Bebaskan Penyihir Itu

Hari Kemenangan



Hari Kemenangan

0 …     
0

Di luar masih gelap, dan seseorang mengetuk pintu rumah Cacusim tanpa henti. Cacusim menguap dan tanpa sadar ia mengulurkan tangan untuk mengambil mantelnya, kemudian ia baru menyadari bahwa ia tidak lagi membutuhkan mantel.     

Dinding bata yang tebal menahan hawa dingin masuk ke rumah itu, dan sistem pemanas yang luar biasa dari Yang Mulia membuat bagian dalam rumah tetap hangat. Tidak peduli seberapa lebat salju turun di luar, rumah itu tidak lagi terasa dingin seperti dulu, dan atapnya tidak lagi bocor. Rumah berkualitas tinggi seperti ini hanya pantas untuk para bangsawan di Kota Valencia. Tentu saja, rumah ini hanya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan rumah para bangsawan itu.     

Cacusim membuka pintu dan melihat seorang anak muda, pemuda itu adalah asistennya yang bernama Pike yang sedang berdiri di luar. "Kenapa Anda masih belum bangun? Kita harus bergegas, Kapten! Kalau tidak, kita tidak akan mendapatkan tempat yang bagus!"     

"Apakah kita harus pergi sepagi ini?" Cacusim menjulurkan kepalanya ke luar dan memandang ke langit. Fajar menyingsing menembus awan, dan sinar matahari pagi yang lembut menerangi sebagian kecil langit.     

"Tentu saja!" seru pemuda itu. "Tetanggaku mengatakan akan ada pertunjukan drama dari Rombongan Bunga Bintang selama perayaan berlangsung, dan kita tidak akan bisa masuk ke alun-alun jika kita datang terlambat!"     

"Baiklah, tunggu sebentar." jawab Cacusim sambil mengangkat bahu lalu ia kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian. Cacusim melihat ke arah tempat tidur yang kosong dan ia mendesah pelan. "Hari Kemenangan … apakah ada perayaan seperti ini juga di Benteng Longsong? Jika tidak, Vader pasti tidak akan bisa ikut merayakan kemenangan ini."     

Cacusim dan Pike pergi ke alun-alun dan melihat ada spanduk yang digantung di tali dan diikat ke pohon-pohon di kedua sisi jalan. Kota kecil itu tampak cerah dan baru di bawah sinar matahari pagi. Sesekali, orang-orang bergabung dengan mereka dari jalan setapak ke jalan utama dan ikut berjalan di samping mereka. Tampaknya orang-orang ini juga hendak pergi ke alun-alun.     

Cacusim sudah mendengar tentang perayaan ini dari Pike. Sang pangeran telah menetapkan hari pertama setelah Bulan Iblis berakhir sebagai Hari Kemenangan untuk merayakan karena penduduk kota ini bisa bertahan melewati Bulan Iblis dengan selamat. Pada hari itu, semua orang di kota akan mendapatkan 1 hari libur dan menikmati pesta api unggun raksasa di alun-alun kota. Pike telah mengetahui hal ini dan ia mengundang Cacusim untuk ikut dengannya. Setelah berpikir beberapa saat, pria tua itu akhirnya setuju untuk ikut.     

Ketika mereka masuk ke alun-alun, mereka melihat area di tengah alun-alun sudah dipagari dan polisi berseragam hitam sedang berjaga untuk menjaga ketertiban. Beberapa orang datang lebih awal dan mereka berdiri sambil menunggu. Cacusim dan Pike dengan cepat menemukan sebuah tempat kosong di dekat panggung dan mereka mengobrol sambil menunggu perayaan itu dimulai.     

Saat hari sudah siang, kerumunan orang semakin banyak berkumpul di alun-alun dan sang pangeran muncul di tengah-tengah panggung. Begitu sang pangeran muncul, Cacusim mendengar sorak-sorai yang luar biasa. Orang-orang di sekelilingnya dengan penuh semangat mengangkat tangan mereka dan berteriak, "Panjang umur bagi Yang Mulia!"     

Pangeran Roland tersenyum. Sang Pangeran menunggu sorak-sorai warga mereda, ia mengangkat salah satu tangannya, dan berkata dengan suara keras, "Kita telah berhasil mengalahkan kejahatan sekali lagi!"     

Sorak-sorai warga meledak lagi, suara mereka yang memekakkan telinga mengguncang hati Cacusim. Cacusim belum pernah melihat ada seorang penguasa wilayah yang begitu dihormati rakyatnya dalam waktu yang sangat lama.     

"Rakyatku, dari mana pun kalian berasal, dari Wilayah Barat, Wilayah Utara, Wilayah Timur atau Wilayah Selatan, selama kalian berkontribusi untuk mengembangkan kota kita, kemuliaan dan kemenangan akan menjadi milik kalian! Kemuliaan ini milik semua orang yang telah memberikan darah dan keringat mereka untuk Kota Perbatasan!" Suara yang tenang dan emosional sang pangeran tampaknya memiliki semacam kekuatan sihir dan bisa didengar oleh semua orang tanpa sang pangeran berteriak-teriak. "Hari ini adalah Hari Kemenangan kita. Hari Kemenangan ini diperuntukkan untuk kalian semua. Kejahatan belum sepenuhnya binasa dan mereka akan kembali cepat atau lambat, tetapi tidak peduli berapa kali musuh kita datang, kemenangan adalah milik kita selama kita bersatu dan bekerjasama!"     

Cacusim belum pernah mendengar ada seorang bangsawan yang menyebut warga sipil dan dirinya sendiri dengan sebutan 'kita', tetapi sang pangeran tampaknya tidak keberatan dengan hal itu. Sang Pangeran memandang ke arah rakyatnya dengan ekspresi yang alami, tidak ada raut kesombongan atau cemoohan di wajahnya. Di mata sang pangeran, ia dan rakyatnya adalah satu kesatuan.     

Itu sebuah pemandangan yang luar biasa, dan juga … harmonis.     

"Sekarang, mari kita bersorak untuk kemenangan ini dan mari kita angkat gelas kita untuk merayakan hari ini!"     

"Panjang umur bagi Yang Mulia!"     

"Menang, kita menang!"     

Sorak-sorai terdengar di seluruh alun-alun, dan orang-orang mengangkat tangan kanan mereka untuk menunjukkan rasa hormat mereka kepada sang pangeran, termasuk Cacusim.     

"Yang Mulia Roland adalah seorang penguasa yang layak mendapatkan kehormatan dan kesetiaan dari rakyatnya!" Pike berkata dengan penuh semangat sambil menepuk-nepuk dadanya.     

Selanjutnya, giliran Rombongan Bunga Bintang yang tampil di panggung, dan banyak orang yang bersiul-siul dengan penuh semangat.     

"Kita belum melihat penampilan mereka lagi sejak lama."     

"Nona Irene masih terlihat sangat cantik!"     

"Tetapi dibandingkan dengan Nona May, Nona Irene masih kurang menarik."     

"Sekarang namanya adalah Nyonya May. Apakah kamu belum mendengar beritanya? Nona May akan menikah dengan Pemimpin Kesatria, Tuan Carter, dan sang pangeran bahkan sudah mengirim hadiah pernikahan untuk mereka."     

Mendengar pembicaraan orang-orang itu, Pike bertanya dengan heran, "Nama rombongan pemain drama biasanya sama dengan nama teater atau nama kota asal mereka, jadi mengapa rombongan pemain drama di Kota Perbatasan memiliki nama yang aneh itu?"     

"Kamu bukan penduduk lokal, ya?" tanya seseorang kepada Pike. "Nona May dan Nona Irene keduanya berasal dari Teater Longsong, dan Nona May dijuluki sebagai Bintang Wilayah Barat, sedangkan Nona Irene dijuluki sebagai Bunga Masa Depan. Sekarang, mereka berdua tinggal di Kota Perbatasan, jadi rombongan itu diberi nama Rombongan Bunga Bintang."     

"Lihat, pertunjukannya sudah mulai!"     

Ini bukan pertama kalinya Cacusim menonton pertunjukan teater, tetapi alur ceritanya cukup unik. Daripada menampilkan kisah percintaan biasa di antara kaum bangsawan, pertunjukan ini menampilkan cerita sejarah di Wilayah Barat. Para aktor memerankan orang-orang biasa yang tinggal di Kota Perbatasan. Pada awalnya, mereka tampak tidak berdaya, kebingungan, dan dikejar-kejar binatang iblis selama Bulan Iblis. Kemudian mereka memutuskan untuk tinggal di kota ini dan berperang melawan binatang iblis. Seluruh alur cerita itu penuh dengan lika-liku yang sangat mencekam. Ketika para tokoh meninggal karena kelaparan dan kedinginan atau terbunuh di garis pertahanan untuk melindungi keluarga mereka, para penonton merasa seolah-olah mereka juga mengalami hal yang sama.     

Cacusim terhanyut ketika menyaksikan pertunjukan itu, dan bahkan para pendatang yang baru saja datang ke Wilayah Barat dapat merasakan pengorbanan yang dilakukan warga Kota Perbatasan dan upaya mereka yang telah mereka lakukan secara terus-menerus untuk bertahan hidup.     

Ketika pertunjukan itu selesai, tepuk tangan meriah terdengar di seluruh alun-alun.     

Cacusim tercengang dengan apa yang ia lihat selanjutnya. Seorang gadis berambut pirang memegang sebuah 'batangan' hitam di tangannya. Gadis itu memotong panggung kayu menjadi berbagai bagian, dan menggunakan potongan-potongan kayu itu untuk menyalakan sebuah api unggun raksasa.     

Kerumunan orang banyak tidak merasa takut ketika mereka menyaksikan apa yang dilakukan gadis itu, dan mereka bahkan meneriakkan namanya. "Nona Anna! Nona Anna!"     

Saat domba panggang sedang dipanggang di api unggun, atmosfer di alun-alun mencapai klimaksnya. Penduduk setempat secara spontan berdiri dalam barisan panjang kemudian mereka mulai menari dengan tarian aneh sebagai bagian terakhir dari pesta perayaan itu. Menurut orang-orang yang berdiri di sekitar Cacusim dan Pike, selama tarian mereka terus berlanjut, pesta barbekyu ini juga akan terus berlanjut hingga tengah malam.     

"Kapten, mari kita menari bersama!" kata Pike sambil menelan ludah. Pike tampaknya sangat ingin bergabung dengan mereka.     

"Aku sudah terlalu tua untuk menari," jawab Cacusim sambil menggelengkan kepalanya. "Kamu saja yang bergabung dengan mereka."     

"Aku akan bergabung dengan mereka kalau begitu." kata Pike sambil menjulurkan lidahnya. "Aku akan berbagi daging barbekyu itu denganmu jika aku sudah mendapatkannya."     

Melihat Pike ikut menari dengan orang banyak, Cacusim tidak bisa menahan tawanya. Cacusim telah memikirkan apa nama yang tepat untuk kapal beton yang ditugaskan kepadanya, nama kapal itu harus berkesan dan juga unik, dan kini tiba-tiba Cacusim mendapat sebuah gagasan.     

"Aku akan menamai kapal itu dengan nama Sang Pemenang," pikir Cacusim.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.