Bebaskan Penyihir Itu

Pengalaman



Pengalaman

0Sebelum para penyihir berangkat untuk menjelajah reruntuhan kuno di Hutan Berkabut, Tilly suka berjalan-jalan menyusuri jalanan yang rata dan halus di Kota Perbatasan, sambil menjelajahi sudut-sudut kota dan tempat-tempat tersembunyi di seluruh kota, yang telah mengalami transformasi luar biasa selama Roland memerintah di sini.     
0

"Ini adalah sebuah kota kecil yang unik." pikir Tilly, dan semakin cermat ia mengamati, semakin kuat kecintaannya terhadap kota ini. Kota ini sangat berbeda dengan kota mana pun yang pernah ia singgahi … dan jika ada satu hal yang paling membuat Tilly terkesan akan kota ini, itu adalah semangat dan gairah yang terpancar dari penduduk di kota ini.     

Bahkan Pulau Tidur yang baru dibangun pun tidak sebanding dengan Kota Perbatasan.     

"Apakah orang-orang ini tidak takut kedinginan?" Melihat orang-orang di jalanan yang hilir mudik, Andrea bertanya dengan penasaran, "Apa yang dijanjikan oleh Kakakmu itu, agar orang-orang ini mau bekerja di luar pada musim dingin seperti ini?"     

"Ini masih pertengahan musim gugur," kata Ashes sambil mengangkat bahu. "Kamu bahkan tidak bisa membedakan musim gugur dengan musim dingin?"     

"Musim gugur tidak jauh berbeda dengan musim dingin. Aku hanya menggunakan semacam perbandingan, yang biasa disebut dalam buku 'Impian Wanita, Negara Pria itu'." balas Andrea sambil mengibaskan rambutnya yang panjang dengan elegan. "Tentu saja, orang barbar sepertimu tidak mungkin memahami hal seperti ini."     

"Apa itu buku mimpimu mimpiku …."     

"Ya ampun, sulit sekali bicara dengan orang barbar yang tidak pernah menonton drama teater. Aku yakin Lady Tilly telah menonton drama terkenal yang berasal dari Kerajaan Fajar ini."     

"Berhentilah bertengkar kalian berdua." kata Sylvie sambil menghela nafas. "Aku rasa alasannya sederhana. Kebanyakan orang biasa enggan bekerja di musim dingin karena konsumsi energi yang tinggi, sementara mereka kekurangan makanan dan mudah terserang flu. Namun, masalah ini tidak terjadi di Kota Perbatasan. Di sini, harga makanan tidak mahal, kayu bakar melimpah, dan ada Nona Lily yang mampu mengobati kedinginan dan flu.Oleh karena itu, orang dapat terus bekerja meskipun ada angin dingin dan salju, lagi pula pekerjaan satu hari akan mendapatkan upah satu hari juga.     

"Aku bisa mengerti mengapa kayu bakar melimpah, Hutan Berkabut ada di sebelah barat, dan ada hutan di sekitar kota juga. Tetapi harga makanan murah … bagaimana mungkin bisa terjadi?" Andrea bertanya dengan penasaran, "Keluargaku memiliki bisnis makanan sebelumnya, dan setiap kali terjadi bencana alam atau faktor-faktor lain yang menyebabkan gagal panen, harga makanan langsung melambung tinggi. Ketika cuaca buruk, bukankah para bangsawan dan pedagang di sini akan menaikkan harga juga?"     

"Kaum bangsawan? Pedagang?" Sylvie cekikikan. "Di kota ini, hanya satu orang yang mengendalikan bisnis makanan, dan orang itu adalah Yang Mulia Roland."     

"Apakah ladang gandum di sepanjang sungai itu milik Roland juga?" tanya Tilly sambil mengerutkan kening.     

"Tidak, ladang itu milik para budak." Sylvie menceritakan semua yang telah ia lihat dan dengar tentang kota itu, dan menceritakan pemandangan yang ia lihat pada saat panen tiba. "Yang Mulia Roland yang menentukan harga beli dan jual makanan. Kedua harga ini adalah harga tetap, dan harga jual harus selalu lebih tinggi daripada harga beli."     

"Bukankah itu berarti rakyat akan susah untuk menjual dan membeli makanan?" tanya Ashes. "Jika Roland menjual makanan dengan harga tinggi, mengapa ia melarang orang lain melakukan hal yang sama seperti dirinya?"     

"Itu tidak sama." sahut Tilly. "Setelah gandum dikumpulkan, gandum itu masih harus dirontokkan kulitnya, digiling, dan disimpan. Proses ini membutuhkan biaya dan karena itu sangat wajar jika harganya lebih tinggi."     

"Lady Tilly benar. Aku juga baru mengerti setelah bertanya kepada Gulir." kata Sylvie sambil tertawa. "Gulir mengatakan bahwa setelah biaya tambahan ini terkumpul, uang ini dapat didistribusikan sebagai upah kepada para pekerja yang memproses gandum, juga dapat digunakan untuk membangun lumbung baru atau untuk memperluas skala produksi. Ini membuat kota penuh dengan … " Sylvie berhenti dan berpikir sebentar, "lapangan pekerjaan, ya, itu yang Gulir katakan padaku. Aku dengar Yang Mulia Roland sangat peduli dengan lapangan pekerjaan."     

"Tetapi tetap saja sulit membeli dan menjual makanan." Ashes kembali menekankan hal itu. "Bukankah seharusnya orang bisa bebas berdagang?"     

"Mungkin ucapanmu benar, tetapi harga yang ditentukan oleh Yang Mulia sebagian besar masih terjangkau oleh rakyat. Jika harga ini tidak mengalami kenaikan, orang-orang akan merasa tenang.     

"Kadang-kadang, kebebasan tidak membuat keadaan jadi lebih baik." kata Tilly sambil menghela nafas. Tilly telah memahami tujuan di balik keputusan Roland. "Melarang orang lain untuk menjual makanan mungkin tampak seperti seorang diktator dan kedengarannya tidak adil, tetapi kenyataannya, hal itu akan mencegah orang menimbun makanan secara diam-diam dan mencegah orang mengambil keuntungan seenaknya, karena itu cara ini efektif untuk mencegah harga melambung saat terjadi bencana kelaparan. Contohnya di Kota Raja, jika salju turun di musim gugur tanpa diduga, harga makanan akan langsung melambung, dan lebih dari setengah rakyat jelata akan kelaparan. Jika ini berlangsung terus, orang-orang akan membuat kerusuhan, dan satu-satunya solusi adalah mengirimkan bantuan makanan dari istana atau memobilisasi para penjaga. Jika hal ini terjadi, itu akan menghabiskan keuangan suatu kota."     

"Namun, meskipun kebijakan Roland terlihat mengesankan, itu tidak dapat diterapkan di semua kota. Di banyak kota lain, orang yang mengendalikan bisnis makanan adalah kaum bangsawan dan orang kaya, yang memiliki banyak budak dan ladang. Namun di Kota Perbatasan, kecuali Roland Wimbledon sendiri, tidak ada keluarga bangsawan lain, karena itu ia dapat menentukan semua hal sendiri."     

Setelah Tilly menjelaskan, Ashes masih menanyakan beberapa hal. "Bagaimana dengan para budak? Ketika harga-harga makanan naik, para budak mungkin bisa mendapatkan lebih banyak pendapatan dengan menjual gandumnya dengan harga yang lebih tinggi. Jika harganya tetap, para budak tidak bisa mendapatkan pendapatan tambahan."     

"Pfft," Andrea mencibir, "Kamu bicara seolah-olah di kota perdagangan bebas, para budak ini tidak dieksploitasi oleh kaum bangsawan dan orang kaya. Ketika musim panen tiba, para budak tidak hanya harus menghasilkan gandum dalam jumlah besar, tetapi bahkan porsi yang mereka simpan untuk diri mereka sendiri akan dibeli dengan harga yang sangat rendah. Dan ketika hasil panen buruk, setelah mengurangi porsi yang mereka hasilkan, sisa yang mereka miliki tidak cukup untuk bertahan melewati musim paceklik. Jika dibandingkan dengan kebijakan Yang Mulia Roland, harga tetap lebih masuk akal. Semakin besar produksi, semakin tinggi pendapatan para budak."     

"Dan di sini, mereka dapat memilih untuk tidak menjadi budak." Kata-kata Sylvie menarik perhatian ketiga penyihir lainnya. "Yang Mulia telah mengatakan bahwa ketika hasil produksi gandum mencapai target tertentu, para budak dapat dipromosikan menjadi warga negara bebas. Kemudian, apakah mereka akan terus bekerja di ladang atau memilih untuk mencari pekerjaan baru sepenuhnya tergantung pada keinginan para budak itu sendiri. Namun, sebagai warga negara bebas, mereka hanya perlu menyerahkan seperlima dari jumlah gandum yang biasanya mereka setorkan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar."     

"Di pro … mosikan?"     

"Benar, kenyataannya, saat berpidato di depan publik, Yang Mulia bahkan menyampaikan keinginannya untuk menjadikan Kota Perbatasan sebagai tempat tanpa budak dalam dua atau tiga tahun ke depan."     

"Itulah sebabnya." Tiba-tiba Tilly merasa tersentak. "Inilah alasan mengapa kota ini begitu penuh semangat dan gairah … ketika menetapkan kebijakan, Roland mempertimbangkan pandangan warga, dan menerapkan sistem insentif yang mendorong orang untuk melakukan lebih banyak dan lebih baik, yang sama sekali berbeda seperti yang dilakukan oleh kebanyakan kaum bangsawan pada umumnya. Insentif diberikan tidak hanya sekedar janji belaka tetapi juga dengan cara praktis yang memungkinkan orang memperoleh manfaat dan penghargaan melalui kerja keras mereka sendiri. Kekayaan kota yang didapat tidak hanya disimpan di dalam perbendaharaan istana, tetapi diberikan kembali kepada rakyat."     

Saat itu Tilly baru benar-benar mengerti arti dari slogan yang tertulis di spanduk merah yang ada di tepi sungai Air Merah.     

"Padahal, ketika masih di istana, Roland Wimbledon bukan seorang yang murah hati … mungkinkah perubahan ini juga disebabkan oleh ingatan tambahan yang tiba-tiba muncul di otak Roland?" Tilly juga terkagum-kagum dengan materi pelajaran di kelas malam mengenai ilmu pengetahuan alam dasar dan juga matematika.     

Tilly berpikir bahwa setelah membaca koleksi buku di istana Graycastle sebelumnya, hanya ada sedikit hal yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minatnya, tetapi sekarang, Tilly menyadari bahwa ia masih memiliki banyak hal yang harus ia pelajari.     

Tiba-tiba Tilly merasa bersemangat. "Bahkan jika aku tidak melakukan apa-apa selain tetap berada di istana, hanya membaca buku-buku yang mencatat pengetahuan sihir, dan pada saat yang sama, aku hanya perlu mengamati perubahan yang terjadi di kota ini, itu sudah sangat menyenangkan."     

Tiba-tiba, dari arah tembok kota, suara sangkakala mulai berbunyi. Ini adalah sangkakala peringatan yang menandakan bahwa ada serangan binatang iblis.     

Tilly menyingkirkan rencana-rencana itu sejenak dari benaknya. Sayangnya ia bukan lagi seorang Putri Raja yang berjiwa bebas seperti dulu, tetapi sekarang ia adalah seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas nasib para penyihir Pulau Tidur, dan karena itu ia tidak bisa begitu saja melakukan apa pun yang disukainya dengan sesuka hati. "Mari kita pergi ke tembok kota dan melihat situasinya. Kita mungkin perlu membantu para penjaga kota."     

"Tentu saja." sahut Andrea sambil tersenyum. "Inilah alasan sebenarnya mengapa kita ada di sini. Mari kita perlihatkan kepada mereka bagaimana cara para penyihir bertempur."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.