Bebaskan Penyihir Itu

Serangan Balik



Serangan Balik

0Di Bukit Naga Tumbang, Kilat mendirikan sebuah tenda yang cukup besar untuk mereka berempat.     
0

Nightingale duduk di dekat perapian untuk menghangatkan diri. Nightingale menggulung ujung celananya dan ia melihat betisnya masih berlumuran darah. Titik-titik yang terkena serangan cambuk perak Saint tampak bengkak. Awalnya Nightingale tidak merasa kakinya bengkak saat itu karena ia sedang sibuk melarikan diri, tetapi sekarang, saat ia beristirahat, ia berjuang untuk mengangkat kakinya yang terluka. Jika Maggie tidak datang untuk menyelamatkan Nightingale dan Passi tepat pada waktunya, ia mungkin tidak akan bisa berjalan lebih jauh lagi sambil membawa Passi.     

Sangat berbahaya bergerak dalam Kabut dalam kondisi Nightingale seperti ini. Garis yang berubah-ubah di dalam Kabut adalah garis-garis tajam yang sewaktu-waktu bisa memotong tubuhnya sampai hancur jika ia sampai terjatuh di dalam Kabut.     

"Biar aku bantu merawat lukamu, coo." kata Maggie.     

Maggie mengambil persediaan obat-obatan dari kantung tasnya. Selain kapas dan sebotol kecil alkohol, ia juga mengeluarkan sebuah obat-obatan herbal yang disiapkan oleh Daun, itu adalah obat luka paling mujarab di Persatuan Penyihir.     

Nightingale berusaha sekuat tenaga untuk menahan napasnya sambil meringis ketika cairan alkohol yang menyengat itu dituangkan ke atas lukanya. Jika Yang Mulia tidak mengatakan bahwa cairan alkohol itu bisa membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi pada luka, Nightingale pasti akan berpikir ini adalah semacam penyiksaan.     

Yang membuat Nightingale merasa lega, lukanya yang terasa terbakar itu dengan cepat mereda dengan bantuan obat-obatan herbal dari Daun. Segera setelah luka-lukanya dibalut, Nightingale merasa jauh lebih nyaman.     

"Punggungmu …," Passi berkata dengan pelan, "Apakah punggungmu baik-baik saja?"     

"Ada apa dengan punggung Nightingale?" Kilat masuk ke dalam tenda sambil membawa seikat kayu bakar.     

"Untuk menyelamatkanku … Nightingale terkena anak panah mereka," kata Passi dengan sedih.     

"Itu tidak masalah. Ini hanya seperti terkena dua pukulan." kata Nightingale sambil mengerucutkan mulutnya. "Punggungku baik-baik saja selama aku tidak tidur telentang malam ini."     

"Lebih baik kita balurkan sedikit obat herbal di punggungmu," kata Kilat sambil menyalakan perapian. "Obat herbal dari Daun itu tidak hanya ampuh untuk menghentikan pendarahan, tetapi juga sangat efektif untuk menyembuhkan memar."     

"Berbaringlah di pangkuanku, coo." Maggie duduk dan menepuk pangkuannya. "Biar aku balurkan obat ke punggungmu, coo."     

Melihat tatapan serius di mata Maggie, Nightingale tidak bisa menolak dan ia menerima pertolongan itu tanpa banyak bicara. "Baiklah."     

Nightingale menanggalkan pakaiannya sambil menutupi dadanya dan ia merebahkan diri di pangkuan Maggie. Passi memperhatikan sambil menahan napas.     

Nightingale tahu punggungnya yang awalnya mulus itu sekarang pasti penuh dengan memar merah yang semakin menghitam. "Memar ini hanya terlihat mengerikan. Berhubung kami para penyihir memiliki kemampuan penyembuhan diri yang relatif cepat, luka-luka ini pasti akan sembuh dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari," pikir Nightingale, sambil berusaha tidak menghiraukan luka-lukanya.     

Selama luka-lukanya sedang dirawat oleh Maggie, Nightingale terbatuk dua kali dan berkata, "Passi, apa rencanamu nanti? Redwyne adikmu telah diperdaya oleh gereja, dan kini ia telah mengkhianatimu. Sebenarnya, sebelum penangkapanmu itu, baik adikmu maupun Gereja tidak mengetahui bahwa kamu adalah seorang penyihir." Kemudian Nightingale menceritakan dengan singkat pembicaraan Saint dan Rosad yang ia dengar kepada Passi. "Mereka bekerja sama untuk merampas jabatan dan kekuasaanmu. Bahkan meski kamu bukan seorang penyihir, kamu tetap akan dihukum mati dengan tuduhan sebagai kaki tangan iblis. Itu pekerjaan mudah bagi gereja."     

"Jika mereka berani membunuh seorang Marquees," kata Passi sambil menggertakkan giginya, "Aku akan membuat Redwyne dan gereja membayar harganya!"     

"Perbuatan gereja jauh melebihi yang kamu bayangkan." sahut Nightingale sambil menggelengkan kepalanya. "Mereka bahkan berani membunuh Raja dan Ratu tanpa berpikir dua kali. Kamu pasti sudah mengetahui apa yang terjadi di Kerajaan Everwinter dan di Kerajaan Hati Serigala."     

Passi tertegun sejenak kemudian ia bertanya, "Apakah gereja benar-benar berani menggulingkan Empat Kerajaan? Aku memang mendengar rumornya dari para pedagang dari negara-negara tetangga, tetapi sebagian besar kaum bangsawan di Kota Raja menganggap itu hanya sebuah rumor konyol."     

"Kaum bangsawan di Kota Raja juga mengatakan bahwa Roland Wimbledon adalah seorang pangeran pemberontak." jawab Nightingale sambil mengangkat bahu. "Jika dugaan Yang Mulia benar, menaklukkan Empat Kerajaan hanyalah langkah pertama yang dilakukan gereja. Kecuali jika kamu bergabung dengan Persatuan Penyihir, aku tidak dapat memberitahumu lebih banyak tentang konspirasi gereja di balik itu semua. Selain itu, gereja pasti sudah menghabiskan banyak waktu untuk merencanakan kudeta itu dan sebagian besar anak buahmu seharusnya sudah berpihak kepada Redwyne, karena ia telah menjanjikan keuntungan yang lebih besar kepada mereka. Jika kamu ingin mengambil kembali posisimu di Bukit Naga Tumbang, kamu bisa meminta bantuan kepada Yang Mulia Roland Wimbledon."     

"Apakah Yang Mulia Roland benar-benar akan membantuku?" tanya Passi.     

"Tentu saja, menghancurkan gereja adalah tugas kita bersama," kata Nightingale sambil tersenyum.     

Passi terdiam, dan tampaknya ia merasa ragu untuk mengatakan sesuatu.     

"Percayalah padaku," kata Nightingale, ia mengetahui keraguan di hati Passi. "Kamu bebas meninggalkan Wilayah Barat kapan saja kamu mau. Yang Mulia tidak pernah memaksa siapa pun untuk tinggal di sana."     

"Apakah Yang Mulia Roland benar-benar membangun sebuah tempat di mana para penyihir dan manusia biasa bisa hidup berdampingan dengan harmonis?"     

Ini adalah kedua kalinya Passi menanyakan pertanyaan yang sama kepada Nightingale, dan kali ini Nightingale menjawab dengan bangga, "Itu benar, wilayah kekuasaan Yang Mulia adalah Gunung Suci bagi para penyihir."     

Dalam cahaya api unggun, ekspresi di wajah Passi masih menampakkan keraguan. Setelah beberapa lama, Passi mengangguk dan bertanya, "Apakah kita akan berangkat besok ke Kota Perbatasan?"     

"Belum saatnya," Nightingale dan Kilat menjawab secara bersamaan. Kemudian mereka berdua saling berpandangan dan tertawa terbahak-bahak.     

"Gereja lokal di Bukit Naga Tumbang pasti akan melaporkan kejadian hari ini ke Hermes, jadi dalam dua hari ke depan, kita harus menangkap semua merpati pembawa pesan yang dikirim oleh musuh kita," Nightingale menjelaskan kepada Passi. "Setelah itu, Maggie akan membawamu ke Kota Perbatasan. Aku masih punya beberapa urusan yang harus aku selesaikan di sini."     

Nightingale ingat apa yang dikatakan Saint di ruangan itu bahwa wanita itu akan pergi ke Kota Air Merah secepatnya setelah melakukan kudeta di Bukit Naga Tumbang.     

Tampaknya, ke mana pun Saint pergi, kekacauan akan segera terjadi. Wanita ini pasti akan menimbulkan masalah bagi Yang Mulia Roland suatu saat nanti. Jika Nightingale dapat menghambat pekerjaan Saint, ia tidak hanya akan menggagalkan rencana gereja tetapi ia juga bisa mengumpulkan banyak informasi dari Saint.     

Nightingale menarik napas dalam-dalam dan menyusun rencana untuk membunuh setiap anggota pleton gereja itu, tetapi ia tidak yakin apakah Pangeran Roland akan menyetujui rencananya ini. Jika Yang Mulia bersikeras untuk tidak menyetujui rencana itu dan malah menyuruh Nightingale kembali, ia akan melakukan apa yang diperintahkan Yang Mulia kepadanya.     

…     

Tiga hari kemudian, Maggie yang sudah mengirim Passi ke Kota Perbatasan, kini sudah terbang kembali ke Bukit Naga Tumbang sambil membawa dua penyihir tempur dari Pulau Tidur di punggungnya.     

"Mengapa kalian ada di sini?" Nightingale bertanya kepada Ashes dan Andrea, wajahnya tampak terkejut.     

"Pangeran Roland mengutus kami ke sini untuk membantumu," kata Andrea, dengan anggun ia melompat turun dari punggung burung besar itu, sambil melepas tudungnya dan mengibaskan rambut pirangnya. "Sebagai imbalannya, kami akan mendapatkan dua potong roti es krim dari Yang Mulia."     

"Kamu berniat menghabisi pasukan itu sendirian? Kamu tidak akan bisa menghancurkan satu pleton gereja tanpa bantuanku!" kata Ashes sambil tersenyum.     

"Yang Mulia berkata kamu bisa menjalankan apa yang sudah kamu rencanakan, tetapi kamu harus memprioritaskan keselamatanmu terlebih dahulu, coo." Maggie berubah menjadi seorang gadis dan melanjutkan kalimatnya, "Yang Mulia mengatakan ia akan menunggumu kembali di istana."     

"Benarkah …" pikir Nightingale, tiba-tiba ia merasakan perasaan yang hangat di hatinya. "Aku mengerti." jawab Nightingale.     

"Jadi ada berapa jumlah pasukan musuh?" tanya Ashes sambil mengangkat alisnya. "Aku dengar ada penyihir di antara pasukan itu?"     

"Aku belum tahu persis jumlah pasukan musuh, tetapi paling tidak ada dua puluh orang Pasukan Penghukuman bersama dengan para pelayan mereka dan beberapa orang jemaat gereja," kata Nightingale. "Kalian urus yang lain dan serahkan urusan penyihir itu kepadaku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.