Bebaskan Penyihir Itu

Harapan Untuk Mengembalikan Ketertiban



Harapan Untuk Mengembalikan Ketertiban

0"Yang Mulia! Tembok kota telah diterobos oleh musuh. Aku khawatir Koalisi tidak bisa bertahan lebih lama lagi! Mari kita keluar dari sini!" kata Kaff.     
0

Mendengar suara keributan di luar, Agatha berjalan keluar dari menara tingginya dan melihat cahaya berwarna merah samar yang bersinar melalui awan gelap, awan itu tampak seolah-olah basah terkena darah segar.     

"Tetapi adikku belum kembali." jawab Agatha.     

"Adikmu adalah seorang prajurit di Pasukan Pertahanan dan ia tidak bisa meninggalkan posisinya tanpa izin." suara Kaff terdengar semakin panik. "Jika Anda mati di sini, Anda pasti akan membuat adik anda kecewa!"     

Agatha sempat merasa bimbang sejenak, lalu ia mengangguk dan berkata, "Baiklah, aku mengerti."     

Para pengungsi berkeliaran di jalan. Para penjaga di sana membentangkan formasi untuk menjaga ketertiban. Sambil berbaur dengan massa yang berlarian ke sana kemari, Agatha berjalan menuju Gerbang Selatan sambil ditemani oleh Kaff, pria ini melindungi Agatha dari kerumunan orang-orang yang berlarian ke sana kemari dengan tubuhnya yang tinggi dan kuat.     

Itu adalah kekalahan besar.     

Agatha bertanya-tanya, "Apakah ini akhir kehidupan kami?" Agatha melihat kembali ke Menara Babel yang merupakan bangunan tertinggi di kota dan juga merupakan Pusat Persatuan Penyihir. Para iblis terbang sambil mengendarai Iblis Gila ke puncak menara dan sesekali para iblis itu akan jatuh terkena sambaran kilat. Namun, situasinya tidak juga membaik karena jumlah iblisnya terlalu banyak.     

Sebagai Kota Suci yang paling berkembang di Dataran Subur selama ratusan tahun, kota ini mungkin akan luluh lantak hari ini. Jerih payah membangun kota ini selama beberapa generasi ini akan hancur berkeping-keping, seperti istana pasir yang hancur, yang pembuatannya membutuhkan waktu sepanjang hari tetapi bisa dihancurkan dalam sekejap. Setelah itu, kemegahan kota ini akan tenggelam dalam reruntuhan dan kekacauan.     

…     

Sambil melewati Gerbang Selatan, Agatha dan Kaff menyadari bahwa mereka sudah terkepung oleh iblis. Mereka yang masih bisa bertarung langsung bergabung dengan para penjaga dalam pertempuran melawan iblis.     

Iblis Gila, Iblis Mengerikan dan Penguasa Neraka, musuh-musuh ini jauh lebih kuat daripada para pejuang. Setelah iblis-iblis ini melemparkan tombak mereka, puluhan orang meregang nyawa dalam kolam darah. Beberapa dari mereka tertusuk oleh tombak di perut dan isi perut mereka terburai keluar dari tubuh dan jatuh ke tanah. Beberapa orang terluka sangat parah dan mereka memegangi lukanya, sambil menangis dan meraung-raung.     

"Yang Mulia, Anda mau ke mana?" Kaff berusaha menghentikan Agatha.     

"Aku bisa bertarung." kata Agatha sambil menarik napas dalam-dalam. "Biarkan aku pergi."     

"Tidak, Anda jauh lebih penting daripada mereka. Anda tidak boleh …" kata Kaff bersikeras.     

"Biarkan aku pergi!" Agatha menggunakan kekuatan sihirnya untuk melepaskan diri dari cengkeraman Kaff, kemudian ia pergi tanpa menoleh ke belakang. Agatha melihat wajah-wajah iblis yang mengerikan dan senjata yang mereka gunakan tidak jauh dari tempatnya berada, dan ia merasa perutnya bergejolak melihat semua pemandangan berdarah ini. Meskipun Agatha melihat begitu banyak pemandangan yang mengerikan, ia memutuskan untuk tetap bertarung sampai mati. Agatha lelah bersembunyi di antara orang banyak. Sebagai seorang penyihir dari Kota Suci, Agatha yakin ia terlahir untuk bertarung.     

"Awas, menyingkir!"     

Tepat pada saat itu, terdengar suara seseorang berteriak. Hal berikutnya yang mereka lihat adalah sesosok yang terlihat mirip seperti dewa turun dari langit.     

Wanita itu membelakangi semua orang, ia mengangkat pedang panjang di tangannya. Rambutnya yang berwarna cokelat kemerahan melambai-lambai seperti nyala api, dan kehadiran wanita ini langsung membangkitkan semangat dan harapan semua orang.     

"Wanita itu adalah Pejuang Terpilih dari Pusat Persatuan Penyihir!"     

"Wanita itu … ia seorang Penyihir Transenden[1]!"     

Saat kerumunan itu bersorak-sorai, cahaya yang terpancar dari bilah pedang wanita itu dengan cepat mengubah seluruh pedangnya menjadi bercahaya dan berwarna emas yang menyilaukan, cahayanya bersinar seperti sinar matahari terbit. Cahayanya menerangi seluruh bumi dan menembus awan, menyelimuti awan yang berwarna merah gelap dengan warna-warna keemasan di langit. Ketika cahayanya bersinar begitu terang dan kuat, wanita itu melompat dan menyerang iblis-iblis yang ada di depannya.     

Mendadak keheningan tiba-tiba menyelimuti seluruh bumi.     

Pada saat itu, waktu terasa berhenti. Iblis-iblis itu memudar, seperti jejak kegelapan menjelang fajar, mereka diliputi oleh cahaya yang begitu terang benderang.     

Iblis-iblis itu, bahkan Iblis Gila dan Penguasa Neraka yang kuat tidak tahan menghadapi cahaya itu.     

Ketika Agatha membuka matanya lagi, ia hanya melihat tanah yang hangus dan iblis-iblis yang bertarung dengan mereka semua sudah lenyap, seolah-olah mereka tidak pernah ada.     

Melihat kejadian itu, iblis-iblis lain yang masih tersisa langsung menarik diri. Kini semakin banyak Pejuang Terpilih yang datang, dan keadaan sekarang sudah berbalik.     

"Keluar dari sini secepat mungkin!" kata Penyihir Terpilih yang membawa pedang. Wanita itu tampak lelah dan ia sedang berlutut sambil mengatur napasnya yang tersengal-sengal. "Sekarang pergilah kalian!"     

"Tetapi … Yang Mulia, ke mana kita harus pergi?" seseorang bertanya dari kerumunan.     

"Pertanyaan bagus, ke mana     

kita harus pergi?" Agatha tenggelam dalam lamunannya, Kota Suci terakhir telah dikalahkan sekarang dan puluhan ribu nyawa manusia telah melayang. Para penyihir berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan pertempuran ini, tetapi mereka masih harus menghadapi kenyataan bahwa mereka telah kalah.     

"Jangan pernah menyerah, kita masih punya harapan!" seru penyihir yang berambut merah dengan tegas, "Pergilah ke arah pegunungan dan menyeberanglah ke sungai di daerah alam liar."     

"Tetapi di sana hanya ada beberapa penduduk desa." seseorang berkata.     

"Kita bisa memulihkan kekuatan dan ketertiban kita di sana. Selama kita selamat, kita akan melihat hari kemenangan kita!" kata Penyihir Transenden itu.     

…     

"Yang Mulia, mengapa Anda tidak ikut pergi bersama mereka?" Kaff bertanya kepada Agatha.     

Penyihir Kota Suci bergegas keluar dari kerumunan dan menuju ke barat, diikuti sekelompok orang. Kecuali Kaff dan pengawal keluarga Agatha, rombongan ini hanya terdiri dari para pelayan, yang tidak bisa bertarung sama sekali.     

"Aku meninggalkan beberapa Batu Ajaib dan dokumen-dokumen di Hutan Berkabut. Hal ini sangat penting bagi para penyihir untuk memulihkan ketertiban. Aku harus memindahkan semua dokumen itu ke sisi lain pegunungan." jawab Agatha.     

"Iblis-iblis itu mengejar kita lagi!" teriak seseorang.     

"Thresh, kamu hadang musuh," perintah Kaff.     

"Baik!" jawab Thresh.     

Sambil menggertakkan giginya, Agatha terus bergerak maju sambil menundukkan kepalanya. Agatha tahu manusia hanya bisa menghadang iblis untuk sementara waktu dan mereka tidak akan pernah bisa mengalahkan iblis itu dan jika ia meninggalkan mereka di sini, manusia-manusia ini tidak akan memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Namun, Agatha harus pergi ke tempat tujuannya secepat mungkin.     

Tiba-tiba, beberapa bintik berwarna hitam dan putih muncul dan pandangan Agatha mulai kabur.     

…     

Kaff yang awalnya tegap dan kuat, kini ia tampak kelelahan setelah tiga hari menempuh perjalanan panjang, ia terengah-engah dan berjalan sambil menyeret kakinya.     

Agatha menoleh ke belakang dan melihat hanya ada enam orang yang masih mengikutinya. Agatha ingat awalnya ia berangkat dengan lebih dari tiga puluh orang. Beberapa dari mereka ada yang berhenti di tengah jalan dan beberapa orang lagi terluka parah dan tidak mampu mengikuti jejak Agatha lagi. Agatha bertanya-tanya apakah iblis-iblis itu bisa menyusul dirinya ….     

"Jangan khawatir, Yang Mulia. Aku ada di belakangmu." Kaff tampaknya bisa membaca pikiran Agatha dan ia berusaha menghibur Agatha. "Aku akan berjuang sekuat tenaga untuk menghadang iblis-iblis itu."     

"Mengapa?" Agatha bertanya kepada Kaff.     

Kaff tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan itu.     

"Mengapa kamu ingin bertarung untukku sampai mati? Jika kamu melarikan diri sekarang, mungkin kamu bisa menyelamatkan nyawamu," kata Agatha. "Kami para penyihir selalu merasa diri kami lebih tinggi dari kalian manusia biasa. Aku tidak mengerti mengapa kamu bersedia bertarung sampai mati untuk seorang penyihir."     

"Benar, Anda memang seorang penyihir, tetapi Anda tidak pernah memperlakukan kami dengan buruk. Aku tidak memiliki kekuatan sihir, tetapi aku tahu itu adalah tugasku untuk melindungi Anda." jawab Kaff.     

Kemudian Kaff dan Agatha mendengar suara iblis yang mengejar dari belakang dan mereka menyadari bahwa suara sangkakala yang ditiupkan itu merupakan pertanda bahwa mereka harus menyelesaikan pertempuran terakhir mereka.     

"Yang Mulia, pergilah! Jangan menoleh ke belakang!" Kaff berseru kepada Agatha.     

Kini ada lebih banyak bintik hitam dan putih yang terlihat di mata Agatha.     

…     

Agatha berjalan tersandung-sandung menuju ke ruang bawah tanah untuk mengepak dokumen-dokumen penting dan Batu Ajaib yang ada di atas meja.     

Entah bagaimana, Agatha masih memikirkan kata-kata Kaff dan ia merasa bingung.     

Ada ungkapan lama di Kota Suci yang mengatakan bahwa para penyihir adalah orang-orang pilihan dewa dan manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan sihir hanyalah orang-orang bodoh dan tidak kompeten. Karena itu, orang biasa, atau manusia biasa, hanya digunakan untuk melayani dan mendukung kepentingan para penyihir. Namun, keberanian dan ketabahan Kaff, kepala penjaga keluarga Agatha, membuatnya yakin bahwa manusia biasa tidak semuanya tidak kompeten dan tidak semuanya tidak berguna sama sekali. Bahkan, Agatha berpikir jika penyihir dan manusia biasa bisa bekerja sama, situasinya akan lebih baik. Agatha bisa mengatakan ini berdasarkan pengalamannya selama memerintah di menara batu.     

Jika demikian, mengapa kami bisa kalah telak pada pertempuran ini?     

Suara iblis yang mengejarnya kini sudah sampai di luar pintu dan mengganggu konsentrasi Agatha.     

"Sialan, mereka sudah mengejarku sampai ke sini" pikir Agatha.     

Karena penglihatan Agatha buram karena banyaknya bintik hitam dan putih yang menghalangi pandangannya, ia tidak bisa melihat dengan jelas. Agatha masih berkeinginan kuat untuk bertahan hidup dan hal itu membuat dirinya sanggup bertarung dan berusaha sekuat tenaga untuk membawa hasil penelitiannya ke seluruh dunia di mana para penyihir akan memulihkan ketertiban dan keteraturan di bumi ini nanti.     

Agatha mengambil Batu Gema Ajaib dan mengeluarkan kekuatan sihirnya, ia membuat batu ini terus mengeluarkan sinyal darurat untuk meminta pertolongan.     

Tiba-tiba, Agatha mendengar suara berdebum yang keras. Pintu kayunya roboh dan iblis-iblis itu berhamburan masuk ke ruang bawah tanah.     

Saat Agatha hendak memusatkan kekuatan sihirnya untuk bertarung melawan iblis itu, kekuatan sihirnya semakin melonjak dan iblis itu sedang mengangkat tangannya untuk melemparkan tombak ke arah dirinya. Dalam hati Agatha terus berdoa agar seseorang datang menyelamatkannya tepat pada saat ia melihat tombak itu melesat ke arah dirinya.     

Tanpa sadar Agatha menutup matanya kemudian bintik-bintik hitam dan putih itu mulai berubah menjadi kegelapan pekat. Agatha tidak bisa melihat atau mendengar apa pun. Agatha merasa seolah-olah tubuhnya terbungkus dengan kain beludru yang hangat dan nyaman, rasanya seperti sedang berbaring di rumput di bawah sinar matahari. Agatha merasa seolah-olah ia tidak sedang berada di ruang bawah tanah yang redup lagi, tidak ada rasa sakit dan tidak ada ketegangan yang ia rasakan.     

Apa aku sudah mati?     

Setelah beberapa saat, Agatha merasa ada cahaya yang perlahan menyeruak dari dalam kegelapan dan ia mencoba membuka matanya. Langit-langit berwarna abu-abu perlahan-lahan muncul dalam penglihatan Agatha.     

Lalu Agatha mendengar suara seseorang yang berkata, "Yang Mulia, wanita ini sudah sadar."     

[1] Seseorang yang kekuatannya melebihi manusia biasa     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.