Bebaskan Penyihir Itu

Orang Biasa Melawan Kekuatan yang Bukan Berasal dari Dunia Ini (Bagian II)



Orang Biasa Melawan Kekuatan yang Bukan Berasal dari Dunia Ini (Bagian II)

0"Orang biasa tidak akan bisa mengalahkan iblis. Itulah sebabnya gereja menciptakan Pasukan Penghukuman Tuhan," pikir Isabella.     
0

Pasukan Penghukuman Tuhan memang sangat kuat, mereka tidak merasa sakit atau takut, mereka adalah para prajurit terbaik untuk bertempur melawan iblis. Pasukan Penghakiman Tuhan tidak bisa bertindak secara independen, tetapi ini tidak menjadi kelemahan mereka selama pertempuran.     

Mustahil pasukan kota yang terdiri dari rakyat jelata bisa menghentikan pasukan sekuat itu.     

Apalagi sekarang, tanpa perlindungan tembok kota, rakyat jelata tidak akan pernah bisa mengalahkan pasukan elit gereja dalam pertempuran jarak dekat.     

Gelombang berwarna keemasan tiba di gerbang Kota Kerajaan Hati Serigala. Pasukan Penghakiman yang mengenakan baju zirah berwarna emas memulai pertarungan sengit melawan pasukan yang berkumpul di gerbang. Di antara warna keemasaan itu, ada beberapa titik berwarna merah yang merupakan Prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan yang mengenakan baju zirah merah. Mereka masuk dari tembok kota yang runtuh ke atas tembok kota yang masih berdiri dan mulai membunuh para prajurit Kerajaan Hati Serigala yang masih berusaha mempertahankan posisi mereka di garis depan.     

Isabella menoleh dan bertanya kepada Zero, "Apakah kita harus membantu mereka?"     

Zero menguap dan menjawab, "Tidak, kekuatan sihirku terbatas. Aku harus menggunakan kekuatanku untuk musuh-musuh yang lebih penting."     

Isabella mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ayolah, kamu bisa bertarung menggunakan pedang, gada atau busur panah. Mereka juga tidak bisa mengalahkanmu."     

Zero menggelengkan kepalanya dan berkata, "Dengan atau tanpa aku, pasukan kita akan dengan mudah memenangkan pertempuran ini. Aku tidak ingin melakukan hal yang sia-sia seperti itu."     

"Baiklah." Isabella memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan. "Mengapa kamu melakukan hal itu?"     

"Mungkin apa?"     

"Melihatmu mempermainkan tawanan anak laki-laki itu, Uskup Agung Mayne terlihat keberatan dengan perbuatanmu." kata Isabella dengan nada khawatir. "Uskup Agung Mayne mungkin akan menjadi Paus Tertinggi yang berikutnya dan ia sepertinya tidak menyukai permainan yang kamu lakukan. Apakah kamu tidak khawatir jika nanti Uskup Agung Mayne akan mempersulit dirimu."     

"Tuan Mayne mungkin marah melihat permainan itu sekarang. Itu karena Tuan Mayne belum menjadi seorang Paus saat ini." Zero tampaknya tidak mengindahkan nasihat Isabella dan ia melanjutkan, "Begitu Tuan Mayne masuk ke perpustakaan di lantai paling atas yang terletak di Kuil Rahasia Utama, ia akan mengetahui bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk menyenangkan para dewa."     

"Dengan cara … apa?"     

"Menipu orang." Zero merapikan rambut putihnya yang tertiup angin. "Dewa tidak akan pernah datang ke dunia ini, mereka juga tidak akan melindungi orang-orang di dunia ini. Sebaliknya, mereka menetapkan tujuan untuk kita, memaksa kita berjuang dan menantikan kedatangan para dewa. Bukankah ini sama seperti permainan yang aku mainkan? Setidaknya, aku masih memberi tujuan yang jelas kepada para tawanan, tetapi para dewa tidak memberi kita apa-apa, mereka bahkan tidak berjanji bahwa tujuan yang mereka tetapkan untuk kita itu benar adanya, atau, semua ini hanyalah imajinasi kita semata. Tidak peduli bagaimana caranya, kita masih mau mempertaruhkan segalanya demi para dewa … ckckck, ini benar-benar suatu pembodohan."     

"Apa yang Zero bicarakan? Kenapa aku tidak mengerti sepatah kata pun yang Zero katakan?" Isabella merasa bingung dan bertanya wajah masam, "Apakah kamu pernah pergi ke perpustakaan?"     

"Belum pernah," jawab Zero sambil mengangkat bahu dan menjelaskan, "Yang Mulia O'Brian yang memberitahuku semua hal itu. Yang Mulia O'Brian tidak memiliki kekuatan sihir dan ia sudah mendekati ajalnya. Konon orang biasa cenderung memikirkan semua pengalaman hidupnya dan menemukan seseorang untuk mereka ajak bicara, ketika hidup mereka sudah hampir berakhir. Paus O'Brian bahkan berencana untuk membiarkan aku menyerap dirinya sebelum ia mati."     

"Kamu tidak boleh …."     

Zero langsung menyela perkataan Isabella. "Aku tidak akan melakukannya, tentu saja. Karena itu akan membuat Tuan Mayne marah besar. Tenang, aku tahu apa yang tidak boleh kulakukan." Zero tersenyum dan menambahkan, "Tetapi ada kemungkinan lain. Bagaimana jika Paus O'Brian bisa mengalahkan aku? Jika itu terjadi, aku akan kehilangan tubuhku sebagai ganti tubuhnya."     

"Kurasa itu tidak akan terjadi. Jika kamu kalah, kurasa tidak akan terjadi apa-apa, seharusnya begitu." Isabella menghela nafas, ia berpikir Zero memang seorang yang aneh. Isabella menduga kejanggalan Zero mungkin ada hubungannya dengan kemampuan yang dimiliki Zero. Dengan menyerap begitu banyak orang selama ini, Zero telah merasakan berbagai jenis perasaan manusia di dunia ini. Akibatnya, Zero jarang tertarik pada satu hal, dan semua yang ia lakukan hanya untuk bersenang-senang, dan itu adalah kesenangan yang tidak wajar.     

Isabella kembali melihat ke arah medan pertempuran. Beberapa prajurit yang sudah meminum pil Berserk, tiba-tiba muncul di atas tembok kota, mereka berlari ke arah Pasukan Penghukuman Tuhan. Sebagian besar dari mereka terkena tusukan tombak Pasukan Penghukuman Tuhan. Hanya sedikit prajurit yang bisa mendekati target mereka. Saat ini, terdengar suara ledakan lain. Debu dan asap beterbangan langsung menyelimuti area itu dalam sekejap.     

Isabella berpikir, "Ledakan itu mungkin adalah senjata alkimia yang mereka lihat dalam pengepungan sebelumnya. Mungkin cukup efektif jika digunakan untuk melawan binatang iblis, tetapi tidak akan pernah bisa menghentikan Pasukan Penghukuman Tuhan. Tanpa pil Berserk, orang-orang itu hampir tidak bisa mendekati prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan."     

Di gerbang kota, gelombang pasukan berbaju zirah emas juga dihadang. Api besar berkobar di gerbang, menghentikan para prajurit Pasukan Penghakiman yang berusaha masuk ke kota. Beberapa prajurit Pasukan Penghakiman terbakar dalam nyala api yang membara. Mereka berguling-guling di tanah, tetapi mereka tidak bisa memadamkan api yang membakar tubuh mereka.     

Isabella berkata, "Oh, sepertinya ada masalah besar yang terjadi di pintu gerbang. Tingkat kepadatan Batu Pembalasan Dewa meningkat beberapa kali lipat, dan ada dua batu yang berkualitas tinggi di sana."     

"Kalau begitu, mari kita pergi ke medan pertempuran," jawab Zero sambil mereggangkan tubuhnya.     

"Tetapi mereka bukan Raja Kerajaan Hati Serigala dan Ratu Pelabuhan Air Jernih." Isabella melirik ke pusat kota dan melanjutkan, "Batu-batu berkualitas terbaik itu masih berada di istana. Apakah kamu yakin ingin terjun ke dalam pertempuran sekarang?"     

"Bukankah pasukan kita sedang dalam masalah? Kemenangan yang sulit diraih sama sekali berbeda dari kemenangan yang diraih dengan mudah. Aku harus mengurangi kerugian pasukan kita demi Yang Mulia O'Brien." kata Zero dengan wajah serius dan ia menambahkan, "Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku melayani gereja dengan sepenuh hati."     

…     

Garis pertahanan luar Kerajaan Hati Serigala akhirnya runtuh pada siang hari. Pasukan Penghukuman Tuhan berjaga di lubang besar di tembok kota, dan Pasukan Penghakiman memeriksa jalan-jalan kota untuk membunuh semua pengikut setia Kerajaan Hati Serigala yang masih tersisa.     

"Target kita mulai bergerak kabur." kata Isabella sambil memandangi istana Kerajaan Hati Serigala. "Kelihatannya mereka hendak menuju ke dermaga di sungai."     

Dua ledakan besar di gerbang kota tadi ternyata dilakukan oleh putra-putra Raja Kerajaan Hati Serigala. Zero menyerap kedua putra mahkota itu dan mengkonfirmasi perkataan Isabella dengan cara membaca ingatan mereka yang telah ia serap sebelumnya. Dua orang yang mengenakan Batu Pembalasan Tuhan berkualitas terbaik itu adalah Raja Kerajaan Hati Serigala dan Ratu Pelabuhan Air Jernih.     

Selain itu, Zero dan Isabella juga membunuh seorang penyihir yang berpakaian aneh. Tepat setelah kematian penyihir itu, jumlah prajurit yang berani bertarung melawan Pasukan Penghukuman Tuhan menurun secara drastis.     

"Raja Kerajaan Hati Serigala dan Ratu Pelabuhan Air Jernih mungkin ingin kabur dengan menggunakan kapal. Mari kita pergi ke dermaga untuk menyelesaikan misi yang diberikan Yang Mulia O'Brien kepada kita," kata Zero sambil tersenyum.     

Raja Kerajaan Hati Serigala dan Ratu Pelabuhan Air Jernih bertindak dengan sangat hati-hati. Mereka telah mengubah rute mereka beberapa kali dalam perjalanan ke dermaga agar tidak ada yang bisa mengikuti mereka. Ketika mereka tiba di dermaga, mereka naik ke sebuah kapal dagang kecil bertiang tunggal bukan naik ke kapal layar yang besar.     

Tidak peduli seberapa keras mereka mencoba untuk menutupi jejak mereka, setiap gerakan mereka telah diketahui oleh Isabella.     

Begitu Raja Kerajaan Hati Serigala dan Garcia naik ke geladak kapal kecil bersama sejumlah pengawal, para Penyihir Suci sudah mengepung mereka dari kedua sisi kapal. Para pengawal merasakan ada bahaya besar di depan mereka. Tanpa banyak bicara, para pengawal secara serentak mengeluarkan pedang, melompat dari kapal dan menyerang Isabella dan Zero.     

Zero berkelahi tanpa kewalahan. Zero mengambil pedang dari para pengawal dengan tangan kosong dan menggunakan pedang mereka untuk bertarung melawan para pengawal itu. Zero mengontrol kekuatannya dan menggunakan pedangnya untuk menusuk, menyerang, memotong atau memblokir musuh-musuhnya. Zero begitu tangkas dan lincah sehingga tidak ada satu pun pengawal yang bisa memprediksi serangan Zero selanjutnya. Masing-masing gerakan Zero tepat sasaran dan setiap serangannya langsung bisa membunuh para pengawal. Dalam sekejap, dua belas orang pengawal mati seketika.     

Melihat hal ini, Raja Kerajaan Hati Serigala menghunus pedangnya, ia siap bertarung sampai mati.     

"Isabella!" teriak Zero.     

"Aku mengerti." Isabella mengeluarkan kekuatan sihirnya dan membentuk sesuatu di sekeliling tubuhnya yang hanya bisa dilihat oleh Mata Sihir milik seorang penyihir. Isabella bisa melihat lingkaran berwarna hitam yang dihasilkan oleh Liontin Penghukuman Tuhan dengan warna yang berbeda-beda, di mana efek kekuatan sihirnya bisa menghilang jika terkena warna tertentu. Lingkaran hitam itu sedikit bergetar, tampak seperti permukaan air yang bergelombang. Isabella membuat lingkaran hitamnya sendiri bergetar pada kecepatan yang sama dengan lingkaran yang ada di sekitar tubuh Raja Kerajaan Hati Serigala, kemudian menghubungkan lingkaran miliknya dengan lingkaran hitam milik raja. Riak-riak lingkaran hitam milik Isabella dengan cepat menelan lingkaran hitam milik raja, membuat kedua lingkaran hitam itu tampak menyatu dan halus.     

Saat ini, Zero langsung berubah menjadi seberkas cahaya temaram dan memasuki tubuh Raja Kerajaan Hati Serigala.     

Melihat Raja Kerajaan Hati Serigala yang mulai berputar dan berubah menjadi Zero, Ratu Pelabuhan Air Jernih tidak dapat menyembunyikan kekagetannya. "Bagaimana kamu bisa tetap menggunakan kekuatan sihir meski berhadapan dengan Liontin Penghukuman Tuhan??"     

"Karena Batu Pembalasan Tuhan tidak bekerja seperti yang kamu ketahui selama ini … tetapi kamu tidak perlu mengetahui alasannya, karena kamu akan segera mati," jawab Isabella kemudian ia menghentikan getaran lingkaran hitam yang ada di Liontin Penghukuman Tuhan milik Garcia.     

Sebelum Isabella menyelesaikan kalimatnya, Zero langsung melesat menuju Garcia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.