Bebaskan Penyihir Itu

Persidangan Terbuka



Persidangan Terbuka

0Tidak lama setelah musim dingin dimulai, sebuah panggung kayu dibangun di tengah alun-alun kota. Itu adalah panggung persidangan pertama yang dibangun untuk penduduk di Kota Perbatasan. Panggung itu dibangun bukan untuk mementaskan pertunjukan drama tetapi untuk melakukan uji coba Persidangan Terbuka yang pertama.     
0

Pengumuman mengenai Persidangan Terbuka telah diumumkan dua hari sebelumnya. Pada hari persidangan nanti, panggung itu akan dikelilingi oleh banyak orang. Area alun-alun kota menjadi jauh lebih besar setelah diperluas tetapi masih belum cukup besar untuk mengakomodasi seluruh penduduk. Ada serpihan-serpihan salju yang jatuh dari langit, tetapi semua orang terlalu bersemangat dan mereka mengabaikan angin dingin dan salju yang turun.     

Suasana tiba-tiba menjadi riuh ketika sang pangeran muncul di panggung.     

Melihat penonton di bagian bawah panggung melambaikan tangan ke arahnya, Roland merasa sangat tersentuh. Dulu, Roland pernah menjadi bahan tertawaan di mata kaum bangsawan dan ia hanya memiliki sedikit pengaruh pada rakyatnya. Sekarang, dalam waktu satu tahun, situasinya benar-benar sudah berbeda.     

Dengan diiringi teriakan-teriakan dari kerumunan orang banyak, Pendeta itu didorong ke atas panggung. Ekspresi di wajah pendeta itu berubah sedikit saat menghadapi kerumunan massa. "Mungkin tontonan seperti ini sudah biasa dilakukan oleh manajemen tertinggi di gereja. Mereka terbiasa disembah oleh para jemaat, dan dapat dengan mudah mempengaruhi kehidupan orang-orang ini hanya dengan satu kata atau tindakan mereka," pikir Roland. Tetapi kali ini, pendeta ini mungkin tidak akan mendapatkan kejayaan yang sama seperti di masa lalu.     

Dengan kegembiraan yang terpancar di mata mereka, para penyihir dari Persatuan Penyihir berjalan ke atas panggung kayu. Dulu, para penyihir ini selalu difitnah, diburu, diperlakukan secara tidak adil, dan diadili. Tetapi kali ini keadaannya terbalik. Kini para penyihir adalah korban, pendakwa, anggota juri, dan objek persidangan kali ini adalah anggota gereja. Para penyihir selalu membayangkan adegan seperti ini, tetapi mereka tidak pernah menyangka bahwa hari ini akan datang begitu cepat.     

Roland melambaikan tangannya dan kerumunan itu langsung hening.     

"Salam, rakyatku."     

"Tujuan dari pertemuan kita hari ini adalah untuk mengungkapkan sebuah kejahatan yang memalukan. Gereja telah menyembunyikan kebenaran sejak awal. Aku tidak akan menemukan informasi yang mengejutkan ini jika bukan karena seorang Pendeta dari Kota Suci Hermes yang ditangkap dalam sebuah kasus pemberontakan."     

Roland telah memikirkan sebuah cara untuk mengungkap kejahatan gereja selama dua hari terakhir ini. Kasus pemberontakan di Bukit Naga Tumbang seharusnya tidak menjadi penyebab utamanya, karena kasus dari sebuah kota kecil yang jauh dari Kota Perbatasan tidak akan menarik perhatian rakyat, dan cerita mengenai Pertempuran Besar Ketiga dan Kerajaan Penyihir juga tidak boleh disebutkan, karena kisah beberapa ratus tahun yang lalu tidak mungkin dianggap masuk akal bagi rakyat dan mungkin malah akan menimbulkan kepanikan jika Roland mengungkapkan keberadaan iblis yang sewaktu-waktu akan menyerang manusia. Roland perlu berbagi kisah tentang sesuatu yang mereka pedulikan untuk membangkitkan kemarahan rakyat.     

Dengan kata lain, kasus ini harus menyentuh hati rakyat.     

Sudah jelas, para penyihir yang tinggal di sini sudah berbagi kehidupan sehari-hari yang sama dengan orang-orang biasa.     

"Gereja telah mengklaim bahwa para penyihir adalah kaki tangan iblis, mereka adalah orang-orang berdosa atau orang-orang yang dianggap pembawa kesialan, tetapi pada kenyataannya, baik Paus dan Uskup Agung telah melindungi para penyihir dalam jumlah yang mengejutkan! Hal itu disampaikan oleh Pendeta ini sendiri." kata Roland sambil menghadap Pendeta itu dan berkata, "Apakah itu benar?"     

Setelah terdiam cukup lama, Campus akhirnya menjawab, "Itu benar."     

Semua orang langsung riuh.     

"Yang Mulia, apakah orang ini benar-benar seorang pendeta dari Kota Suci?" tanya seseorang.     

"Tentu saja benar," kata Roland, ia memberi isyarat kepada Gema. "Pendeta ini dikirim ke Kerajaan Graycastle atas nama gereja sebagai orang suci, dan semua dokumen yang ia bawa telah mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya!" Roland menunjuk ke sebuah meja kecil yang ada samping panggung kayu. "Itu adalah jubah pendeta, lencana, surat, semua barang-barang itu adalah buktinya."     

Kerumunan orang itu tampak ragu-ragu, jadi Roland membiarkan Gema bertanya terlebih dahulu kepada mereka kemudian menjawab pertanyaan mereka. Selain itu, barang-barang ini memang asli, jadi Roland tidak perlu repot-repot untuk memalsukannya.     

"Rakyatku, seperti yang aku sampaikan sebelumnya," lanjut sang pangeran. "Perhatikan apa yang aku sebutkan ini — gereja berpura-pura sebagai tempat penampungan! Benar, mereka mengumpulkan bayi-bayi perempuan dan anak yatim dari seluruh negeri dan dari seluruh biara di Kota Suci dan para perempuan ini diperlakukan sebagai binatang. Hanya beberapa dari mereka yang berubah menjadi seorang penyihir, dan melanjutkan ke tahap pelatihan mereka selanjutnya. Sisanya hanya menjadi 'pajangan' bagi jemaat Gereja."     

"Tidak, itu …" Campus mengangkat kepalanya dan membuka mulutnya, tetapi ia tidak bisa mengeluarkan suara apa-apa.     

"Untuk mendapatkan lebih banyak penyihir, gereja berpura-pura melindungi para pengembara wanita dengan dalih akan memberikan mereka tempat perlindungan, dan bahkan berkolusi dengan komplotan Tikus Jalan Hitam untuk menculik bayi-bayi! Pikirkanlah ini rakyatku, jika ada sebuah gereja di kota ini, kalian tidak hanya akan kehilangan Nona Nana, tetapi kalian mungkin juga akan kehilangan anggota keluarga kalian. Gereja mengklaim bahwa para penyihir itu adalah orang jahat, pengikut iblis, dan mendorong orang percaya untuk menganiaya wanita-wanita tidak berdosa ini. Bisakah Anda mentolerir jika Nona Nana yang diperlakukan seperti itu oleh gereja?"     

"Tidak, Yang Mulia, tidak akan!" seru kerumunan orang itu.     

Suasana alun-alun terasa panas dan tegang, dan orang-orang mulai mengepalkan tinju mereka, mereka mengekspresikan kemarahan mereka kepada pendeta itu.     

"Nona Nana tidak mungkin orang jahat, dan ialah yang telah menyembuhkan lukaku!" teriak seseorang.     

"Aku sudah mengenal Nona Nana sejak ia masih kecil. Nona Nana adalah teman sekelas putriku di sekolah Tuan Karl."     

"Aku pasti sudah mati karena serangan binatang iblis jika bukan karena kesembuhan yang diberikan Nona Nana. Nona Nana adalah seorang malaikat bagi prajurit Tentara Pertama."     

Roland berhenti sejenak agar kerumunan itu bisa menyuarakan ketidakpuasan mereka, lalu ia melanjutkan. "Lalu, mengapa gereja melakukan semua kejahatan itu?"     

Pertanyaan itu menyebabkan kegemparan di antara kerumunan orang banyak.     

"Karena gereja membutuhkan para penyihir untuk mempertahankan kekuasaan mereka!" Sebelum rakyat dapat membuat lebih banyak spekulasi, sang pangeran berkata, "Seperti yang kalian ketahui, kemampuan para penyihir sangat bervariasi dan sangat luar biasa! Selain kemampuan penyembuh yang dimiliki Nona Nana dan kemampuan memurnikan Wabah Iblis yang dimiliki Nona Lily, para penyihir juga memiliki banyak kemampuan lain yang dapat meningkatkan taraf kehidupan kita. Sistem air bersih yang mengalir di kota kita dibuat oleh Nona Anna dan Nona Soraya. Ditambah lagi senjata api yang digunakan oleh Tentara Pertama dan mesin uap yang menarik kereta berisi bijih di tambang, semua ini adalah hadiah yang diberikan oleh para penyihir. Kota kita tidak akan mengalami semua kemajuan ini tanpa kontribusi dari para penyihir."     

"Tetapi semuanya memiliki dua sisi. Sama seperti pedang bermata dua, penyihir dapat dimanfaatkan untuk melawan binatang iblis atau dimanfaatkan untuk membunuh orang yang tidak bersalah. Gereja menggunakan kemampuan para penyihir untuk menyakiti orang-orang baik. Dan mereka yang tidak menaati gereja dianggap sebagai orang terkutuk. Bahkan, manajemen gereja melakukan kejahatan keji yang dicatat dalam doktrin mereka, dan mereka bertindak seolah-olah Tuhan mereka menyetujui semua perbuatan jahat mereka."     

"Rakyatku yang baik, jika anak-anak kalian diculik oleh gereja dan digunakan untuk menyakiti kalian setelah anak-anak itu mendapatkan pelatihan dari gereja, jika mereka dilatih untuk dijadikan senjata pelindung gereja, betapa menyedihkannya itu!"     

Roland berbalik, ia berjalan ke hadapan pendeta itu, dan membuka sebuah gulungan kertas panjang, lalu ia bertanya dengan suara keras, "Apakah kamu mempunyai hal lain yang ingin kamu sampaikan mengenai tuduhan yang tercatat di kertas ini?"     

"Itu … semua benar." Pendeta itu tampak seolah-olah tidak percaya dirinya bisa mengucapkan kata-kata ini. "Aku … aku mengaku bersalah."     

Kerumunan massa itu menjadi sangat marah.     

"Aku menyerahkan hak untuk menjatuhkan penghakiman kepada kalian semua!" Roland berkata dengan keras ketika kerumunan itu mulai gelisah, "Atas semua kejahatan yang dilakukan pendeta ini, pilihan kalian adalah …."     

"Bunuh!"     

"Bunuh!"     

"Bunuh!"     

Semua orang meneriakkan kata-kata yang sama, tidak lama kemudian hanya ada satu suara yang terdengar di alun-alun.     

Diiringi serpihan salju yang turun, rakyat di Kota Perbatasan telah menentukan pilihan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.