Bebaskan Penyihir Itu

Perjalanan Ke Wilayah Barat



Perjalanan Ke Wilayah Barat

0Petrov menguap, ia duduk di tempat tidurnya, dan ia segera merasakan hawa dingin menjalar di bagian atas tubuhnya. Petrov ingin tetap berada di tempat tidurnya selamanya jika ia bisa, tempat tidur itu hangat dan ada Shirley yang menemaninya.     
0

"Apakah kamu tidak ingin tidur sebentar lagi?" Shirley berbalik dan bergumam, "Ini masih pagi, bukan?"     

Petrov membungkuk dan mencium kening wanita itu — Shirley memiliki rambut berwarna cokelat ikal yang lembut, kulitnya selembut kulit bayi, dan kedua matanya bulat dan indah. Ketika Petrov pertama kali bertemu Shirley di Teater Longsong, ia langsung jatuh cinta kepada Shirley pada pandangan pertama karena melihat mata indah milik wanita itu.     

"Kurasa hari sudah hampir siang, jadi aku harus turun ke bawah untuk melihat apakah ada urusan pekerjaan yang harus aku selesaikan." kata Petrov dengan lembut. "Tidurlah kembali jika kamu tidak ingin bangun, dan aku akan meminta pelayan untuk membawakan makan siang untukmu."     

"Tetapi aku ingin kamu tetap di sini bersamaku." kata Shirley sambil melingkarkan kedua lengannya di pinggang Petrov. "Lagi pula di luar sedang turun salju, jadi tidak mungkin ada pekerjaan yang bisa dikerjakan."     

Ucapan Shirley memang benar. Sejak Bulan Iblis tiba, seluruh kota langsung berubah hening. Pertunjukan teater hanya dipentaskan satu kali dalam seminggu, semua pedagang meninggalkan pasar, dan bahkan kedai minuman menutup kedai mereka. Jika ada orang yang berjalan-jalan di siang hari, orang itu pasti akan berpikir kota ini seperti kota hantu.     

Jadi … haruskah Petrov tidur sedikit lebih lama? Setelah mencoba mendekati Shirley selama hampir satu tahun, mimpi Petrov akhirnya menjadi kenyataan, dan ia merasa sedikit enggan untuk meninggalkan Shirley. Seluruh kesenangan semalam benar-benar membuat Petrov lelah, dan sekarang setelah kekuatannya pulih kembali, mungkin ia bisa kembali bercinta dengan Shirley setelah makan siang.     

Tepat pada saat ini, sebuah ketukan terdengar dari luar kamar.     

"Tuan Petrov, ada kiriman surat dengan amplop biru."     

Petrov terkejut dan ia langsung turun dari tempat tidur, ia mengambil jubahnya dan mengenakannya. "Aku akan segera ke sana."     

"Petrov?" gumam Shirley.     

"Tolong tunggu sebentar," kata Petrov sambil mengikat ikat pinggangnya dengan cepat dan meninggalkan kamar. Setelah beberapa saat, Petrov kembali ke kamar dan masuk ke dalam selimut sambil memegang sepucuk surat dengan amplop berwarna biru.     

"Apa itu? Siapa yang menulis surat ini kepadamu?" tanya Shirley. Shirley menguap dan duduk bersandar pada Petrov.     

"Surat ini dari Kota Perbatasan." jawab Petrov. "Ini pasti surat yang ditulis oleh Yang Mulia Roland."     

Petrov membuka amplopnya dan mengeluarkan suratnya, dan selagi ia membaca isinya, Petrov mengerutkan kening. "Yang Mulia memerintahkan aku untuk datang ke Kota Perbatasan."     

"Saat ini juga?!" seru Shirley. "Bahkan dalam kondisi cuaca seperti ini?"     

"Benar, pasti ada sesuatu yang sangat mendesak." jawab Petrov sambil menghela napas, "Aku akan segera berkemas dan pergi sore ini. Kamu harus pulang sekarang, dan aku akan mengunjungimu segera setelah aku kembali." Petrov langsung teringat momen satu tahun yang lalu ketika ia berlayar melalui badai salju ke Kota Perbatasan, sambil membawa surat peringatan dari Benteng Longsong atas perintah Adipati Ryan. Namun kini, Petrov dipanggil kembali ke kota itu oleh Penguasa Kota Perbatasan dalam kondisi cuaca yang buruk seperti ini lagi.     

"Tidak bisakah kamu berpura-pura tidak menerima suratnya?" tanya Shirley dengan jengkel. "Meskipun Yang Mulia menaklukkan Benteng Longsong, kamu adalah penguasa yang sebenarnya di benteng ini. Bahkan jika itu adalah perintah Raja, kamu tidak harus segera melaksanakan perintahnya, bukan?"     

Jika surat itu dari Adipati Ryan, Petrov mungkin bisa beralasan seperti itu. Namun, Petrov tahu Yang Mulia Roland adalah orang yang sangat tidak sabaran. Petrov hanya bisa membelai kepala Shirley dengan lembut. "Ini berbeda. Raja mungkin tidak bisa mengawasi seluruh Wilayah Barat, tetapi Yang Mulia Roland bisa … Yang Mulia Roland bukan hanya Penguasa di Kota Perbatasan, tetapi ia juga seorang penguasa di seluruh Wilayah Barat."     

…     

Selama Bulan Iblis berlangsung, memang benar-benar tidak ada banyak urusan pemerintahan yang harus ditangani di Benteng Longsong. Setelah mendelegasikan beberapa tugas kepada bawahannya dan menempatkan kota di bawah tanggung jawab ayahnya, Earl Hull, Petrov meninggalkan istana. Berbeda dari sebelumnya ketika Petrov hanya ditemani oleh satu orang asisten, kali ini ia berlayar dengan menggunakan kapal pribadi Adipati Ryan yang diberi nama Hati Singa, dengan lebih dari sepuluh pelayan dan stafnya, serta dua keluarga kesatria juga turut bersamanya. Tampaknya perjalanan Petrov kali ini terlihat cukup spektakuler.     

Tepat ketika rombongan Petrov sedang melewati luar benteng dan menuju ke pelabuhan, terdengar keributan dari sudut jalan yang menarik perhatian Petrov.     

Petrov melihat ada lebih dari sepuluh orang pria yang sedang berdiri melingkar dan tampak sedang memperhatikan sesuatu. Jika dilihat dari pakaian mereka, mereka semua adalah warga sipil. Mereka mungkin keluar dari rumah karena mendengar keributan di luar. Beberapa teriakan kata 'iblis' juga sesekali terdengar dari kerumunan itu. "Gantung gadis ini!" teriak seseorang.     

Petrov merasa sedikit simpati dan memerintahkan salah seorang kesatrianya, "Periksalah keadaan di sana. Jika itu hanya keributan biasa, katakan pada mereka untuk segera kembali ke rumah mereka masing-masing."     

"Baik, Tuan!"     

Kesatria itu menerobos kerumunan orang-orang dan berjalan ke tengah. Saat kesatria itu mengeluarkan pedangnya, kerumunan itu dengan cepat membubarkan diri. Kesatria itu kembali sambil membawa seorang wanita tua dan dua orang anak, di mana sebuah tali masih menggantung di leher salah satu anak itu.     

"Apa yang terjadi?" tanya Petrov kepada mereka.     

"Tuan!" Wanita tua itu berlutut di sebelah kaki Petrov. "Bunuh gadis ini segera! Gadis ini jatuh ke dalam godaan iblis dan menjadi seorang penyihir!"     

Kata-kata wanita ini mengejutkan Petrov. "Penyihir?" Petrov mengarahkan pandangannya kepada dua anak itu. Anak lelaki yang sedikit lebih tinggi segera berdiri di depan gadis itu dan tampak seolah-olah siap melindungi gadis itu. Wajah anak lelaki itu penuh memar, itu artinya anak ini telah dipukuli berkali-kali. "Temanku bukan kaki tangan iblis! Aku melihat dalam drama pertunjukan bahwa ada penyihir yang baik dan ada yang jahat. Mengapa anda mau menghukum temanku?"     

"Kamu yakin gadis ini seorang penyihir?" Petrov mengabaikan bocah lelaki itu dan ia kembali bertanya kepada wanita tua itu.     

"Benar, Tuan. Jangan tertipu oleh penampilan anak ini. Jika Gereja masih di sini, mereka tidak akan pernah membiarkan orang-orang menyebarkan kebohongan seperti itu di atas panggung. Gadis ini adalah kaki tangan iblis, dan aku menghukumnya atas nama Gereja. Tuan, gantung gadis ini sekarang juga agar pengaruh buruk tidak menyebar di Benteng Longsong!"     

"Bicaralah yang jelas!" Petrov menghardik wanita itu.     

Setelah wanita itu mengoceh selama beberapa saat, Petrov akhirnya mengerti apa yang telah terjadi. Setelah gereja dibakar oleh pasukan Timothy, wanita ini dan beberapa jemaat lainnya terus berkhotbah atas kemauan mereka sendiri di luar kota, dan pada saat yang sama mereka juga menunggu Kota Suci Hermes untuk mengirim seorang imam baru untuk membangun kembali gereja di Wilayah Barat. Kekacauan ini terjadi karena kebetulan semata. Gadis itu sedang menggunakan kemampuannya untuk membantu tetangganya membersihkan salju di atap mereka, lalu wanita itu berlari ke arah gadis ini, dan langsung menyebabkan kekacauan pada saat itu juga.     

Ketika wanita tua ini berbicara, ia terus mengeluh tentang absurditas[1] pendidikan dasar dan demoralisasi[2] di pertunjukan teater, yang menyebabkan kerumunan orang itu hanya berani memegangi gadis ini tetapi tidak membantu wanita ini untuk membunuhnya. Dahulu ketika gereja masih ada di Benteng Longsong, mayat gadis ini pasti sudah tergantung di atas tiang gantungan … kata-kata wanita ini yang penuh dengan kebencian membuat Petrov terkejut.     

"Bawa wanita ini dan interogasi ia dengan saksama." kata Petrov kepada salah satu kesatrianya. "Kamu masih boleh tinggal di benteng kali ini. Ketika aku kembali, aku ingin semua orang fanatik yang berlaku sama seperti wanita ini supaya di penjara."     

"Apa … tidak! Tuan, bagaimana Anda bisa …" Wanita itu bahkan belum selesai protes sebelum ia dibungkam dengan beberapa tamparan di wajahnya oleh sang kesatria.     

"Apakah kamu benar-benar penyihir?" Petrov bertanya pada gadis kecil yang ketakutan itu. "Tunjukkan kemampuanmu padaku."     

Gadis itu hanya bisa berlutut dengan lemah di tanah dan tidak memberikan respons.     

Petrov menggelengkan kepalanya, ia meninggikan suaranya, dan mengulangi ucapannya, "Jika kamu bisa membuktikan bahwa kamu benar-benar seorang penyihir, aku akan membiarkanmu pergi."     

Setelah beberapa saat kemudian, gadis itu menjulurkan tangannya dengan gemetar ke arah salju. Tidak lama kemudian, lapisan salju setebal hampir dua sentimeter meleleh menjadi air yang mengalir.     

"Jadi begitu." kata Petrov sambil mengangguk. "Ikutlah denganku."     

"Ikut dengan Anda?" Gadis itu mengangkat kepalanya. "Kita akan pergi ke mana?"     

"Kita akan ke tempat yang tepat untuk para penyihir." Petrov memberi isyarat kepada pelayannya untuk membawa gadis itu lalu ia berjalan kembali ke arah pelabuhan.     

"Lepaskan temanku, dasar pembohong! Anda berjanji akan membiarkan temanku pergi!" seru bocah lelaki itu lalu ia bergegas hendak menolong gadis itu, tetapi ia dihadang oleh para kesatria Petrov, dan suara teriakan bocah itu perlahan terdengar semakin jauh.     

[1] Hal yang tidak masuk akal     

[2] Kemerosotan moral     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.