Bebaskan Penyihir Itu

Secercah Cahaya



Secercah Cahaya

0"Ini adalah senapan mesin besar yang tempo hari pernah aku sebutkan. Senapan ini menggunakan peluru yang sama seperti senapan bolt action. Kalian dapat mengeluarkan peluru dari kantung ini dan menembak dari senapan baru," kata sang pangeran sambil menepuk-nepuk senapan mesin besar itu. "Mekanismenya jauh lebih rumit daripada senapan biasa, jadi aku tidak perlu repot-repot memberitahu kalian semua detail yang tidak perlu. Aku menamainya Senapan Mark I tipe HMG. Aku akan menunjukkan kepada kalian cara untuk menggunakan senapan ini."     
0

Yang Mulia duduk di belakang senjata api itu dan menarik pelatuknya. Yang terjadi selanjutnya sulit dipahami oleh Si Kapak Besi.     

Tiba-tiba, api meledak keluar dari moncong senapan, dan aliran udara yang kuat yang disebabkan oleh tembakan itu mengenai salju dan memercikkan serpihan saljunya ke udara. Satu renceng peluru sepertinya terus-menerus terhisap masuk ke dalam badan senapan. Di waktu yang bersamaan, cangkang peluru yang panas dan kosong dengan cepat keluar secara terus-menerus dari sisi lain senapan satu per satu. Beberapa lusin peluru langsung berjatuhan ke tanah hanya dalam 1 detik.     

Senapan mesin ini kelihatannya jauh lebih mengerikan daripada seluruh senjata yang pernah digunakan Pasukan Senjata Api. Tidak ada jeda yang terdengar di antara tembakan beruntun itu. Sang pangeran mengarahkan senjata mesin itu ke tanah yang ada di depannya dan bukan ke arah target yang jauh dan Yang Mulia terus menembakkan senapannya ke arah salju. Sebelum salju yang terpercik di satu tempat jatuh kembali ke tanah, percikan salju yang lain sudah terpercik lagi ke udara, membuat tanah bersalju itu tampak seperti permukaan air yang mendidih. Hujan peluru itu akan menjadi jaring kematian dan siapa pun yang mencoba menerobos ke wilayah Yang Mulia akan dibombardir dengan peluru-peluru itu.     

"Itu … senapan itu sangat luar biasa," gumam Carter.     

Carter bukan satu-satunya orang yang tercengang menyaksikan kehebatan senjata itu. Si Kapak Besi melihat ke sekelilingnya dan ia melihat bahwa semua penyihir itu juga tampak tercengang, dan hanya Nona Nightingale, yang selalu berdiri di samping Yang Mulia Roland yang kelihatan cukup tenang. Ashes, penyihir berambut hitam yang membawa pedang raksasa, menunjukkan ekspresi terkejut, bingung, sekaligus frustrasi.     

Si Kapak Besi juga merasakan perasaan yang sama. Si Kapak Besi telah menjadi Kepala Pengawal di Klan Osha karena kemampuannya dalam menggunakan pisau dan busur panah, keterampilan yang telah ia asah dengan begitu banyak latihan rutin sejak kecil. Sama seperti Si Kapak Besi, para prajurit paling kuat dengan bakat yang luar biasa sudah terkenal di kalangan para pemimpin klan di Wilayah Selatan. Namun, bahkan petarung tercepat dan terkuat di dunia ini sekali pun tidak akan pernah bisa lolos dari serangan peluru yang bergerak lebih cepat dari yang bisa dilihat oleh mata. Yang semakin mengejutkan, senapan Mark I bahkan tidak memiliki kelemahan yang membutuhkan jeda lama untuk mengisi ulang pelurunya. Jika Tentara Pertama dilengkapi dengan 20 senapan mesin besar seperti ini, keahlian bertarung musuh yang diperoleh dari kerja keras selama lebih dari 10 tahun akan terlihat seperti sebuah lelucon.     

Seorang pejuang yang terlatih secara alami pasti akan sulit menerima kenyataan ini.     

Untungnya, Si Kapak Besi telah menemukan jalan hidup yang baru.     

*******************     

Daun bergerak cepat melalui semak-semak tanaman yang tebal untuk mengusir binatang-binatang iblis yang telah menyusup ke dalam Hutan Berkabut menuju tembok Kota Perbatasan.     

Sekarang, Daun bisa mengendalikan area di Hutan Berkabut yang hampir seluas Kota Perbatasan. Pohon-pohon dan dedaunan di daerah itu menjadi mata dan anggota tubuh Daun. Mereka bisa tumbuh sesuai dengan kehendak Daun dan membentuk garis pertahanan untuk melawan musuh, tetapi Yang Mulia terus mengatakan kepadanya untuk memberitahu para prajurit setiap kali Daun menemukan binatang iblis atau iblis, dan jangan langsung bertarung melawan mereka, terutama jika bertemu dengan iblis. Jika iblis merasakan keberadaan Daun dan menghancurkan seluruh hutan, itu akan menjadi sebuah kerugian bagi kota, karena kota mengandalkan Daun untuk memberikan peringatan dini, dan sebuah 'hutan' yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Yang Mulia adalah sebuah aset yang sangat bagus.     

Daun menanami kembali sebuah tanah kosong di dekat kota dan ia berencana untuk menanam gandum 'Si Emas' segera setelah Bulan Iblis berakhir. Kali ini, dengan kemampuan Daun untuk mengendalikan hutan dengan kekuatan sihirnya, benih gandum akan tumbuh secara terus-menerus dan menghasilkan benih yang cukup bagi semua petani di Wilayah Barat.     

Tiba-tiba, Daun merasakan ada sekelompok binatang hibrida serigala yang mendekat dari pinggir hutan.     

Daun segera berbalik untuk melihat rombongan serigala ini dan ia melihat ada 8 binatang iblis yang kuat sedang melarikan diri masuk ke dalam hutan. Ketika Daun hendak mengirim merpati pembawa pesan untuk memberi tahu Tentara Pertama dan sementara ia hendak melepaskan merpati itu ke kota, Daun merasa ada sesuatu yang aneh.     

Semua binatang-binatang iblis itu tidak terlihat ganas seperti biasanya. Sebaliknya, mereka tampaknya bergerak karena terdorong oleh sesuatu. Bahkan ranting-ranting dan tanaman rambat Daun tidak bisa menghentikan mereka sekarang.     

Mungkinkah ada iblis yang kembali mendekati kota?     

Daun mengerutkan kening, dan pada saat ia hendak memperluas jangkauan penglihatannya, ia merasakan sedikit rasa hangat di kepalanya.     

Daun segera mendongak ke atas dan ia melihat cahaya berwarna keemasan mengintip dari celah-celah langit yang berawan, cahaya keemasan itu menyinari tanah yang bersalju di Wilayah Barat.     

*******************     

"Bagaimana aku menyelesaikan soal yang satu ini?" tanya Tilly sambil menunjuk persamaan yang ada di sebuah buku.     

"Yah … kamu masukkan persamaan 4 untuk membuat persamaan yang baru, kemudian kamu baru bisa mendapatkan hasil persamaan di buku itu." Anna dengan cepat menuliskan proses derivasi pada selembar kertas bekas. "Seperti ini."     

"Oh, aku mengerti." Tilly bertepuk tangan sambil berkata, "Jika kamu memasukkan variabel ini, hasilnya akan mendekati 1."     

"Mengesankan sekali! Kamu bisa menghitung hasilnya di luar kepala," kata Anna dengan kagum.     

"Itu karena kemampuanku. Kamulah yang sebenarnya luar biasa. Kamu bisa mempelajari semua yang ada di buku-buku baru yang ditulis oleh Yang Mulia dengan sangat cepat," kata Tilly sambil tersenyum.     

Anna tersenyum dengan lembut kepada Tilly. Hanya dengan menyebut nama Roland saja sudah bisa membuat Anna tersenyum seperti itu.     

Setiap kali Tilly melihat Anna tersenyum seperti itu, ia berpikir tidak mungkin seorang gadis sederhana dan jujur seperti Anna bisa menyukai seorang pria yang jahat. "Roland pasti sudah benar-benar berbeda sekarang," pikir Tilly, terlepas dari apakah ia adalah Roland yang asli atau tidak. Sebenarnya, Tilly sendiri merasa bahwa Roland yang sekarang benar-benar berbeda dari semua bangsawan yang ada di dunia ini seolah-olah ia berasal dari dunia lain. Namun, di saat yang bersamaan, Tilly merasa nyaman berada di sekitar Roland dan ia semakin menyukai daya tariknya yang unik seiring berjalannya waktu. Sambil menatap langit yang berawan, Tilly bahkan berharap Bulan Iblis bisa terus berlangsung sehingga ia bisa terus mempelajari semua pengetahuan yang dimiliki Roland. Dengan begitu, Tilly mungkin akhirnya bisa benar-benar memahami Roland yang sekarang, meski Roland sendiri tidak pernah membicarakan dirinya sendiri.     

Tilly menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pemikiran ini. Tilly menunjuk ke pertanyaan yang berikutnya. Yang membuat Tilly terkejut, buku itu tiba-tiba 'menyala'.     

Anna dan Tilly memandang ke luar jendela secara bersamaan. Jejak cahaya keemasan itu muncul di langit yang bersalju, dan sinar matahari yang sudah lama tidak terlihat sekarang membingkai awan dengan cahayanya yang hangat. Penduduk setempat yang sedang sibuk bekerja juga merasakan ada perubahan di langit. Tidak lama kemudian, semakin banyak orang yang keluar ke jalanan, mereka bersorak-sorai.     

Tilly menatap ke arah langit sambil terpana, segala macam emosi bergejolak di dalam hatinya.     

*******************     

Ketika tembakan senapannya berhenti, selongsong peluru-peluru kosong itu menumpuk di samping kaki sang pangeran. Warna merah pudar yang samar-samar terlihat di moncong senapan, dan asap putih tampak mengepul dari ujung laras.     

Semua orang terdiam, tidak ada orang yang mengeluarkan pendapatnya - dan senjata ini tidak perlu diuji coba lagi, Roland bisa melihat dari ekspresi semua orang bahwa senjata baru itu telah membuat semua orang tercengang.     

Si Kapak Besi tidak bisa menahan kegembiraannya dan ia berlutut dengan sikap ala Negara Pasir.     

"Dunia ini ada di dalam genggaman Anda, Yang Mulia."     

Si Kapak Besi sangat yakin bahwa jalan hidup barunya kini adalah untuk memimpin Tentara Pertama yang dilengkapi dengan senjata api baru untuk memperluas wilayah kekuasaan Yang Mulia Roland.     

Sebuah tangan meraih bahu Si Kapak Besi.     

Sang pangeran menyuruh Si Kapak Besi bangkit berdiri dan sang pangeran tidak tampak puas seperti yang diharapkan oleh Si Kapak Besi. Sang Pangeran melihat ke arah Pegunungan Tak Terjangkau dan berkata dengan suara pelan, "Musuh kita yang sebenarnya adalah iblis."     

"Meski begitu, aku akan tetap bertarung untuk Anda sampai aku mati." Sebelum Si Kapak Besi bisa menyampaikan pikirannya, cahaya yang menyilaukan menembus langit yang berawan, menerangi dunia yang ada di bawah. Para penyihir yang berdiri di belakang Si Kapak Besi berseru dengan takjub, dan Roland mendongak dan tersenyum. Semakin banyak cahaya yang turun dari atas dan langitnya menjadi semakin terang. Tidak lama kemudian, mereka tidak bisa menatap ke langit lagi karena cahayanya begitu menyilaukan. Sementara itu, awan mendung diam-diam meleleh seperti es yang terkena panas. Sang matahari kini muncul lagi di langit.     

Bulan Iblis kini sudah berakhir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.