Bebaskan Penyihir Itu

Hukum di Kota Perbatasan



Hukum di Kota Perbatasan

0Roland terbangun oleh hawa dingin keesokan paginya. Roland keluar dari tempat tidurnya yang dingin, mengenakan mantel wol, dan memasukkan kakinya ke sebuah baskom berisi air hangat.     
0

Ini adalah semacam 'hak istimewa' yang hanya bisa ia nikmati sebagai seorang pangeran. Setiap pagi, pelayan akan menaruh sebuah baskom berisi air hangat di samping tempat tidurnya, dan juga menaruh sebuah handuk bersih dan secangkir susu hangat. Dengan begitu, Roland bisa merasa hangat kembali dengan cepat.     

Roland menganggap permintaannya ini masih lebih sederhana dibandingkan dengan para bangsawan terkemuka yang sering menyuruh pelayan mereka untuk 'menghangatkan' tempat tidur mereka. Pangeran Roland asli pernah menyuruh pelayannya yang bernama Tyre untuk melakukan hal tercela itu, tetapi sayangnya, Tyre sudah mati sebelum Roland bisa menikmati kehangatan tubuh pelayan itu. Roland tidak mendukung praktik tidak senonoh yang sering terjadi di kalangan bangsawan terkemuka seperti itu, dan ia menyerahkan posisi kosong Tyre kepada pelayan yang lebih tua tetapi sangat berpengalaman. Ternyata keputusan Roland sudah tepat. Meskipun istana menampung banyak penyihir saat ini, pelayan tua ini mampu menjaga segala rahasia yang ada di dalam istana."     

Api di perapian sudah padam dan hanya menyisakan abu berwarna putih. Hembusan angin dingin menyelinap masuk melalui celah-celah jendela di belakang Roland, dan ia bisa merasakan hawa dingin yang menusuk masuk ke kamarnya. Sulit dipercaya bahwa saat ini masih pertengahan musim gugur. Roland menyeka kakinya hingga kering, membasuh dirinya dengan sebaskom air hangat, kemudian berjalan ke arah jendela dan menutup jendela yang dibiarkan terbuka semalaman.     

Meskipun perapian yang terbuka sudah sangat umum di zaman ini, Roland tetap merasa khawatir dirinya keracunan gas karbon monoksida, dan Roland selalu membuka jendelanya ketika ia tidur. Ketika malam sudah tiba, suhu di dalam ruangan masih tetap hangat saat perapiannya masih menyala, tetapi ketika perapiannya sudah padam, suhunya akan menjadi lebih dingin seperti suhu di luar saat subuh.     

"Aku harus memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini," pikir Roland, "Jika tidak, aku tidak akan bisa tidur lagi malam ini."     

Setelah menyantap sarapannya, Roland pergi bersama Nightingale, Carter, dan beberapa orang penjaga ke tembok kota untuk melakukan inspeksi rutin.     

Ada sebidang lahan yang ditumbuhi rumput di antara tembok kota baru dan tembok kota lama. Saat ini, lahan itu telah berubah menjadi hamparan lahan berwarna putih. Ketika mereka berjalan di atas tumpukan salju yang tebal, mereka bisa mendengar suara gemerisik lembut di bawah kaki mereka.     

Roland mendongakkan kepala dan melihat bahwa langitnya masih agak mendung. Sesekali, segumpal salju turun dan mendarat di lehernya, membuat Roland kedinginan. Roland sadar bahwa cuaca seperti ini mungkin akan berlangsung hingga musim semi mendatang … atau bahkan lebih lama lagi.     

"Bagaimana situasi di garis pertahanan kita?"     

"Situasinya jauh lebih baik daripada yang terakhir kali, Yang Mulia." kata Carter Lannis dengan tenang. "Sebagian besar prajurit Tentara Pertama memiliki pengalaman bertempur dan mereka dipersenjatai dengan revolver. Tembok kota yang panjangnya sekitar seratus meter ini hanya membutuhkan sepuluh orang penjaga untuk mengusir binatang buas yang berada di bawah. Ditambah lagi, tembok kota baru lebih tinggi setengah meter daripada tembok lama. Bahkan serigala iblis tidak bisa melompat ke atas tembok kota dengan mudah, malah, serigala-serigala itu menjadi bahan latihan menembak untuk para prajurit kita. Selama hibrida iblis tidak muncul, garis pertahanan kita tidak bisa ditembus dengan mudah."     

"Baguslah."     

Ketika Roland naik ke atas tembok kota, para prajurit mengangkat kepala mereka dan membusungkan dada mereka untuk memberi hormat kepada Roland. Jika dilihat dari semangat para prajurit itu saat ini, mereka benar-benar berbeda dari pasukan milisi saat pertama kali dibentuk. Ketika Roland berkunjung pertama kali pada waktu pasukan milisi dibentuk, walaupun pasukan milisi itu berdiri di tembok kota dan menusukkan tombak mereka dengan serentak, semua itu tidak lebih dari gerakan-gerakan yang telah mereka latih berulang kali. Mata mereka tampak kosong dan gerakan mereka masih kaku. Jika dilihat lebih dekat, Roland bahkan bisa melihat bahwa sebagian besar kaki mereka nampak sedikit gemetar.     

Kali ini, kepercayaan diri sudah muncul di mata semua prajurit itu. Setelah memberi hormat, mereka mengalihkan pandangan mereka lurus ke depan dan melanjutkan pengamatan mereka.     

Ketika Roland melirik ke arah tembok kota di sisi yang mengarah ke Hutan Berkabut, ia menyadari bahwa daerah ini tampaknya jauh lebih ramai daripada daerah yang lain.     

Tempat tinggal sementara yang dibangun untuk para budak dan para pengungsi terletak di daerah ini. Ketika Roland melihat ke bawah dari atas tembok kota, ia melihat bahwa ada jalur miring panjang yang diatur secara paralel. Di sepanjang jalur ini, masing-masing jalur dibangun sepuluh rumah atau lebih, yang struktur bangunannya identik satu dengan yang lain. Dinding tanah yang tebal berfungsi menjaga agar suhu di dalam ruangan tetap hangat, dan ada tempat tidur yang terbuat dari batu bata dan juga ada selimut linen dalam setiap rumah, yang membuat para pengungsi tidak menderita kedinginan.     

Seluruh pemukiman ini dibagi menjadi dua area. Area yang lebih dekat dengan tembok kota disebut Area Barat dan diperuntukkan bagi para pengungsi. Area lebih jauh dari tembok kota disebut Area Timur dan diperuntukkan bagi para budak.     

Setiap hari, Balai Kota akan mengirim orang ke dua area ini untuk membagikan makanan dan arang untuk menghangatkan tubuh mereka. Sebagai imbalannya, para pengungsi akan mengirimkan logistik untuk para prajurit yang menjaga tembok kota. Sedangkan untuk para budak, sebagian besar dari mereka sudah menyimpan cadangan gandum untuk diri mereka sendiri. Beberapa budak yang lebih rajin akan keluar rumah untuk mencari pekerjaan tambahan dan mendapatkan sedikit uang lagi untuk diri mereka sendiri, sedangkan budak lainnya jarang keluar dari rumah.     

Tiba-tiba, terdengar huru-hara dari Area Timur. Roland melongok ke arah suara keributan itu, dan ia melihat ada sekelompok orang yang sedang berkumpul di jalan raya di tengah daerah perumahan, mereka tampak sedang memperdebatkan sesuatu sambil berteriak-teriak. Salah satu dari mereka mengenakan seragam berwarna biru putih yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang pejabat Balai Kota. Pertengkaran itu langsung berubah menjadi perkelahian. Dua kelompok massa itu saling bertarung dan membuat suasana semakin gaduh.     

"Bagaimana ini, Yang Mulia?" tanya Carter kepada Roland.     

"Mari kita lihat ada kejadian apa di sana." kata Roland sambil mengangguk.     

Rombongan Roland berjalan menuju tempat perkelahian itu. Carter memimpin di depan dan langsung menuju ke arah massa yang sedang berkelahi. Dengan dua atau tiga pukulan saja, Carter dengan cepat mengalahkan beberapa orang yang terlihat paling berangasan. Para pengawal Roland mengeluarkan pedang dan mendesak semua orang untuk berhenti berkelahi. Tidak lama kemudian situasinya mulai terkendali.     

Ketika massa melihat bahwa rombongan yang tiba ini adalah sang penguasa wilayah itu sendiri, mereka semua langsung berlutut di tanah secara serempak.     

"Siapa namamu?" Roland menatap pejabat Balai Kota itu sambil mengerutkan kening, pejabat Balai Kota itu sudah terkena dua pukulan di wajahnya. "Apa yang sedang terjadi di sini, dan siapa yang menyerangmu terlebih dulu?"     

"Yang Mulia, namaku Khoya Harvie," jawab pejabat itu dengan suara melengking sambil menutupi wajahnya, "Dan pengungsi yang mengenakan pakaian cokelat itu yang memukul aku terlebih dulu! Aku sedang membagikan makanan ketika pria itu menyerangku seperti anjing gila."     

Pria yang ditunjuk Khoya mengangkat kepalanya dan menjawab. "Yang Mulia, masalahnya tidak seperti yang ia katakan. Mereka bekerja sama dengan para budak untuk menekan kami. Mereka menagih uang kepada kami atas setiap bubur gandum yang dibagikan di sini. Ketika Yang Mulia menerima kami di sini, Anda dengan jelas mengatakan bahwa semua makanan ini akan dibagikan secara gratis!"     

Roland merasa terkejut mendengar pengaduan pria itu. Para pengungsi dari Wilayah Timur itu sudah melalui pemeriksaan dan melakukan pendaftaran di Balai Kota. Di antara para pengungsi itu, yang berprofesi sebagai pengrajin, yang memiliki keahlian khusus, atau yang bisa membaca dan menulis telah dipindahkan ke dalam kota. Pada prinsipnya, yang tersisa di area ini hanyalah para petani. Namun, jika dilihat dari gaya bicara pria ini dan dari kosa katanya, sepertinya pria ini bukan seorang petani.     

Jika dibandingkan dengan pejabat Balai Kota yang kata-katanya kasar itu, ini sungguh mengecewakan. Dari nama dan nama keluarganya, Roland bisa menebak bahwa Khoya Harvie mungkin adalah seorang kesatria yang masih setia kepada Adipati Ryan.     

"Aku memang berkata seperti itu — sebelum kalian masuk dan menjadi penduduk Kota Perbatasan secara resmi, bubur gandum dan tempat tinggal akan disediakan secara gratis," jawab Roland sambil mengulangi kata-katanya di depan semua pengungsi. "Sampai saat ini, kata-kataku masih tetap berlaku!"     

"Yang Mulia sungguh murah hati!"     

"Panjang umur bagi Yang Mulia!"     

"Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Yang Mulia!"     

Para pengungsi itu bersujud dan berseru-seru.     

Wajah Khoya Harvie langsung pucat pasi.     

"Namun, di wilayah kekuasaanku, berkelahi dan melukai orang lain merupakan sebuah pelanggaran, apalagi berani menyerang pejabat Balai Kota." kata Roland sambil memberi isyarat kepada para pengawalnya. "Tangkap semua pengungsi dan budak yang berkelahi ini, dan bawa mereka ke istana. Aku sendiri yang akan menangani kasus ini."     

Setelah beberapa saat, Roland menoleh kepada Khoya. "Aku juga ingin bertanya mengenai harga bubur gandum yang kamu jual itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.