Bebaskan Penyihir Itu

Harta Peninggalan



Harta Peninggalan

0Agatha langsung pergi meninggalkan lobi begitu ia selesai bicara dan ia bahkan tidak memberi kedua pria itu kesempatan untuk menjelaskan.     
0

Roland sedikit memalingkan kepalanya dan bertanya kepada Nightingale. "Bisakah kamu memberitahuku apa yang terjadi barusan?"     

"Kedua belah pihak mengatakan yang sebenarnya," jawab Nightingale sambil berbisik di telinga Roland.     

Roland merenung sejenak dan ia dengan cepat menebak apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang diucapkan dengan jujur tidak selalu benar, tetapi apa yang dipikirkan orang itu yang benar. Tampaknya masalahnya terletak pada catatan sejarah keluarga mereka.     

"Karena kalian sudah datang jauh-jauh dari Benteng Longsong, sebaiknya kalian jangan langsung pulang secepat itu. Tinggallah di rumah Ferlin selama beberapa hari dan silahkan menikmati pemandangan kota ini." Roland menoleh ke arah Adipati Eltek yang tampak masih kebingungan. "Aku akan mencoba bicara dengan Agatha, dan mungkin kalian bisa bertemu dan bicara lagi dengannya nanti."     

"Apakah itu … apakah itu benar?" tanya Adipati Eltek, tetapi ia langsung menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku jadi merepotkan Yang Mulia."     

"Oh ya, di mana Batu Ajaib dan buku-buku kuno yang kalian bawa?" tanya Roland.     

"Ada lebih dari sepuluh peti yang masih tersimpan di kapal kami."     

"Bagus, mari angkut semua peti itu ke istana," kata Roland sambil mengangguk. "Aku pikir Agatha akan melunak setelah ia melihat semua barang-barangnya masih tersimpan dengan baik selama lebih dari empat ratus tahun."     

…     

Setelah makan malam, Pangeran memanggil Agatha ke kantornya.     

"Kamu seharusnya memberi Adipati Eltek kesempatan untuk menjelaskan dari sudut pandang yang ia ketahui." lalu Roland menceritakan seluruh kisah yang disampaikan oleh Adipati Eltek. "Tidak peduli apa yang Kagar lakukan di masa lalu, pria ini berusaha mengembalikan barang-barang ini kepadamu, dan ia bahkan mungkin sedang mencoba untuk memperbaiki kesalahan leluhurnya."     

"Kagar telah menipu seluruh keturunannya, jadi pria ini tidak berhutang apa pun padaku." jawab Agatha sambil cemberut. "Ditambah lagi, keluarga penyihir dan pengikutnya sudah tidak berarti apa-apa lagi di masa sekarang. Mereka adalah penduduk Wilayah Barat, bukan? Jika aku menerima mereka, segalanya akan sulit bagimu, karena kamu ingin menyatukan seluruh Wilayah Barat di bawah pemerintahanmu, bukan begitu?"     

Roland merasa terkejut karena Agatha bahkan sudah mempertimbangkan masalah ini, lalu ia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Baiklah, itu masuk akal. Tetapi kamu tidak seharusnya menyalahkan mereka."     

"Aku tahu seharusnya aku tidak melampiaskan amarahku atas kejadian empat ratus tahun yang lalu kepada keturunan Kagar, terutama karena mereka tidak tahu menahu apa yang terjadi."     

"Nah, kini Agatha mulai bicara seperti anggota kerajaan penyihir sejati yang sudah mendapat pencerahan!" pikir Roland. "Apakah itu berhubungan dengan manusia biasa atau untuk menerima hal-hal baru, Agatha selalu memiliki pandangan yang positif. Bagiku, ini sudah jelas merupakan pola pikir yang luar biasa, tetapi pola pikir seperti ini mungkin sangat langka di Taquila, jadi tidak mengherankan kalau dulu Agatha kerap dianggap aneh oleh penyihir lain di perkumpulannya."     

"Kalau begitu, aku akan menjelaskannya kepada mereka," kata Roland sambil tersenyum. "Apakah kamu ingin memeriksa barang-barang hasil eksperimenmu?"     

Agatha memutar bola matanya dan mencibir, "Barang-barang itu bukan milikku. Itu milik Perkumpulan Pencari Taquila."     

…     

Semua peti telah diangkut ke ruang bawah tanah istana. Selain Agatha, Roland juga mengajak Tilly, Sylvie, dan Anna untuk memeriksa peti-peti itu.     

Peti-peti itu dibuka satu per satu di bawah pengawasan dan panduan Sylvie — sepuluh dari lima belas peti itu berisi Batu-batu Ajaib. Roland mengambil satu kristal sebesar kepalan tangan dan berdecak kagum. "Kamu bilang batu-batu ini bisa diubah menjadi Liontin Penghukuman Tuhan, jadi sebuah batu sebesar ini pasti bernilai sekitar dua ratus atau tiga ratus keping emas."     

"Dua ratus atau tiga ratus keping emas katamu?" Agatha tampaknya tidak terkesan mendengar ucapan Roland, "Batu Ajaib ini hanya bisa diproduksi oleh Hewan Buas Pengacau, jadi setiap bagian batu ajaib ini tentu tidak ternilai harganya."     

"Batu Ajaib jenis apa ini?" tanya Tilly. "Sepertinya batu-batu ini tidak mudah dibawa ke mana-mana."     

"Ini adalah Batu Cahaya." Agatha mengulurkan tangannya ke batu yang sedang dipegang oleh Roland dan menyalurkan kekuatan sihirnya ke dalam batu itu, lalu cahaya berwarna kuning pucat mengalir keluar dari batu itu, cahayanya menjadi semakin terang melebihi terang cahaya obor. Ketika cahaya yang keluar menjadi semakin menyilaukan, Agatha akhirnya melepaskan tangannya dari batu ajaib itu. "Lebih dari setengah batu-batu ini adalah Batu Cahaya. Selain batu yang diproduksi oleh Hewan Buas Pengacau, sisanya adalah hasil rampasan perang yang kami peroleh saat menyerang pemukiman iblis."     

"Bagaimana cara agar Batu Ajaib ini bisa dibuat menjadi ukuran kecil yang berbeda-beda?" Anna bertanya dengan penasaran. "Jika semua batu ini bisa diubah menjadi Liontin Penghukuman Tuhan, maka batu ini tidak bisa dipotong dengan menggunakan kekuatan sihir, tetapi seluruh wilayah yang berisi Batu Pembalasan Tuhan ini sangat keras dan tidak mungkin bisa dipotong dengan menggunakan pisau juga."     

"Seluruh wilayah?" Agatha tertegun. "Apakah kamu berbicara mengenai wilayah vena Batu Pembalasan Tuhan?"     

"Wilayah vena itu berada tepat di bawah tambang Kota Perbatasan." Roland menjelaskan dengan membuka gulungan peta harta karun yang diberikan Ferlin sebelumnya. "Permukaan batunya sangat keras, bahkan senjata api hanya bisa meninggalkan sedikit goresan di permukaan batunya."     

"Aku mengerti." jawab Agatha sambil tersenyum. "Kita bisa menggunakan peta ini untuk menemukan menara laboratoriumku. Benar, peta itu benar-benar digunakan oleh perkumpulanku untuk menandai wilayah vena Batu Pembalasan Tuhan dan wilayah vena itu juga merupakan lokasi yang dipilih untuk mendirikan Kota Suci yang baru."     

"Mendirikan Kota Suci yang baru?" Semua orang di ruangan itu bertanya dengan terkejut.     

"Menurut kalian mengapa ada ratusan kota di Dataran Subur, tetapi hanya ada tiga Kota Suci?" tanya Agatha sambil tersenyum. "Semua Kota Suci ini memang seharusnya dibangun di atas wilayah vena Batu Pembalasan Tuhan. Kami membutuhkan banyak Batu Pembalasan Tuhan untuk meneliti hubungan antara kekuatan sihir dengan Batu Ajaib, dan juga untuk mencegah penjarahan besar-besaran jika terjadi konflik di antara kaum penyihir."     

"Jadi awalnya kalian memang berencana membangun Kota Suci yang baru di Lereng Gunung Utara?" Roland bertanya dengan terkejut.     

"Benar, andai saja kami tidak dikalahkan begitu cepat dalam Pertempuran Besar Kedua." jawab Agatha sambil menghela napas. "Begitu pula dengan Tanah Barbar di Pegunungan Tak Terjangkau — kalian sekarang menyebut tempat itu dengan nama Dataran Tinggi Hermes, yang merupakan Kota Suci gereja saat ini."     

"Gereja juga sering menggunakan istilah 'Kota Suci'," kata Tilly sambil mengerutkan kening, "Jadi semakin besar kemungkinan bahwa Gereja saat ini tidak lain adalah Pusat Persatuan Penyihir yang sudah berganti nama."     

"Syukurlah mereka tidak membangun Kota Suci itu di Wilayah Barat." pikir Roland sambil menghela napas lega.     

"Intinya, Batu Pembalasan Tuhan pada dasarnya tidak bisa dihancurkan, jadi untuk memotongnya membutuhkan suatu bahan khusus," Agatha terus menjelaskan. "Bahan khusus itu adalah darah penyihir ditambah kekuatan sihir … atau menggunakan darah iblis."     

"Menggunakan darah?" Sylvie terperanjat.     

"Benar, dan jumlah darah yang dibutuhkan tergantung pada ukuran Batunya," kata Agatha sambil meregangkan tangannya. "Di Kota Suci Taquila, semua penyihir dewasa diwajibkan untuk menyumbangkan darah mereka. Begitu darah penyihir keluar dari tubuh mereka, darahnya akan kehilangan kekuatan sihir dengan sangat cepat, jadi darahnya harus digunakan saat itu juga. Setiap dua atau tiga tahun, para penyihir yang memenuhi persyaratan akan diperintahkan oleh Pusat Persatuan Penyihir untuk pergi ke tambang dan menyumbangkan darah mereka, dan iblis yang ditangkap sebagai tawanan juga dimanfaatkan untuk tujuan yang sama."     

"Apakah kamu sudah pernah meyumbangkan darahmu?" tanya Anna.     

"Tentu saja pernah," kata Agatha sambil mengangguk. "Bahkan Tiga Pemimpin Penyihir juga tidak terkecuali."     

"Bagaimana dengan darah binatang iblis?" tanya Sylvie. "Beberapa binatang hibrida iblis juga tampaknya memiliki kekuatan sihir dalam darah mereka."     

"Benar, tetapi tingkat kekuatan sihir di dalam darah hibrida iblis sangat rendah, sehingga darah hibrida iblis hanya dapat digunakan untuk mengurus batu yang sudah hancur," jawab Agatha. "Setelah Batu Pembalasan Tuhan dipotong, tingkat kekerasannya akan sangat berkurang sesuai dengan ukurannya, dan kekuatan batunya juga akan berkurang. Contohnya, Batu Pembalasan Tuhan yang sering dipakai orang-orang sebenarnya dapat dengan mudah dihancurkan dengan palu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.