Bebaskan Penyihir Itu

Jauh di Dalam Hutan Berkabut



Jauh di Dalam Hutan Berkabut

0Daun melewati cabang-cabang dan dedaunan untuk mencari Kilat dan Maggie.     
0

Sebenarnya, Daun tidak benar-benar melewati cabang dan dedaunan itu, tetapi ia hanya memindahkan pandangannya — tubuhnya terintegrasi ke dalam Hutan Berkabut yang lebat.     

Ini adalah sebuah perasaan yang luar biasa. Daun merasa seperti seekor burung, hanya saja seekor burung akan mendarat ke tanah jika tidak sedang mengepakkan sayapnya, sedangkan Daun tidak seperti itu. Selama Daun bisa mempertahankan wujud ini, ia bisa menyeberang dari satu ujung hutan ke ujung yang lain dengan cepat. Tentu saja, dibandingkan dengan seluruh area Hutan Berkabut, daya jangkau yang bisa diintegrasi oleh Daun sekarang bagai setetes air di lautan.     

Sejak kemampuan Daun berevolusi, ia sudah lama ingin menjelajah ke Hutan Berkabut di sebelah barat kota. Jika Daun bisa mengendalikan hutan yang luas ini, itu akan sangat membantu Yang Mulia, baik untuk bertarung melawan binatang iblis atau untuk menemukan barang dan bahan-bahan makanan. Tidak banyak hal yang bisa Daun lakukan untuk membantu pekerjaan Yang Mulia. Selain memperbaiki tanaman, ini adalah satu-satunya hal yang bisa Daun lakukan, jadi ia ingin segera menguasai kemampuan barunya ini.     

Dibandingkan dengan kebun belakang istana, ini adalah sebuah hutan asli. Kompleksitasnya jauh lebih besar daripada pohon zaitun yang ada di istana dan anggur-anggur di sini tidak terhitung banyaknya. Ada banyak makhluk yang bersembunyi di setiap jengkal bumi. Daun melihat ke bawah di sepanjang akar tanaman, ia bisa merasakan binatang yang sedang tidur di liang tanah, serangga yang menggeliat di dalam tanah dan bangkai-bangkai hewan atau tanaman yang membusuk, juga suara aliran sungai kecil yang bergemericik.     

Untuk mencegah dirinya kehilangan kesadaran, Daun memperluas integritas wilayahnya dengan sangat hati-hati — mulai dari tembok kota di barat, lalu menjangkau lebih jauh lagi sedikit demi sedikit setiap hari. Begitu Daun sudah benar-benar beradaptasi dengan lingkungannya, ia mencoba untuk mengendalikan sebidang tanah baru di hutan.     

Jika Daun bisa terus seperti ini, ia bisa menguasai seluruh Hutan Berkabut dalam dua atau tiga tahun dari sekarang.     

Tidak lama kemudian, Daun menemukan dua orang yang sedang berburu di hutan. Jika Daun berjalan di salju daripada terbang melalui puncak-puncak pepohonan, ia pasti bisa menemukan mereka lebih cepat.     

"Aku menemukan mangsa," kata Daun sambil mengguncang-guncang ranting pohon.     

"Ah!" Kilat terlonjak sambil menepuk dadanya sendiri. "Kamu membuatku terkejut!"     

"Aku juga terkejut!" seru Maggie sambil mengangguk berkali-kali.     

"Maaf, maaf." lalu Daun menampakkan dirinya melalui sebuah batang pohon, seperti ranting yang tumbuh di dahan. "Begini lebih baik?"     

"Yah, setidaknya aku tidak sedang berbicara dengan hantu." kata Kilat lalu duduk di tanah. "Kamu bisa muncul di mana saja di hutan sesuka hatimu?"     

Daun mengangguk. "Selama itu di wilayah yang di ada bawah kendaliku."     

Maggie mendarat tepat di punggung Daun, ia berjalan beberapa langkah bolak-balik, dan bahkan mematuk di batang pohonnya. "Kamu bahkan bisa tumbuh menjadi sebuah pohon, coo!"     

Merasakan punggungnya tergelitik, Daun tidak bisa menahan tawanya. "Karena ini memang kemampuanku," katanya.     

"Kelihatannya agak aneh, coo." sahut Maggie.     

"Bagaimana kamu bisa menyebut orang lain aneh? Kamu sendiri bisa mengubah dirimu menjadi burung hibrida raksasa." kata Kilat sambil memutar kedua bola matanya dan menoleh kepada Daun. "Di mana mangsa yang kamu temukan itu?"     

"Ikutlah denganku," kata Daun.     

Daun tidak bisa mempertahankan wujud manusianya saat sedang bergerak, sebaliknya ia membuat tanaman merambat tumbuh dari dalam tanah untuk menunjukkan jalan kepada Kilat dan Maggie.     

"Mangsa macam apa yang kamu lihat itu?" tanya Kilat.     

"Seekor babi hutan gemuk keluar dari dalam hutan," jawab Daun. "Apakah kamu benar-benar ingin menangkap babi hutan itu sendirian? Aku bisa mengikat babi itu dengan tanaman rambat dan melemparkan babi itu ke kaki tembok kota."     

"Tentu saja aku ingin menangkapnya sendiri. Seorang penjelajah sejati ingin mendapatkan sesuatu yang lain selain hasil tangkapannya." jawab Kilat sambil mengangkat kepalanya. "Prosesnya terkadang lebih berkesan daripada hasilnya."     

"Aku apa saja tidak masalah selama ada daging untuk dimakan, coo!"     

Daun tersenyum. Maggie dan Kilat sudah menjadi pengunjung tetap di Hutan Berkabut sebelum Daun terintegrasi ke dalam hutan itu. Kilat dan Maggie berburu di hutan untuk mempraktikkan kekuatan sihir mereka, dan Maggie akan membawa semua mangsa tangkapan mereka kembali ke istana. Setengah dari daging di meja makan hari ini disediakan oleh mereka berdua.     

"Lihat, itu dia," kata Daun.     

Ada babi hutan gemuk yang sedang minum di tepi sungai, babi itu sedang menjilati air sungai yang dingin. Dengan gading besar dan tajam di sisi moncongnya, dan surai yang hampir sepanjang telunjuk, babi hutan itu tampaknya sulit ditaklukan. Pemburu biasanya tidak akan mendekat ketika menemukan buruan besar seperti itu, tetapi babi gemuk ini nampak seperti pesta makan besar di mata para penyihir.     

"Aku sudah siap," kata Kilat sambil mengeluarkan belatinya.     

"Kamu tidak menggunakan pistolmu?" tanya Daun dengan heran.     

"Itu akan terlalu mudah dan membosankan." jawab Kilat sambil menyeka hidungnya dengan penuh percaya diri lalu ia bergegas menuju buruannya.     

"Semoga berhasil, coo!" seru Maggie.     

Sosok gadis kecil itu, terlihat seperti seberkas cahaya keemasan, ia melompat ke kepala babi hutan itu dari belakang. Saat Kilat bangkit berdiri, babi hutan itu menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan kencang sambil meraung keras.     

"Apa Kilat gagal mengenai babi itu?" Tidak … Daun menyadari salah satu mata babi hutan itu mulai menyemburkan darah. Tampaknya Kilat berencana untuk mengambil keuntungan dari kelenturan tubuhnya dan pertama-tama ia menghilangkan ancaman serangan balik dari buruannya, kemudian menghabisi babi itu dengan sekali tusuk.     

Babi itu tidak berdaya menghadapi serangan Kilat yang tiba-tiba. Tidak lama kemudian, babi itu langsung roboh ke tanah.     

Kilat bersiul dengan bangga, "Bagaimana aksiku?"     

"Bagus sekali," kata Daun. Daun mengikat kaki belakang babi hutan itu dengan tanaman rambat dan menggantungnya. "Pertama, mari kita kuras darahnya. Yang Mulia mengatakan daging tanpa darah rasanya jauh lebih enak."     

"Purrr." Mulut Maggie berair. "Babi ini akan menjadi pesta makan besar malam ini, coo."     

"Tunggu dulu …" Daun tiba-tiba merasa ada makhluk lain yang memasuki hutan. Daun melihat ke tepi hutan dan melihat ada dua ekor serigala berwarna abu-abu yang mendekat.     

Daun mengerutkan keningnya, ada yang aneh. Serigala biasanya hidup jauh di dalam hutan dan biasanya tidak akan mendekat ke kota yang ramai, bahkan di musim dingin sekali pun.     

Daun sedang bimbang apakah ia harus memberi tahu Kilat dan Maggie tentang serigala itu ketika sosok lain yang familiar tiba-tiba muncul di depan matanya. Daun merasa semua bulu kuduknya berdiri ketika ia mengingat pertempuran tragis yang ia alami di Tanah Barbar.     

"Ada Iblis!" seru Daun dengan terperanjat.     

Daun melihat dua iblis perlahan berjalan ke arah tembok kota. Tidak ada Batu Ajaib di lengan mereka, atau tombak di punggung mereka, jadi mereka tidak membawa senjata. Namun, Daun melihat kedua iblis itu mengenakan sarung tangan besi berwarna hitam, itu adalah senjata yang sama yang membunuh si Sinar Merah!     

"Mengapa iblis bisa datang ke sini?" pikir Daun.     

Dengan penuh kengerian dan panik, Daun menoleh ke arah Kilat dan berkata, "Keluar dari hutan, cepat! Ada iblis datang!"     

"Apa?!" Maggie dan Kilat tampak sedikit terkejut.     

Daun dengan singkat memberi tahu mereka apa yang dilihatnya dan mendesak Maggie dan Kilat untuk segera menyelamatkan diri, "Cepat pergi! Mereka tidak punya binatang tunggangan dan tidak bisa mengejar kalian. Aku akan segera menyusul nanti."     

Yang membuat Daun terkejut, Kilat tampak ragu sejenak kemudian ia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku akan tetap di sini untuk melawan iblis itu."     

"K … kamu mau melawan iblis itu?" Daun tertegun dan bertanya, "Kenapa?"     

"Jika aku melarikan diri dari musuh sekarang, bagaimana aku bisa mengalahkan mereka di masa depan?" Gadis kecil itu menarik napas dalam-dalam, ia mengeluarkan pistol dari pinggangnya dan berkata, "Ayahku mengajarkanku untuk segera bangkit saat aku gagal. Aku tidak akan melarikan diri lagi kali ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.