Bebaskan Penyihir Itu

Hubungan



Hubungan

0Di ruang bawah tanah istana Kota Raja di Kerajaan Graycastle.     
0

Timothy duduk di atas takhta sambil menopang tangan di pipinya. Timothy menyaksikan para kandidat melakukan aksi pembunuhan pura-pura mereka dengan perasaan tidak sabar.     

"Sudah berapa banyak pertunjukan orang bodoh yang aku tonton sejak musim dingin ini?" pikir Timothy.     

"Aku pasti bersikap terlalu lunak belakangan ini karena mengizinkan badut-badut ini tampil dengan atraksi yang menggelikan." kata Timothy dalam hati.     

Timothy bersin sekali dan ia merasa matanya terasa kering.     

Sejak Aula Kubah Langit dihancurkan oleh ledakan bubuk salju Roland Wimbledon, Timothy telah memindahkan tempat Rapat Dewan ke ruang bawah tanah istana. Setelah beberapa renovasi, termasuk membuka beberapa ruang penyimpanan, ruangan itu cukup besar untuk mengakomodasi semua menteri dan para anggota dewan. Yang terpenting, tempat ini benar-benar aman. Hanya ada satu pintu masuk, dan istana Timothy tepat berada di atas ruang bawah tanah ini. Tidak ada bubuk salju yang bisa menimbulkan masalah di sini. Satu-satunya kelemahan ruangan ini adalah kurangnya sinar matahari, dan karena itu cahaya harus dipasok dengan menggunakan obor minyak. Obor-obor itu ditempatkan di seluruh dinding, dan menyebabkan udara di dalam ruangan menjadi kering, panas dan pengap. Ditambah lagi, minyak obornya mengeluarkan aroma manis - menyengat yang membuat Timothy merasa mengantuk.     

Setiap kali Timothy memikirkan adik lelaki bungsunya, ia menjadi sangat murka dan dendam. Kalau bukan karena ada saksi mata yang mengatakan bahwa serangan itu datang dari langit, Timothy mungkin masih berniat membangun menara penjaga dengan sia-sia. Setelah Timothy menyadari bahwa membangun menara penjaga ini sama sekali tidak efektif, yang bisa ia lakukan hanyalah mengadakan pertemuan di tempat ini untuk sementara.     

"Roland Wimbledon pasti akan membayar mahal untuk kesalahannya ini!" geram Timothy.     

"Yang mulia." Suara seorang kandidat mengganggu lamunan Timothy. "Lihatlah aksiku. Jika Roland si pengkhianat itu berani tampil di hadapanku, aku pasti berhasil menyelesaikan misi yang Anda percayakan padaku!"     

Timothy melirik ke arah kandidat itu. Dalam sepersekian detik, kandidat itu mendaratkan empat pisau terbang dengan akurat di badan tong yang berjarak dua puluh langkah jauhnya dari posisi kandidat itu.     

"Apakah ini aksi yang kamu tawarkan?" tanya Timothy.     

"Benar, Yang Mulia," jawab kandidat itu dengan percaya diri. "Terus terang, aku sudah lama menggeluti bisnis ini sebelumnya. Aku telah membunuh puluhan anggota Tikus dengan metode ini. Jika aku bersembunyi di tengah kerumunan orang banyak, sebagian besar sasaranku bahkan tidak akan bisa melihat dari mana pisau terbang itu keluar."     

"Berapa banyak yang kamu minta?" Timothy sedikit menggeser posisi duduk tubuhnya yang terasa pegal.     

"Aku hanya minta dua puluh lima keping emas sebagai imbalannya," jawab sang kandidat sambil menghitung dengan jari-jarinya dan berkata, "Lima keping emas akan digunakan untuk membiayai biaya perjalananku dan penyamaranku — aku akan mengenakan pakaian biasa yang tidak mencolok agar bisa berdiri lebih dekat dengan pengkhianat itu."     

"Kesatria Weimar." Timothy memberi isyarat kepada kesatria itu.     

"Ya, Yang Mulia." Kesatria Berhati Baja itu berjalan ke aula, ia mengacungkan pedang dan perisainya.     

"Yang Mulia, apa maksud semua ini?" tanya kandidat itu dengan mimik terkejut.     

"Jika kamu bisa mengalahkan kesatriaku, aku akan segera mengabulkan permintaanmu." kata Timothy sambil mengedipkan mata kepada Weimar.     

Kesatria Weimar menganggukkan kepalanya. Kemudian, Weimar melepas ketopongnya dan berjalan menuju si kandidat.     

"Tunggu, tunggu dulu … tidak, Yang Mulia, ini tidak akan berhasil." si kandidat berbalik dengan panik untuk menghindari tebasan pedang kesatria itu sambil tergagap, "Aku tidak bisa bertarung seperti ini! Aaahh!"     

Weimar dengan cepat melanjutkan serangannya dengan sebuah tendangan keras ke perut si kandidat, dan membuat kandidat itu tidak sempat menyelesaikan kalimatnya.     

Setelah berguling-guling kesakitan sambil memegang perutnya di lantai, si kandidat dengan lemah melemparkan sebuah pisau terbang ke arah Weimar, tetapi pisaunya dengan mudah ditangkis oleh perisai Weimar. Lalu Weimar menginjak tangan si kandidat dan dengan menggunakan pedangnya, ia menebas setengah lengan si kandidat. Darah si kandidat segera tumpah ke tanah.     

"Tangankuuu…!!" si kandidat menjerit kesakitan. Pria itu memegangi sisa lengan kanannya dan berguling-guling di tanah.     

"Pertama, keluarga kerajaan tidak sebodoh orang yang biasa kamu bunuh. Bahkan saudaraku yang bodoh itu tidak akan mudah mendekat ke kerumunan. Kedua, jika kamu bahkan tidak bisa menghadapi seorang kesatria, apa yang membuatmu berpikir kamu mampu membunuh seorang pangeran yang dilindungi oleh banyak kesatria miliknya? Aku rasa setelah kamu menerima dua puluh lima keping emas itu, kamu akan segera melarikan diri." kata Timothy sambil memberi isyarat dengan tangannya. "Bawa orang ini keluar dari sini."     

Seandainya kejadian ini terjadi satu atau dua bulan yang lalu, Timothy pasti tidak akan mau membuang waktunya dengan menonton pertunjukan sekelompok orang bodoh dan serakah ini. Timothy hanya akan memberikan sejumlah uang kepada mereka yang ia anggap memiliki sedikit peluang untuk berhasil membunuh Roland — namun sampai sekarang, Roland masih tetap hidup dan berjaya.     

Mungkin karena sikap 'murah hati' Timothy ini yang menyebabkan semakin banyak orang muncul dan menyatakan bahwa mereka dapat menyelesaikan masalah yang diciptakan oleh Roland si pengkhianat, dan metode yang mereka usulkan menjadi semakin tidak masuk akal. Bahkan ada orang yang menyarankan untuk menggunakan wanita pelayan di bar sebagai pembunuh, ia mengklaim bahwa teknik membunuh yang digunakan wanita itu luar biasa dan tidak ada orang yang bisa menolak pelayanan wanita itu. "Benar-benar tolol! Apa mereka tidak tahu perbedaan antara perempuan biasa dengan penyihir?" Sudah menjadi rahasia umum bahwa Roland telah menampung dan memiliki beberapa orang penyihir, jadi tidak mungkin Roland akan tertarik dengan seorang wanita murahan seperti seorang pelayan bar!     

Timothy menghela napas panjang. "Dengan memberi kandidat bodoh itu sebuah pelajaran, mungkin kandidat yang lain akan berpikir dua kali untuk berani mengajukan diri.     

Mungkin Timothy telah melakukan kesalahan dengan merekrut seorang pembunuh bayaran dari kalangan warga sipil.     

Satu-satunya yang bisa mengalahkan Roland adalah pil Berserk dan bubuk salju.     

Timothy melirik ke sekeliling aula, dan ia melihat bahwa tidak ada kandidat lagi yang tersisa, ia bertanya kepada Perdana Menterinya, "Bagaimana kemajuan pengembangan senjata berbahan amunisi bubuk salju itu?"     

Menurut informasi dari agen intelijen Timothy di Benteng Longsong, alasan para penambang Kota Perbatasan dapat mengalahkan pasukan Adipati Ryan adalah karena pasukan Roland menggunakan senjata berbahan bubuk salju yang tidak biasa. Kemungkinan besar, senjata itu adalah pistol besi semi-tertutup yang memanfaatkan gaya yang dihasilkan oleh ledakan bubuk salju untuk mendorong tembakan timah ke arah sasaran, mirip seperti cara kerja busur panah otomatis. Timothy sangat tertarik dengan senjata ini, dan ia ingin segera mengumpulkan para pandai besi berpengalaman dari Kota Raja untuk mulai membuat model tiruan senjata unik itu.     

"Tidak semudah itu, Yang Mulia." kata Marquis Wyke sambil menggelengkan kepalanya. "Para pandai besi telah membuat lebih dari sepuluh prototipe senjata ini sesuai dengan informasi intelijen kita, tetapi tidak satu pun dari senjata itu yang mirip dengan senjata yang digunakan oleh si pengkhianat itu. Hanya beberapa senjata yang dapat menembus pelindung dada besi kesatria dalam jarak tembak sepuluh langkah, sementara semua senjata lain tidak akurat dalam jarak tembak lima puluh langkah."     

"Dalam jarak tembak sepuluh langkah?" Timothy mengerutkan kening. "Bisa juga senjatanya diarahkan ke bagian wajah, bukan? Kalau terus begini, bagaimana kita bisa mulai menyerang musuh?"     

"Memang, mungkin ada beberapa trik yang belum kita kuasai … satu hal lagi, bahkan jika kita berhasil mengumpulkan semua pandai besi dan pekerja magang di kota ini, paling banyak kita hanya bisa menghasilkan dua puluh buah senjata ini per bulan, dan tidak ada jaminan setiap senjata itu akan berfungsi dengan baik." jawab Marquis sambil menghela napas. "Sampai hari ini, ada empat kasus pistol besi yang meledak selama pelatihan, dan para penjaga kita tampaknya agak enggan berlatih dengan menggunakan senjata bubuk salju yang berbahaya semacam itu."     

"Sialan. Kota Perbatasan jauh lebih miskin daripada Kota Raja, namun Roland mampu menghasilkan ratusan pistol besi dalam satu musim dingin. Roland pasti telah menerima banyak bantuan dari para penyihir iblis itu." pikir Timothy dengan geram.     

Timothy mengalihkan topik pembicaraan dengan kesal. "Bagaimana dengan pilnya? Apakah gereja sudah menjawab permintaan kita?"     

"Ya, Yang Mulia." jawab Marquis. "Imam Besar gereja mengatakan bahwa Kota Suci sedang sibuk melawan serangan binatang iblis, karena itu untuk sementara gereja tidak dapat memberikan lebih banyak pil Berserk. Imam Besar itu berharap kita bisa menunggu sampai Bulan Iblis berakhir untuk membahas beberapa hal."     

"Aku tidak ingin melihat pengkhianat itu tetap hidup dengan tenang di Wilayah Barat, bahkan tidak satu hari lebih lama!" jerit Timothy.     

"Sepertinya aku harus menulis surat secara pribadi ke Kota Suci Hermes," pikir Timothy dengan geram. "Di masa depan nanti, jika gereja ingin terus merekrut jemaat di wilayah Kerajaan Graycastle, mereka harus membawakan pil itu sebagai imbalannya."     

Tepat pada saat Timothy hendak mengumumkan berakhirnya Rapat Dewan hari itu, Menteri Diplomasinya yang bernama Tuan Peluru, tiba-tiba berjalan menghampiri Timothy dan berkata, "Yang Mulia, utusan dari Kerajaan Fajar telah tiba di Kota Raja, dan mereka ingin bertemu dengan Anda."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.