Bebaskan Penyihir Itu

Persiapan Serangan Udara



Persiapan Serangan Udara

0Setelah melakukan perakitan dan pengujian selama satu minggu, Roland dan Anna akhirnya menyelesaikan pengembangan daya ledak tambahan untuk bom udara.     
0

Jika dibandingkan dengan sumbu peluru meriam, bom ini tahan terhadap suhu dan tekanan tinggi saat diledakkan, itu sebabnya proses pembuatan bom ini sangat sederhana. Tetapi meski bom sederhana ini hanya terdiri dari sumbu dan pegas, Roland dan Anna harus melakukan uji coba berpuluh-puluh kali agar bisa berhasil.     

Masalah utama pada bom itu adalah tidak ada yang tahu berapa daya elastisitas yang diperlukan pegas itu untuk menghindari bomnya meledak jika bomnya tidak sengaja terjatuh. Pada saat yang sama, Roland dan Anna juga harus yakin agar tuas pemicu ledakan akan memicu bomnya meledak saat diluncurkan ke arah musuh.     

Roland dan Anna hanya bisa menguji bom ini dengan cara mengubah ketebalan dan daya tahan pegasnya sedikit demi sedikit.     

Untungnya, Anna dan Lucia sudah melakukan banyak persiapan sebelumnya. Dengan demikian, Roland dapat memilih berbagai macam bahan berkualitas tinggi. Pada akhirnya, saat uji coba dilakukan, Roland akhirnya memilih baja campuran dengan nomor seribu tiga ratus enam puluh lima, yang memiliki tingkat kekerasan pegas yang relatif tinggi, tetapi daya tahannya lebih rendah. Jadi, meski bom itu jatuh dari ketinggian satu meter, bom itu tidak akan langsung meledak.     

Setelah memilih pegas, sisanya lebih mudah dikerjakan. Meskipun Roland belum pernah melihat sumbu bom sebelumnya, ia masih bisa membuat desainnya sesuai dengan cara kerja bom yang ia inginkan.     

Desainnya tentu saja tidak canggih, tetapi itu sudah cukup untuk membuat bom sederhana saat ini.     

Sumbu halus itu tampak seperti sebuah silinder, dengan panjang dua belas sentimeter, dan lebarnya lima sentimeter dan dilengkapi dengan seutas benang di bagian bawah yang bisa mencapai bagian atas bom.     

Desain bom itu tampak berbentuk cembung di bagian bawahnya sehingga tuas pemicu ledakan yang berbentuk sama bisa masuk ke dalamnya. Dalam keadaan diam, bagian atas bom akan didorong oleh pegas ke mulut bom, sementara tuas pemicu ledakan di dalam hanya berjarak satu jari dari tuas. Demi keamanan, Roland juga membuat suatu lubang di kepala tuas pemicu ledakan dan menggunakan steker untuk menjaga posisi tuas tetap di atas casing[1] bom. Dengan begitu, sebelum bom dijatuhkan, Roland perlu menarik steker terlebih dahulu, jika tidak tuas pemicu ledakan tidak akan bergerak ke atas dan ke bawah.     

Peluncuran uji coba bom itu diadakan pada siang hari yang cerah.     

Berat bom setelah diisi dengan batu kerikil dan bubuk mesiu hitam hampir lima kali berat badan Nightingale, karena itu Roland tidak naik ke balon udara, ia akan menyaksikan peluncuran bom itu dengan menggunakan teleskop dari jarak tiga ratus meter.     

Selain Roland, Si Kapak Besi dan Carter Lannis juga turut menyaksikan uji coba peluncuran bom itu.     

"Anda berencana menggunakan balon udara untuk menjatuhkan bom raksasa di istana Timothy?" Carter tidak bisa mempercayai pendengarannya ketika ia mendengar rencana Roland. Untuk melancarkan serangan dari ketinggian dua kilometer, terlepas dari tembok pertahanan Kota Raja dan para pasukan Timothy, uji coba ini mewakili suasana pertempuran yang sesungguhnya — tetapi tentu saja, setelah tinggal di Kota Perbatasan selama hampir satu tahun, Roland sudah memikirkan rencana ini berulang kali sebelumnya.     

"Selama bom itu dikendalikan dengan benar, hal itu mungkin saja." jawab Roland sambil mengangguk. "Saat ini Timothy merekrut tentara secara paksa dari rakyat jelata. Jika Timothy tidak dihentikan, Wilayah Barat pasti akan menerima serangan lain dari pasukan yang sudah diberi pil Berserk. Meski kita memenangkan pertempuran ini, itu tidak akan menguntungkan kita sama sekali."     

Menurut surat yang dikirimkan Theo, Timothy masih ingin menggunakan trik lamanya untuk menekan kekuatan Roland. Roland tidak yakin apakah orang-orang yang dikirim Barov bisa tepat waktu merekrut orang sebanyak mungkin ke Kota Perbatasan sebelum semuanya terlambat.     

"Seandainya Anda berhasil menjatuhkan bom itu tepat di atas kepala Timothy, ia pasti akan sangat ketakutan!" kata Si Kepala Besi dengan penuh semangat, "Bom itu seperti Hukuman langsung dari dewa yang tidak mungkin ia hindari!"     

"Aku juga berharap begitu." sahut Roland sambil tersenyum.     

Theo menyebutkan dalam surat bahwa Timothy mungkin telah menemukan formula pembuatan bubuk mesiu hitam dan telah membuka bengkel untuk memproduksi bubuk itu secara massal di pusat kota. Setelah memikirkan hal itu masak-masak, Roland tetap memilih istana Timothy sebagai sasaran bomnya.     

Alasan Roland cukup sederhana. Istana yang meledak akan jauh lebih menarik perhatian masyarakat.     

Jika dilihat dari ketinggian dua ribu meter, bahkan kota Graycastle yang paling megah akan terlihat berukuran setengah telapak tangan orang dewasa. Karena itu, penting untuk memilih target bom terlebih dahulu. Istana Timothy terletak di tengah-tengah kota, dikelilingi oleh dinding keramik berwarna merah. Di atas istana itu, ada kubah berwarna putih yang sangat menyolok, sehingga tidak mungkin bom itu meleset dari sasaran.     

Tetapi bengkel alkimia milik Timothy itu hal yang berbeda.     

Tanpa peta tata letak Kota Raja dan panduan orang di bawah, tidak mungkin untuk membayangkan lokasi pengeboman secara tepat dengan mengandalkan instruksi orang. Ditambah lagi, bengkel itu juga tidak terlalu besar. Jika bom itu jatuh di atas rumah warga sipil, seluruh rencana Roland akan gagal.     

Tiba-tiba, sebuah bayangan putih melesat dan jatuh ke bawah, menyebabkan asap membumbung tinggi di tempat uji coba, diikuti oleh suara yang menggelegar.     

"Sepertinya bomnya sudah mendarat." kata Roland sambil menurunkan teleskopnya. "Mari kita lihat hasilnya."     

Setelah berlatih selama satu minggu, teknik menjatuhkan bom yang dilakukan oleh Kilat telah meningkat pesat. Kali ini, bom itu mengenai tanah hanya berjarak lima meter dari sasarannya. Seluruh bom itu melesak ke dalam tanah dan cangkang bomnya hancur berantakan akibat benturan ke bumi.     

Setelah Pemantau Awan mendarat, Anna menggunakan Api Hitamnya untuk mengeluarkan bom itu dari dalam tanah, dan semua orang melihat bahwa tanah di sekitar tempat bom itu mendarat telah terbakar dan berwarna hitam — ini membuktikan bahwa suhu bom itu cukup tinggi untuk menyalakan bubuk mesiu yang sudah di sebar di tanah sebelumnya, jadi sumbu bom itu sendiri bekerja dengan baik. Jika bagian dalam bom diisi dengan nitrostarch, bom itu akan dengan mudah membuat lubang sedalam empat hingga enam meter, dan semua orang dalam radius lima puluh meter akan mati terkena serpihan ledakan bom.     

Karena bom itu telah selesai dikembangkan, hal selanjutnya yang harus dilakukan Roland adalah merencanakan sebuah serangan.     

Roland memandang semua orang yang ada di sekelilingnya dan berkata, "Serangan terhadap istana Kota Raja akan kita lakukan minggu depan. Pertama-tama, Si Kapak Besi, kamu akan memimpin lima puluh anggota pasukan senjata api dan mengawal para penyihir ke pinggir Kota Perak. Ada pegunungan yang sangat tersembunyi di daerah itu, dan cocok untuk mendirikan tempat persembunyian atau menerbangkan balon udara kita."     

"Baik, Yang Mulia," jawab Si Kapak Besi.     

"Kami tidak terbang langsung dari Kota Perbatasan?" tanya Wendy.     

"Tidak, jaraknya terlalu jauh." jawab Roland sambil menggelengkan kepala. Biasanya, dari Wilayah Barat ke Kota Raja diperlukan waktu setidaknya satu minggu perjalanan dan dengan Pemantau Awan akan memakan waktu sekitar enam hari untuk pergi-pulang. Selain itu, dengan membawa peralatan untuk menjatuhkan bom, keranjang balon udara hanya bisa mengangkut dua orang, dan karena Nightingale tidak ikut pergi, hanya Anna yang memiliki kemampuan untuk bertarung dari keempat orang penyihir yang pergi. Dengan demikian, menghabiskan enam malam di alam terbuka akan terlalu berbahaya bagi mereka dan Roland tidak ingin mengambil resiko. "Jika kalian berangkat dari Kota Perak, kalian dapat menyelesaikan misi ini hanya dalam waktu satu hari dan kembali ke Kota Perbatasan sebelum malam tiba.     

"Selanjutnya, para penyihir yang ikut untuk misi ini adalah Anna, Wendy, Kilat, Maggie, Nightingale, dan juga Sylvie. Nightingale dan Sylvie akan bertanggung jawab untuk mengawasi keadaan, sementara serangan ke istana akan dilakukan oleh keempat penyihir lain sesuai dengan latihan yang sudah kita jalani. Khususnya Kilat." kata Roland sambil memandang gadis kecil itu. "Keberhasilan kita tergantung sepenuhnya pada kamu."     

"Serahkan saja padaku," jawab Kilat sambil menepuk dadanya.     

"Hal terakhir yang ingin aku sampaikan kepada kalian adalah, tolong berhati-hatilah," Roland menekankan setiap kata yang ia ucapkan. "Aku akan menunggu kalian kembali di Kota Perbatasan."     

Empat hari kemudian, di bawah pengawalan Tentara Pertama, bom pertama yang dinamakan 'Angin Barat Nomor Satu', diangkut dengan kereta kuda, dan dimasukkan ke dalam kapal barang yang menuju ke Kota Perak.     

[1] Penutup     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.