Bebaskan Penyihir Itu

Mukjizat



Mukjizat

0Semua orang yang ada di ruangan itu menatap Agatha sambil tercengang. Setelah hening agak lama, Roland berdeham dan bertanya, "Bukankah Kabut Merah itu sangat beracun? Tidak mungkin kita bisa mendekati kabut itu, bukan?"     
0

"Kabut Merah hanya beracun bagi para penyihir. Menurut penelitian dari Perkumpulan Pencari Taquila, manusia biasa, tumbuhan dan hewan dapat bertahan hidup meski terkena Kabut Merah. Selain itu, api dapat mempercepat penyebaran Kabut Merah," jawab Agatha.     

"Bukankah kamu sendiri yang mengatakan bahwa manusia biasa mampu melawan Iblis? Nah, kamu bisa buktikan padaku sekarang! Binatang Iblis Bersayap akan diawasi oleh penyihir kita yang bisa terbang," kata Agatha sambil menunjuk Tilly, "Sisanya berjaga-jaga sambil menunggu kita membangunkan iblis dan membawa mereka ke dalam perangkap. Jika yang kamu katakan itu benar, menaklukkan pemukiman iblis ini seharusnya tidak sesulit itu."     

Roland terkekeh dan menggelengkan kepalanya, "Aku lupa bilang sebelumnya, perjalanan eksplorasi itu dilakukan dengan menggunakan balon udara, bukan mengirim penyihir yang bisa terbang ke sana. Balon udaraku hanya bisa mengangkut dua belas orang, dan aku rasa tidak ada cara lain yang bisa digunakan untuk membawa satu pasukan dalam jumlah besar. Selain itu … " Roland terdiam sejenak, "Rencana yang kamu sampaikan ini beresiko tinggi. Kita tidak tahu berapa banyak iblis yang mengintai di sana. Pertempuran jarak dekat beresiko menelan korban, belum lagi kita harus mengalihkan perhatian Binatang Iblis Bersayap. Aku tidak ingin menempatkan orang-orangku dalam keadaan berbahaya seperti itu."     

"Bagaimana mungkin kita bisa menyusun rencana jitu dan mudah untuk melawan iblis?" pikir Agatha dengan marah. "Setiap kali Pasukan Kebahagiaan mengerahkan orang-orangnya di masa lalu, semua orang terjun ke medan peperangan sambil berharap agar mereka bisa berjuang sampai mati. Seperti yang sudah kuduga, pria ini hanya berkhayal! Untuk mencapai tujuan yang kita inginkan, sudah pasti akan jatuh korban. Hanya seorang amatir naif yang tidak pernah mengalami peperangan kejam yang sempat memikirkan keselamatan tiap orang."     

Meskipun Agatha merasa sangat kecewa, ia masih bisa mengendalikan perasaannya, ia berhasil menyembunyikan keraguannya terhadap Roland. Pada siang hari setelah Agatha melihat presentasi uji coba senjata baru milik Roland, semuanya akan menjadi lebih jelas.     

Hanya saja saat ini, Agatha tidak lagi memendam harapan yang besar terhadap orang-orang ini.     

Roland hanyalah seorang pangeran yang belum pernah bertarung sebelumnya, lalu hanya ada sekelompok penyihir yang memiliki kemampuan tambahan, dan beberapa manusia biasa yang rapuh dan tidak berguna. Bahkan meski mereka memiliki senjata yang paling kuat sekalipun, seberapa kuat mereka bisa bertarung melawan iblis?     

Mungkin sejak Pusat Persatuan Penyihir hancur, umat manusia memang telah ditakdirkan untuk binasa.     

"Kamu sering berbicara mengenai Pertempuran Besar, mengapa kamu menyebut pertempuran itu dengan nama Pertempuran Besar? Bukankah itu hanya perang biasa untuk mengusir serangan iblis," tanya Roland kepada Agatha.     

"Semua orang memang menyebut peperangan itu dengan nama Pertempuran Besar. Kitab-kitab sejarah tidak pernah mencatat asal muasal peperangannya." jawab Agatha dengan kecewa, "Tidak salah jika kamu menyebutnya sebagai peperangan biasa untuk mengusir serangan iblis, lagi pula, iblis hanya menyerang ke Wilayah Fajar lewat Gerbang Batu …. "     

"Gerbang batu apa?" Gulir bertanya kepada Agatha.     

"Gerbang batu adalah Gerbang Neraka yang muncul dari dalam tanah." jawab Agatha sambil menghela napas. "Pada malam Bulan Merah, Gerbang Neraka akan terbuka dan menelan seluruh dunia. Itulah yang ditulis dalam kitab-kita sejarah. Bagaimanapun, Gerbang Neraka ini akan muncul setiap beberapa ratus tahun. Gerombolan iblis pertama menggunakan Gerbang Neraka untuk masuk dan menyerang Wilayah Fajar dan berusaha untuk membunuh kami semua."     

"Jadi pola serangan iblis juga terkait dengan hal itu?"     

"Iblis membutuhkan Kabut Merah untuk dapat bertahan hidup, jika mereka meninggalkan kabut, mereka harus bergantung pada simpanan mereka sendiri, simpanan itu berupa kantong kulit, wadah yang terbuat dari logam dan sebuah tangki. Ini juga alasan mengapa bisa ada Pertempuran Besar Kedua dan Pertempuran Besar Ketiga. Hanya pada saat Gerbang Neraka muncul, iblis dapat membuat kabut yang mengeluarkan Obelisk[1], yang biasanya lebih tinggi daripada gunung dan memiliki area penyebaran kabut yang luas. Satu Obelisk saja sudah cukup untuk menyelubungi seluruh Dataran Subur dengan Kabut Merah," kata Agatha.     

"Jika Pertempuran Besar berikutnya akan segera berlangsung, iblis pasti akan membangun Obelisk di tengah dataran untuk dijadikan markas. Setelah pembangunan Obelisk selesai, mereka akan mendirikan benteng di sekitar kabut untuk memulai serangan. Kali ini, aku rasa tidak ada tempat lagi bagi umat manusia untuk melarikan diri."     

"Jika waktunya sudah tiba, semua orang setidaknya masih bisa melarikan diri ke Fjords untuk berlindung." jawab Tilly sambil mengangkat bahu.     

"Apakah yang kamu maksud adalah kumpulan pulau kecil yang ada di tengah Laut Bergejolak? Berapa banyak orang yang bisa bertahan hidup di pulau kecil seperti itu? Pulau-pulau itu hanyalah tempat untuk orang yang menunggu ajal menjemput," balas Agatha dengan ketus.     

"Baiklah, semua orang harap tenang sedikit, setidaknya sekarang kita memiliki pemahaman mengenai iblis yang akan kita hadapi," kata Roland sambil mengangkat bahu, "Pada saat Pertempuran Besar Ketiga dimulai, kita pasti sudah lebih siap dari sebelumnya. Mari kita sudahi pembicaraan ini sampai di sini. Jika ada lagi yang perlu kita diskusikan, kita bisa melakukannya setelah makan siang."     

…     

Agatha menyantap makan siangnya dan mengikuti Wendy kembali ke kamarnya.     

Kehidupan di wilayah terlantar ini ternyata jauh lebih … mewah daripada yang Agatha bayangkan. Baik dari jenis makanan maupun rasanya jauh lebih unggul daripada pesta jamuan makan yang pernah ia makan sebelumnya. Agatha pikir mungkin karena ia terlahir pada zaman peperangan pada masa itu, baik di dalam menara batu miliknya sendiri atau di benteng milik Perkumpulan Pencari, makanan yang ia makan biasanya hanya terdiri dari roti, dendeng daging dan sup sayuran. Namun di kota ini ada banyak garam, mentega, dan madu, serta beberapa bumbu lezat yang tidak ia ketahui. Meskipun Agatha ingin menahan diri untuk tidak merasa terkesan, ia tidak bisa melawan godaan untuk tidak melahap sepiring penuh jamur panggang beserta dua potong besar daging panggang madu.     

Namun, semakin Agatha makan, ia merasa semakin kesal. Agatha kesal kepada dirinya sendiri karena ia begitu mudah menyerah pada godaan makanan lezat, ini sungguh memalukan bagi Kota Taquila, dan ia membenci Roland karena ia merasa sang pangeran adalah orang yang berpikiran pendek karena berani membuang-buang waktu untuk menikmati makanan lezat sementara umat manusia sedang berada di ujung kebinasaan!     

Memikirkan hal ini, Agatha semakin mengeraskan hatinya dan berkata kepada Wendy, "Aku sudah hafal jalan menuju ke aula istana. Kamu tidak perlu repot-repot mengantarku kembali ke kamar mulai sekarang."     

"Sama sekali tidak merepotkan. Aku senang melakukan hal-hal untuk menolong orang …" jawab Wendy sambil tersenyum. "Dan jika kamu ingin berbicara tentang apa pun, aku selalu siap mendengarkan. Memendam perasaanmu dalam hati hanya akan membuat hatimu semakin terluka."     

"Bukankah ia sendiri yang bilang ia akan menunjukkan kepada kita senjata baru pada siang hari nanti? Kini mengapa ia meninggalkan kita semua sendirian setelah makan siang selesai?"     

"Maksudmu Yang Mulia Roland? Itu … karena Yang Mulia sedang tidur siang," Wendy menutup mulut Agatha dan berbisik, "Itu kebiasaan Yang Mulia, biasanya setelah makan siang Yang Mulia akan tidur siang setidaknya selama satu jam. Yang Mulia sering mengatakan tubuh adalah dasar dari semua tenaga yang dikeluarkan. Tanpa istirahat yang cukup, tidak mungkin ia bisa memenuhi tugas-tugasnya sebagai seorang penguasa wilayah."     

"Oh pria itu sedang tidur siang! Kebiasaan macam apa ini! Apa tidur semalaman masih tidak cukup untuknya!?" pikir Agatha dengan marah, "Itu hanya alasan yang dibuat oleh seorang pemalas, namun kamu malah benar-benar percaya pada pria itu dengan sepenuh hati!"     

"Baik penyihir biasa ataupun penyihir yang mengalami Kebangkitan Tertinggi … mengapa kalian semua menaruh kepercayaan yang begitu tinggi kepada Roland?" tanya Agatha sambil menarik nafas dalam-dalam, "Apakah hanya karena Roland telah memberi kalian tempat perlindungan yang aman? Apakah kalian benar-benar percaya bahwa Roland dapat menang melawan iblis - bukan, bahkan melawan Gereja yang telah menindas kalian semua?"     

"Aku tidak bisa bicara atas nama saudari-saudariku yang lain," jawab Wendy dengan lembut, "Tetapi aku sendiri percaya kepada Yang Mulia. Karena Yang Mulia mampu membuat hal-hal yang selama ini tidak bisa dibayangkan orang lain. Bagiku, Yang Mulia adalah seseorang yang bisa membuat banyak mukjizat terjadi."     

"Mukji … zat?" pikir Agatha dengan heran.     

"Ketika para penyihir di seluruh wilayah sedang diburu sampai mati, Yang Mulia yang menyelamatkan Asosiasi kami, ketika semua orang menganggap kami sebagai jelmaan iblis, Yang Mulia menciptakan sebuah tempat di mana kami bisa hidup berdampingan dengan manusia biasa secara harmonis. Dalam waktu satu tahun, Yang Mulia berhasil mengerahkan satu pasukan orang-orang biasa untuk melawan binatang iblis di Bulan Iblis, dan juga berhasil mengalahkan serangan Adipati Ryan yang memiliki wilayah kekuasaan beberapa kali lipat lebih luas dari wilayahnya sendiri, dan bahkan pasukan Kerajaan Graycastle yang diutus untuk menyerang kota ini tidak mampu melewati perbatasan kami."     

"Tetapi itu semua hanyalah pertempuran melawan sesama manusia biasa, dibandingkan dengan pertempuran melawan Pasukan Penghukuman Tuhan dan pasukan iblis, ini adalah hal yang sama sekali berbeda." jawab Agatha sambil menggelengkan kepalanya.     

"Tentu saja bukan hanya itu," kata Wendy sambil melanjutkan, "Ajaran dan ilmu pengetahuan yang diajarkan Yang Mulia yang telah membuat empat saudari kami bisa mengembangkan kemampuan mereka, dan tanpa henti Yang Mulia terus menciptakan senjata yang semakin kuat, yang memungkinkan para kesatria dan orang-orang biasa menang melawan seorang Penyihir Luar Biasa … ini semua mukjizat yang telah aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri, bukan hanya sekedar mendengarkan omongan orang, atau hanya berdasarkan cerita menakjubkan dari buku sejarah, itu semua terjadi tepat di depan mataku."     

"Suatu hari nanti Yang Mulia Roland akan menjadi Raja di Kerajaan Graycastle, dan ia akan membimbing kita untuk mengalahkan semua musuh kita." Mata Wendy tampak berbinar-binar namun suaranya terdengar sangat yakin saat mengatakan kalimat itu.     

"Itulah yang aku percaya." kata Wendy kepada Agatha.     

[1] Monumen tinggi yang ujungnya berbentuk segitiga     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.