Bebaskan Penyihir Itu

Darah Dan Daging



Darah Dan Daging

0Nail merasa jantungnya nyaris melompat keluar dari tenggorokannya.     
0

Pada saat itu, waktu seolah-olah berhenti. Nail menatap binatang iblis raksasa itu tanpa berkedip, sementara pada saat yang sama ia berdoa agar meriam baru itu mengenai sasarannya. Namun, binatang iblis itu masih terlihat baik-baik saja, dan malah monster itu sedang bergerak maju pada saat Nail mulai bernapas lagi.     

Sekitar setengah menit kemudian, monster itu menyingkirkan sebuah gundukan salju besar dari kakinya.     

"Pertempuran ini akan berakhir dengan buruk." pikir Nail.     

Hati Nail tiba-tiba menciut. Kelihatannya monster itu tidak bergerak menuju bagian keenam tembok kota, dan malah bergerak menjauhi meriam baru. Pasukan artileri harus menyesuaikan sudut meriam lagi, sementara pada saat yang sama mereka juga harus memperkirakan seberapa cepat binatang itu bergerak dan mereka harus menembak terlebih dahulu. Kalau tidak, peluru akan mendarat melewati sasaran seperti yang baru saja terjadi tadi.     

Dilihat dari tingkat penembakan pasukan artileri, mereka hanya memiliki satu kesempatan terakhir sebelum monster itu menembus tembok kota!     

Nail sudah bisa melihat bulu tebal yang menutupi seluruh tubuh monster itu, serta mulutnya yang besar dan berwarna merah tua di bawah taringnya. Para penyihir menyerbu ke depan monster itu, tampaknya mereka berencana untuk menghentikan monster ini. Namun ukuran tubuh mereka berempat bahkan masih tidak sebesar kaki binatang itu. Apakah para penyihir itu dapat berhasil mengalahkan monster itu dengan kekuatan sihir?     

Nail merasa sangat cemas dan khawatir, bahkan rasanya ia ingin berlari ke bagian keenam tembok kota dan mengingatkan pasukan artileri untuk segera menembak. Namun, karena ada pasukan pengawas yang berdiri di kedua sisi di setiap bagian tembok kota, Nail akhirnya menahan keinginannya — kemungkinan besar ia akan dianggap pengecut jika ia meninggalkan posisinya tanpa izin. Si Kapak Besi telah berulang kali menyatakan bahwa perilaku yang dapat menghancurkan garis pertahanan benar-benar dilarang. Begitu ada prajurit yang melarikan diri dan mengacaukan formasi, pasukan pengawas dapat langsung menembak orang itu di tempat.     

Binatang iblis yang berlari di bagian paling depan sudah memasuki jangkauan tembak senapan mesin. Ada serentetan suara tembakan yang meletus di tembok kota.     

Nail tidak punya pilihan selain melanjutkan misinya, ia menempatkan amunisi yang sudah disiapkan satu per satu di sebelah regu penembak.     

Tepat pada saat itu, terdengar suara bergemuruh kedua yang menggetarkan bumi, yang kurang dari setengah menit setelah penembakan meriam 152 mm yang pertama.     

"Mereka sudah menembak secepat itu!?" Nail memandangi bagian keenam tembok kota dengan terkejut. Asap di atas moncong meriam belum sepenuhnya menghilang dan kepulan asap terus-menerus mengalir keluar dari moncong meriam, membuat meriam itu tampak seperti sebuah pipa perak. Namun, sesuatu yang mengejutkan masih belum nampak. Nail bahkan tidak punya waktu untuk memperhatikan apakah tembakan pasukan artileri berhasil mengenai sasaran atau tidak ketika nyala api yang menyilaukan sudah muncul lagi.     

Itu tembakan yang ketiga!     

Ya Tuhan. Apakah pasukan artileri tidak perlu mengisi peluru meriamnya lagi?     

Nail hanya melihat empat atau lima orang yang sedang sibuk bekerja di bagian belakang laras meriam, tetapi ia tidak melihat ada prajurit yang mendekati moncong meriam. Tampaknya meriam 152 mm itu sama sekali berbeda dari meriam artileri lama yang pendek dan tebal, karena meriam baru ini dapat menembak secara berturut-turut seperti senapan mesin!     

Kali ini tembakan mereka mengenai sasaran.     

Nail tidak melihat peluru meriamnya mengenai tubuh monster itu. Yang pertama kali Nail lihat adalah darah dalam jumlah besar menyembur keluar dari sisi tubuh monster raksasa itu. Selain darah berwarna hitam yang tumpah, ada juga kulit berbulu yang terkoyak, serta potongan daging yang besar yang jatuh ke tanah. Binatang iblis itu tiba-tiba bergetar. Seluruh tubuhnya tampak sedikit rata, dan ada garis-garis kerutan muncul di kulitnya yang tebal seperti riak di permukaan air — tetapi Nail tidak yakin apakah semua penglihatannya ini hanyalah imajinasinya semata, karena pada menit berikutnya, tubuh monster itu tampak kembali normal, kecuali bola mata monster itu, yang telah melesak ke luar ketika tubuhnya terkena peluru meriam. Sementara itu, bola mata monster itu mengeluarkan sesuatu yang tebal berwarna hitam putih.     

Dengan suara berdebum yang keras, monster raksasa itu roboh ke tanah, ia berbaring miring bahkan tanpa mengerang kesakitan. Sampai saat itulah Nail baru melihat di mana peluru meriamnya mengenai monster itu — ada sebuah lubang yang menganga di dekat leher monster itu. Lubang itu bisa dibilang cukup kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuh monster yang begitu besar sehingga sulit untuk memahami bagaimana bisa lubang sekecil itu bisa mengakibatkan sesuatu dampak yang fatal seperti itu. Kepulan asap keluar dari lubang di leher monster itu, dan kulit berbulu di sekitar lehernya tampak menghitam.     

Monster Neraka baru saja mati semudah itu?     

Nail tidak bisa lagi menahan kegembiraan di hatinya, ia melampiaskan kegembiraannya dengan berseru lantang.     

"Panjang umur bagi Yang Mulia!"     

Bahkan musuh yang mengerikan dan ganas seperti itu tidak bisa bertahan menghadapi senjata kuat yang diciptakan oleh Yang Mulia! Terlepas dari meriam baru itu, Nail bahkan tidak bisa memikirkan cara lain untuk membunuh binatang hibrida raksasa ini — bahkan jika seorang penyihir bisa membunuh monster ini, itu tidak mungkin berakhir dengan mudah. Jika dipikir lebih jauh, bisa dibilang Yang Mulia, dengan cara tertentu, telah memberi para prajurit itu sebuah kekuatan dahsyat yang sebanding dengan kekuatan yang dimiliki para penyihir!     

Seruan Nail langsung direspon oleh semua prajurit dan sorak sorai lain juga mulai terdengar di sana sini. Awalnya hanya prajurit baru yang menanggapi seruan Nail dengan ikut berteriak nyaring, tetapi kemudian para veteran pun tidak bisa menahan luapan kegembiraan mereka.     

Ada sorakan nyaring yang meledak dari atas tembok kota.     

"Panjang umur bagi Yang Mulia!"     

*******************     

Roland baru diberitahu bahwa monster itu sudah dibunuh oleh meriam baru setelah pertempuran berakhir.     

Roland mengenakan mantel wolnya dan bergegas ke Tembok Barat. Tubuh raksasa binatang iblis itu masih berbaring diam di salju, dan darahnya yang berwarna hitam mencairkan salju yang ada di sekitarnya menjadi genangan air berwarna hitam.     

Tampaknya, betapapun mengerikan penampilan monster-monster ini, mereka tetaplah organisme yang lemah. Saat dihadapkan dengan amunisi dan peluru baja, mereka sama lemahnya seperti selembar kertas tipis.     

Peluru meriam berujung padat ini berputar-putar karena kehilangan stabilitas setelah diarahkan ke tubuh monster itu, dan dengan begitu pelurunya mentransmisikan energi kinetik ke seluruh tubuh monster, dan akhirnya menembus tubuh monster itu sambil berputar-putar di dalam perutnya — seperti yang bisa dilihat di tempat kejadian, sisi lain dari tubuh binatang itu benar-benar robek, organ-organ dalam dan tulangnya patah berserakan. Bahkan kepala monster itu, yang merupakan bagian yang paling sulit diincar oleh peluru meriam, hancur oleh energi peluru meriam yang bergetar dan monster itu langsung roboh ke tanah.     

Namun, Roland masih merasa sedikit khawatir. "Kekuatan tulang makhluk hidup tentu memiliki batas. Binatang ini rupanya berukuran beberapa kali lebih besar dari gajah. Bagaimana binatang ini bisa menopang tubuhnya tanpa dihancurkan oleh berat tubuhnya sendiri? Inilah mengapa hewan bercangkang tebal memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih kecil daripada makhluk laut, karena mereka tidak dapat mengatasi tarikan gravitasi."     

Apakah itu ada hubungannya dengan kekuatan sihir? Roland ingat Nightingale pernah berkata bahwa ia bisa melihat ada kekuatan sihir yang mengalir di dalam beberapa tubuh binatang hibrida iblis.     

"Bagaimana … mungkin ini bisa terjadi?" Agatha yang baru datang membelalakkan matanya, "Bukankah ini adalah Binatang Buas dari Neraka?"     

"Apa itu? Apakah itu sebutan untuk Hibrida Iblis ini?" Roland bertanya dengan penasaran, "Apakah monster ini juga pernah muncul di Dataran Subur sebelumnya?"     

"Benar, dan ketika mereka muncul secara berkelompok, mereka adalah musuh yang sulit dikalahkan bagi para penyihir bahkan iblis sekali pun. Banyak kota dan pemukiman dihancurkan oleh Binatang Buas dari Neraka ini," suara Agatha terdengar agak kering, "Namun, Binatang Buas dari Neraka ini hanya muncul ketika Bulan Merah sudah dekat."     

"Munculnya … Bulan Merah?" tiba-tiba Roland teringat dengan yang tertulis dalam sebuah buku kuno, "Ketika Bulan Merah sudah nampak di langit, Gerbang Neraka akan terbuka sekali lagi." kata Roland sambil mengerutkan kening dan bertanya, "Apa artinya itu?"     

"Ini adalah tanda yang diturunkan sejak Pertempuran Besar Pertama ketika kekuatan sihir sedang berada pada posisi terkuat. Kemunculan para penyihir akan membawa sesuatu yang lain dalam kekuatan sihir, yaitu iblis dan binatang iblis juga akan menjadi sangat kuat pada saat Bulan Merah." kata Agatha dengan gugup, "Aku sudah membaca dengan teliti buku sejarah yang kamu berikan kepadaku. Berdasarkan tahun-tahun itu, aku menyimpulkan bahwa seharusnya kita masih memiliki waktu dua puluh hingga lima puluh tahun lagi sebelum Bulan Merah tiba. Seharusnya tidak mungkin kita bertemu Binatang Buas dari Neraka secepat ini."     

"Tetapi monster itu sudah muncul sekarang," kata Roland, "Jadi apa artinya itu?"     

"Itu artinya kita tidak punya banyak waktu lagi." jawab Agatha.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.