Bebaskan Penyihir Itu

Tempat Kejahatan Bermula



Tempat Kejahatan Bermula

0"Kita akan menangkap semua penjahat itu dan menghentikan kejahatan mereka di Kota Tanpa Musim Dingin!"     
0

Nightingale memegang bahu Summer dan berkata dengan suara keras.     

"Eh, baik … Nona Nightingale." jawab Summer, lalu tubuhnya terkulai lagi ke tempat tidur. "Tetapi sekarang sudah waktunya untuk tidur …."     

"Malam belum larut. Mari kita bicara tentang serangan balasan untuk menangkap para penjahat itu." Mata Nightingale berbinar-binar. "Tidak ada yang bisa lolos dari kejaran kita, bahkan Tikus yang paling licik sekali pun! Oh ya, kamu bisa memanggilku dengan sebutan Nightingale."     

"Baik … Nightingale." sahut Summer.     

Ya Tuhan … Summer tidak mengerti mengapa dirinya, sebagai seorang penduduk biasa, kini harus menangkap penjahat. Bukankah menangkap penjahat adalah tugas petugas patroli? Ditambah lagi, Nona Nightingale … bukan, Nightingale terlihat sangat bersemangat sejak ia kembali dari kantor sang pangeran. Nightingale berulang kali mengatakan kalimat 'menangkap penjahat' terus-menerus.     

"Tampaknya Nightingale benar-benar seorang penyihir yang membenci kejahatan." Summer berkata dalam hatinya. "Tetapi apakah aku benar-benar bisa membantu pekerjaan Nightingale?"     

Ketika Summer memikirkan hal ini, ia bertanya dengan hati-hati kepada Nightingale. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku tidak pernah menangkap penjahat sebelumnya."     

"Itu tugasku untuk menangkap para penjahat itu," sahut Nightingale sambil menepuk dadanya dengan bangga dan berkata, "Dan kamu hanya perlu menampilkan kembali adegan kejahatan itu untuk menunjukkan kepada kita siapa pembunuh yang sebenarnya!"     

"Maksudmu aku harus menunjukkan waktu dan tempat pada saat pembunuhan itu terjadi?" Summer merasa ragu-ragu dan kembali bertanya, "Tetapi, bagaimana aku bisa mengetahui kapan tepatnya pembunuh itu melancarkan aksinya?"     

"Uh …" Nightingale terdiam sejenak. "Kamu benar. Seberapa sering kamu bisa menggunakan kemampuanmu?"     

"Aku berlatih dengan Wendy selama 1 minggu dan batas penggunaan kemampuanku adalah 4 kali dalam sehari, aku rasa hanya itu yang bisa aku lakukan," kata Summer dengan nada frustrasi. "Kekuatan sihirku sangat terbatas dan jika ilusinya bertahan sedikit lebih lama, jumlah kekuatan sihirku akan berkurang. Selain itu, aku tidak dapat menciptakan kembali kejadian yang terjadi 2 hari sebelumnya, kalau tidak kekuatan sihirku akan terkuras habis dengan sangat cepat."     

"Berapa lama ilusi itu bisa bertahan?" tanya Nightingale.     

"Paling lama hanya 7 menit." jawab Summer.     

"Hm … itu pendek sekali." Nightingale berjalan mondar-mandir di samping tempat tidur. "Akan sangat merepotkan jika ilusi itu tidak memperlihatkan penjahatnya." Lalu Nightingale bermeditasi selama beberapa menit. "Jika kamu memperpendek durasi dalam setiap tampilan ilusi, dapatkah kamu menampilkan ilusi lebih banyak?"     

"Mungkin aku bisa melakukannya , tetapi aku tidak begitu yakin," gumam Summer, "Wendy mengatakan jika aku bisa mengendalikan kekuatan sihirku secara akurat, aku seharusnya bisa mengendalikan lamanya durasi ilusi yang ditampilkan. Tetapi setiap kali aku mengeluarkan kekuatan sihirku, aku selalu merasa kekuatanku berkurang dengan cepat."     

"Sayang sekali Passi tidak ada di sini," kata Nightingale dengan ekspresi menyesal. "Pokoknya, mari kita perkirakan waktu terjadinya kejahatan itu dan mari ambil kesempatan."     

"Me … mengambil kesempatan?"     

"Benar!" jawab Nightingale sambil tertawa. "Aku adalah orang yang selalu beruntung, kalau tidak, aku tidak akan pernah bertemu dengan Pangeran Roland." Tiba-tiba Nightingale menjadi sedih setelah mengucapkan kata-kata itu. "… andai saja aku bertemu dengan Yang Mulia beberapa hari lebih awal."     

"Bagaimana itu bisa dianggap sebagai sebuah keberuntungan?" seru Summer dalam hati. "Lagi pula, keberuntungan tidak bisa selalu diandalkan! Kemampuanku tidak akan bisa bekerja dalam beberapa jam kemudian setelah kekuatanku habis, apalagi untuk digunakan selama berhari-hari. Mungkinkah esok kita bisa menangkap penjahat itu?"     

"Baiklah, sekarang tidurlah." Nightingale meniup lilin dan kegelapan segera menyelimuti ruangan.     

"Baik." jawab Summer sambil naik ke tempat tidur yang besar. Tempat tidur yang empuk segera membuai tubuh Summer.     

"Ya ampun, inikah tempat tidur untuk kaum bangsawan? Tempat tidur ini memang sangat nyaman." Summer membenamkan kepalanya ke bantal yang bersih dan merasakan tubuhnya tenggelam ke dalam tempat tidur.Summer meregangkan tubuhnya dan ia langsung pulas.     

"Apakah semua penyihir di istana Yang Mulia juga tidur dengan tempat tidur senyaman ini? Jika aku tidur di tempat tidur seperti itu, rasanya aku tidak ingin bangun lagi." pikir Summer.     

Summer bisa mendengar Nightingale masih bergumam selagi ia berusaha untuk tidur.     

"Aku adalah perisai pelindung Yang Mulia …."     

Kemudian Summer langsung tidak sadarkan diri dan tertidur dengan nyenyak.     

…     

Keesokan hari pada waktu langitnya masih gelap, Summer sudah dibangunkan oleh Nightingale.     

"Cepat. Kita harus bergegas pergi," kata Nightingale dengan penuh semangat.     

"Baiklah …."     

Summer dengan enggan turun dari tempat tidur, ia mengenakan mantelnya, dan turun ke bawah bersama Nightingale. Di lobi, ada seorang pria tinggi dengan rambut berwarna cokelat yang sedang berjalan mondar-mandir. Ketika pria itu melihat Nightingale dan Summer, ia melangkah dan menyapa mereka berdua sambil membungkuk dengan hormat, "Selamat pagi. Namaku Rene Medde, aku Earl dari Keluarga Rusa Besar. Aku sudah menunggu kalian, kamu pasti Nona Nightingale, dan kamu adalah …."     

"Ini Summer, ia asistenku." jawab Nightingale sambil mengangkat kepalanya sedikit. "Summer juga seorang penyihir."     

"Begitukah?" Rene tampak sedikit terkejut tetapi dengan cepat ia mengangguk ke arah Summer. "Baguslah kalau begitu. Para penjahat itu tidak akan bisa bersembunyi jika aku mendapatkan bantuan dari kalian."     

"Di mana semua anak buahmu?" tanya Nightingale.     

"Mereka semua menunggu di luar istana." jawab Rene.     

"Baiklah. Suruh mereka menunggu sebentar lagi, aku masih belum menyantap sarapanku."     

"Tentu saja, silahkan Nona." kata Rene.     

Summer memusatkan perhatian pada mereka berdua sampai Nightingale berjalan ke ruang makan. Summer bergegas mengikuti Nightingale. "Ya ampun, apakah ini Nightingale yang sesungguhnya? Summer belum pernah melihat Nightingale bersikap dengan begitu elegan dan memasang wajah serius - bukan, tepatnya bukan bersikap elegan. Nightingale terkesan begitu angkuh seolah-olah ia adalah seorang bangsawan."     

Summer jelas tidak menyangka bahwa Nightingale bisa bersikap seperti itu.     

Selain itu, Rene Medde adalah seorang Earl. Di Kota Valencia, seorang Earl muda akan menjadi seorang kekasih yang sempurna yang diidam-idamkan setiap wanita. Jika aku jadi Nightingale, aku pasti akan merasa gugup untuk berkata-kata di depan Earl Rene. Tetapi Nightingale tampaknya tidak peduli tentang hal ini dan malah membuat pria itu menunggu.     

"Apakah tidak apa-apa jika kita membuat pria itu menunggu?" Summer bertanya dengan kuatir.     

"Tenang saja. Yang Mulia berkata kepadaku bahwa seorang gelar seorang bangsawan hanyalah sebuah gelar kehormatan di wilayah kekuasaan Yang Mulia, dan bahkan seorang Earl sekali pun tidak akan berani untuk menggodamu." jawab Nightingale sambil tersenyum. "Selain itu, Biro Keamanan memiliki otoritas lebih tinggi dibandingkan Balai Kota dan akulah kepala Biro Keamanan, jadi aku adalah atasan pria itu. Tentu saja aku bisa menyuruh pria itu untuk menunggu."     

Summer merasa wanita yang ada di hadapannya ini tidak selevel dengan dirinya, rasanya seperti sulit menjangkau Nightingale.     

Setelah menyantap sarapan, mereka semua meninggalkan istana untuk menyelidiki lokasi pembunuhan. Tadi malam, ada korban lain yang meninggal di rumahnya. Namun, kali ini lokasi pembunuhannya berada di pojok dekat Jalan Utara dan Jalan Barat.     

"Ini adalah pembunuhan yang keempat." kata Nightingale sambil mengerutkan kening. "Dan si pembunuh sekarang sedang bergerak ke wilayah barat."     

"Itu artinya si pembunuh menyadari bahwa efek penyebaran kejahatan yang dilakukan dalam 1 blok saja tidak terlalu berdampak luas," kata Rene sambil mengangguk. "Lagi pula, organisasi Tikus sudah tidak ada lagi."     

Selagi mereka berjalan tidak jauh dari gang yang berlumpur itu, salah satu petugas polisi berhenti di sebuah pondok yang kumuh. "Tuan, kita sudah sampai."     

Summer masuk ke pondok itu di belakang Nightingale dan jantungnya berdebar dengan kencang.     

Seorang pria tergeletak di lantai dengan luka di leher yang menganga dan darahnya berceceran ke mana-mana. Ada gambar mahkota dan salib di dinding yang menghadap ke pintu dan bau darah yang anyir merebak di ruangan itu.     

"Ukh …" Summer menutup mulutnya untuk menahan rasa mual agar ia tidak sampai muntah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.