Bebaskan Penyihir Itu

Cikal Bakal Angkatan Laut



Cikal Bakal Angkatan Laut

0…     
0

Roland menyaksikan kapal semen yang kedua meluncur ke dalam air dengan perasaan puas selagi rakyatnya bersorak sorai dengan semangat.     

Kedua kapal semen itu terlihat sederhana dari segi struktur, tetapi sebenarnya jauh lebih baik daripada kapal sebelumnya, yaitu si Kota Kecil. Kerangka penguat baja yang tebal telah ditambahkan ke struktur badan kapal, dan kualitas semen juga telah ditingkatkan. Kekuatan kapal ini secara menyeluruh lebih besar beberapa kali lipat dari si Kota Kecil.     

Untuk mempercepat proses pembuatan kapal, Roland juga menyediakan suku cadang untuk mesin uap, mekanisme transmisi, dan roda dayung saat ia mendesain lambung kapal. Dengan cara ini, para pekerja hanya perlu mengelas baut ke komponen logam lambung kapal. Para pekerja dapat dengan cepat membangun kapal seperti menyatukan potongan-potongan puzzle.     

Sementara itu, cetakan kapal terbuat dari besi dan bukan terbuat dari batu bata. Perubahan ini tidak hanya menjamin kepadatan tinggi dari cairan beton yang dituangkan, sehingga dapat meningkatkan kinerja kedap air kapal, tetapi juga memastikan bahwa setiap kapal hampir sama persis. Hal ini membantu menghindari terjadinya kesalahan saat memasang mesin uapnya. Untuk membuat desain cetakan kapal yang lengkap, Roland telah menghabiskan setidaknya tujuh atau delapan sampel pengujian. Untungnya, semen bukan lagi barang langka saat ini. Mesin uap telah menggantikan tenaga manusia, dari batu penggilingan gandum sampai tungku pembakaran. Ini adalah satu-satunya proyek industri berskala besar yang tidak mengandalkan kemampuan penyihir di Kota Perbatasan.     

Dengan material yang cukup, cetakan yang bisa diandalkan, dan para pekerja yang terampil, satu-satunya faktor yang membatasi produksi lambung kapal adalah tingkat pengerasan semen. Namun, dengan bantuan kemampuan Paper, hanya dibutuhkan waktu satu hari (daripada satu atau dua bulan secara normal) untuk mengeraskan semen dan meluncurkan kapalnya ke air. Dengan kata lain, galangan kapal dapat membangun kapal setiap dua atau tiga hari jika Roland membutuhkannya.     

Jika kecepatan pembuatan mesin uap dapat berjalan seimbang dengan pelatihan kru kapal, kemungkinan besar Roland dapat mengembangkan sebuah armada besar dalam waktu singkat dan memenuhi Sungai Air Merah dengan kapal-kapal miliknya sendiri. Semua kapal-kapal itu akan terlihat seperti sepasukan armada yang tangguh.     

Itulah kehebatan zaman industri.     

Sekarang karena lambung kapalnya telah selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah memasang mesin uapnya. Peralatan mekanik mesinnya hampir sama dengan yang ada di kapal modifikasi milik Serikat Dagang Teluk Bulan Sabit. Para pekerja ini sudah memiliki pengalaman untuk memasang mesinnya, jadi Roland tidak perlu khawatir tentang hal itu.     

"Aku tidak mengerti. Kenapa kamu mengatakan semua hal ini kepada rakyatmu?" tanya Nightingale.     

"Untuk mendorong kekuatan secara nasional." jawab Roland sambil tersenyum.     

"Hah? Maksudmu?"     

"Maksudku, lihatlah perubahan besar yang terjadi di kota ini." kata Roland sambil membelai dagunya sendiri. "Kamu mungkin tidak pernah menyangka bahwa perahu yang terbuat dari batu bisa mengapung di atas air sebelum melihat si Kota Kecil. Rakyatku juga pasti berpikir dengan cara yang sama. Setelah menyadari apa yang tidak mungkin menjadi mungkin, mereka akan memiliki kebanggaan terhadap kota ini. Ini adalah peningkatan mental yang efektif, yang bahkan dapat merubah keyakinan mereka bahwa tidak ada yang tidak dapat mereka raih."     

"Aku tidak begitu mengerti." Nightingale terdengar agak bingung.     

"Kamu mungkin hanya menganggap ini sebagai sarana propaganda untuk menggiring opini rakyat, itu tidak sepenuhnya salah," kata Roland sambil tersenyum. Di era ini, para bangsawan hanya merayakan acara besar atau upacara dengan mengundang warga sipil, yang hampir seluruh acara itu menjadi kepentingan bagi kaum bangsawan. Jika bukan karena ada makanan gratis, banyak warga sipil tidak akan hadir dalam acara itu. Namun demikian, kapal semen ini adalah hasil pekerjaan dari ratusan buruh, dan mereka adalah bagian dari perayaan itu sendiri.     

Setelah menyaksikan banyak mukjizat terus menerus, seluruh penduduk secara bertahap akan mengembangkan kepercayaan diri dan identitas mereka sebagai warga Kota Perbatasan, yang nantinya akan disebut sebagai 'mentalitas negara adikuasa' pada generasi berikutnya. Begitu suatu wilayah menjadi kuat dan makmur, mentalitas rakyatnya pasti akan mengalami perubahan positif.     

…     

Satu minggu kemudian, Roland menerima lebih dari dua puluh warga kota yang telah melamar sebagai posisi kapten di aula istana.     

Roland cukup terkejut ketika Barov melaporkan jumlah pelamar itu, karena ia tidak menyangka akan ada begitu banyak 'orang berpotensi' di antara para pengungsi yang diterima di kota ini. Ketika Roland membaca laporan data para pelamar dari Barov, ia tidak bisa menahan tawanya. Ada beberapa nelayan yang mengoperasikan rakit dan perahu nelayan kecil, bahkan beberapa tukang perahu yang mencari nafkah dengan menyediakan layanan penyeberangan antar sungai. Mereka memang bisa dianggap sebagai 'kapten' dalam artian tertentu.     

Di antara semua pelamar itu, hanya ada tiga orang yang memiliki pengalaman mengoperasikan sekoci[1] di sungai pedalaman, salah satu pelamar itu bahkan mengklaim bahwa ia dulu bekerja sebagai komandan di sebuah armada kapal pedagang, dan ia telah mencari nafkah di laut untuk waktu yang lama.     

Roland berpikir sejenak, lalu ia memutuskan untuk merekrut kedua puluh orang itu.     

Kapal bertenaga uap memiliki sistem yang sama sekali berbeda dari perahu layar, dan juga dioperasikan dengan cara yang berbeda. Bahkan seorang kapten yang berpengalaman tidak perlu mempelajari pengoperasian kapal uap dayung secepat itu. Selain itu, Roland sendiri tidak tahu apa-apa tentang cara mengoperasikan kapal, jadi lebih baik mereka belajar sendiri saat mereka berlayar nanti.     

Karena Roland sendiri mulai membangun kapal dengan pengetahuan seadanya, ia harus tegas dan berani mengeksplorasi cara kerja kapal itu sendiri.     

"Aku sudah membaca semua lamaran kalian," kata Roland sambil memandang ke arah sekelompok orang yang berlutut di aula, "Hari ini aku memanggil kalian ke sini untuk memberitahu kalian bahwa kalian telah lulus tahap penilaian awal, dan kalian boleh berbangga karena telah menjadi kelompok pekerja magang pertama untuk posisi kapten. Silakan bangkit berdiri."     

"Baik … Yang Mulia," semua orang bangkit berdiri dengan hati-hati, mereka saling bertukar pandang. Mereka tampak kebingungan dengan istilah 'kapten magang'.     

Roland mengambil inisiatif untuk menjelaskan, "Menjadi pekerja magang artinya kalian belum secara resmi dipekerjakan. Kalian hanya akan mendapatkan setengah dari gaji yang tercantum di pengumuman sampai kalian secara resmi naik ke kapal, yaitu sebesar sepuluh keping perak per bulan. Dua bulan pertama kalian akan menjalani masa pembelajaran, di mana kalian akan belajar dan membiasakan diri dengan kinerja, metode operasi, dan prosedur kapal baru. Di bulan ketiga kalian akan menjalani ujian, di mana kalian akan dinilai dalam hal kemampuan belajar kalian selama ini. Hanya peserta yang memenuhi syarat yang akan dipromosikan menjadi kapten secara resmi dan diupah secara penuh. Bagi yang tidak mau menerima persyaratan ini boleh meninggalkan aula sekarang."     

Tidak ada orang yang bergerak. Setelah beberapa saat, seorang pria tua tiba-tiba berbicara, "Yang Mulia, siapa yang akan mengajari kami dan siapa yang akan menilai kami untuk melihat apakah kami memenuhi persyaratan itu?"     

Roland melirik pria tua itu dengan tertarik. Pria tua itu adalah orang yang mengaku sebagai komandan armada kapal dagang yang berpengalaman. Namanya adalah Cacusim. Jika Roland tidak salah ingat, Cacusim adalah kerabat seorang polisi dari insiden percobaan pembunuhan dua bulan lalu. Menilai dari nada bicara pria tua itu, Roland tahu bahwa pria tua itu mungkin merasa bahwa tidak ada orang yang memenuhi syarat untuk mengajarinya cara mengoperasikan kapal. Memang benar, sebenarnya tidak ada pengajar khusus untuk mereka.     

"Pengajar itu adalah diri kalian sendiri," jawab sang pangeran sambil mengangguk.     

Kata-kata Roland menyebabkan kegemparan di antara kerumunan itu.     

"Yang Mulia, apa artinya itu?" Cacusim bertanya dengan bingung.     

"Berapa banyak yang kalian ketahui tentang mesin uap?" Roland menjawab dengan melontarkan sebuah pertanyaan. Seperti yang sudah Roland duga, tidak ada seorang pun yang bisa menjawab. "Kapal bertenaga uap itu benar-benar sesuatu hal yang baru. Pengalaman masa lalu kalian tidak akan banyak membantu, oleh karena itu kalian perlu menjelajahi dan menemukan jalan kalian sendiri. Tentu saja, aku akan mengutus tukang dari pabrik mesin uap untuk membantu kalian membiasakan diri dengan mesin uap." Roland berhenti sejenak dan melanjutkan, "Ujian penilaian kalian sangat sederhana. Mereka yang mampu mengoperasikan kapal dengan sekelompok awak dan berhasil menyelesaikan tugas transportasi akan dianggap memenuhi persyaratan."     

Meskipun ada pepatah yang mengatakan bahwa 'dibutuhkan waktu sepuluh tahun untuk membangun sebuah pasukan dan dibutuhkan waktu seratus tahun untuk membentuk angkatan laut' terdengar agak berlebihan, itu artinya membangun suatu armada angkatan laut memang bukan hal yang mudah. Jika sekelompok orang ini dapat menguasai cara pengoperasian kapal bertenaga uap, mereka pasti dapat menjadi sekelompok besar kru yang handal di Wilayah Barat. Para kru ini bisa langsung dipekerjakan untuk membangun kapal perang bertenaga uap nanti.     

Roland bertanya-tanya akan jadi seperti apa angkatan laut miliknya nanti.     

[1] Kapal kecil     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.