bertahan hidup di masa-masa yang sulit! Ini adalah kemurahan hati dari Yang Mulia!"     

"Anda mengatakan sebelumnya bahwa bubur gandum ini hanya disediakan sampai Bulan Iblis berakhir, jadi bagaimana dengan nasib kami setelah itu?" seseorang bertanya dengan suara keras.     

Para hadirin itu tiba-tiba menjadi sunyi ketika orang-orang menunggu jawaban di pembicara. Si Gigi Ular juga mendengarkan pembicaraan mereka dengan penuh perhatian.     

"Sederhana saja! Kalian bisa menghidupi diri kalian sendiri!" kata si pembicara sambil tersenyum.     

"Menghidupi … diri kami sendiri?"     

"Tetapi aku tidak tahu bagaimana cara bertani."     

"Bisakah Anda jelaskan, Tuan?"     

"Jangan khawatir, biar aku jelaskan kepada kalian dengan perlahan!" kata si pembicara sambil mengibaskan tangannya. "Setelah Bulan Iblis berakhir, Benteng Longsong dan Kota Perbatasan akan menyatu dan membentuk sebuah kota baru, sehingga lahan kosong di antara kedua kota ini akan membutuhkan banyak bantuan dari kalian untuk dibangun kembali! Hanya kerja keras yang dapat menciptakan kekayaan, dan hanya kerja keras yang bisa mengubah nasib kalian! Kalian akan memiliki penghasilan yang stabil, dan uang yang kalian hasilkan akan menopang kehidupan kalian dan keluarga kalian! Pada saat yang sama, Yang Mulia berjanji bahwa mereka yang memiliki pekerjaan secara resmi akan diterima sebagai penduduk di kota baru."     

Kata-kata si pembicara membuat kerumunan itu menjadi riuh, dan Si Gigi Ular bisa merasakan detak jantungnya bertambah cepat.     

"Ya, aku tahu apa yang kalian pikirkan," kata si pembicara dengan suara keras. "Banyak dari kalian adalah anggota organisasi Tikus, atau ada yang dipaksa menjadi Tikus. Itu tidak masalah. Kalian dapat bekerja untuk membangun kehidupan yang baru. Kalian tidak lagi harus hidup di bawah tanah yang gelap dan lembab, dan kalian tidak perlu khawatir akan dikirim ke tiang gantungan. Kalian dapat mengandalkan tangan kalian sendiri untuk mendapatkan penghasilan secara legal, baik itu makanan, pakaian, atau bahkan rumah!"     

"Tuan … apakah kami hanya perlu bekerja saja?"     

Si pembicara tersenyum dan mengangguk. "Di masa depan nanti, Yang Mulia akan membutuhkan lebih dari 10.000 pekerja, jadi jawabannya … benar, selama kalian bersedia untuk bekerja."     

Si Gigi Ular tiba-tiba menyadari sesuatu.     

…     

Selama beberapa hari berikutnya, Si Gigi Ular dan teman-temannya pergi ke alun-alun untuk mendapatkan makanan setiap harinya. Semakin banyak warga yang mendengar berita itu dan datang ke lokasi di mana bubur gandum dibagikan, sampai mereka memenuhi hampir setengah tempat alun-alun kota. Tentu saja, beberapa orang tidak hanya sekedar ingin mendapatkan makanan. Mereka juga ingin menyaksikan akhir dari para pemimpin organisasi Tikus Jalan Hitam.     

Pemandangan seperti ini tampak seolah-olah ada sebuah festival yang diadakan di Benteng Longsong setiap harinya.     

Setelah bubur gandum selesai dibagikan pada siang hari, akan ada persidangan dan eksekusi di sisi lain alun-alun kota.     

Seperti yang dikatakan wanita berjubah putih tempo hari, tidak ada Tikus yang bisa lolos dari kejaran mereka. Si Gigi Ular melihat Kanas di salah satu persidangan. Wajah Kanas tampak pucat ketika ia berlutut dan ia juga tampak gemetar, ia tidak lagi terlihat sangar dan arogan seperti sebelumnya.     

Kemudian, ketika senjata besi prajurit meletus, kepala Kanas hancur berserakan.     

Selain Kanas, Si Gigi Ular juga mendengar nama-nama pemimpin besar lainnya di antara para pemimpin organisasi Tikus yang ditangkap.     

Mereka termasuk Bos Penumpah Darah, Si Gagak Besi, Sang Pencabik … mereka semua adalah para pemimpin organisasi Tikus Jalan Hitam. Penampilan mereka tidak lebih baik daripada Kanas. Setiap kematian seorang 'raja' Tikus disambut dengan sorak-sorai yang hangat dan seruan 'Panjang umur bagi Yang Mulia' dari warga.     

Pada hari yang keempat, Si Gigi Ular akhirnya melihat Joe, ia tampak pulih sepenuhnya. Si Gigi Ular dan teman-temannya saling berpelukan dengan penuh semangat.     

"Dari mana saja kamu?"     

"Aku tidak tahu," sahut Joe sambil menggelengkan kepalanya. "Pikiranku samar-samar pada waktu itu. Ketika aku bangun, aku sudah berbaring di tenda, dan kepalaku sudah tidak sakit lagi. Aku hanya makan dan tidur sampai demamku turun. Ada beberapa orang yang sakit seperti aku di dalam tenda, kami makan bubur gandum dan dendeng daging. Aku makan banyak sekali waktu pertama kali sehingga aku hampir mengigit lidahku sendiri."     

"Benarkah itu?" tanya Si Cakar Macan, "Sialan, aku juga ingin terkena wabah flu!"     

"Senang kamu bisa segera pulih dan selamat," kata Si Bunga Matahari kepada Joe.     

Setelah mereka semua selesai bercengkrama, Si Gigi Ular tiba-tiba berkata, "Aku ingin mencari pekerjaan setelah Bulan Iblis berakhir."     

"Mungkin para bangsawan itu hanya membodohi kita, dan bisa saja ada persyaratan tambahan," kata Si Cakar Macan. "Ketika mereka merekrut prajurit Tentara Kedua dan anggota polisi yang baru, mereka meminta alamat rumah tetap dan catatan kelakuan baik, yang berarti kita tidak boleh berbohong. Jadi kita bahkan tidak mungkin akan dipertimbangkan oleh mereka untuk diterima bekerja."     

Si Gigi Ular hanya menggelengkan kepalanya dan tidak menyahut. Informasi dalam pengumuman itu secara bertahap menjadi kenyataan, dan Si Gigi Ular menyadari bahwa 'kota yang baru' itu mungkin memang jauh melebihi pemikirannya. Dalam beberapa hari terakhir ini, Si Gigi Ular sudah merasakan ada banyak perubahan.     

Jika si pembicara pengumuman itu mengatakan yang sebenarnya, apakah Si Gigi Ular bisa tinggal di kota yang baru? Jika Si Gigi Ular bisa meninggalkan identitasnya sebagai Tikus, apakah Paper akan merasa malu jika ia bertemu dengan gadis itu lagi?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.