Bebaskan Penyihir Itu

Keluarga Penghisap Madu dan Keluarga Rusa Besar (Bagian II)



Keluarga Penghisap Madu dan Keluarga Rusa Besar (Bagian II)

0Petrov mendekati kerumunan orang itu dan bertanya, "Apa yang terjadi?"     
0

"Tuan Hull," Melihat lambang Keluarga Penghisap Madu milik Petrov, seseorang menjawab, "Kami sedang membicarakan seorang Penguasa di Kota Perbatasan. Penguasa di Kota Perbatasan itu ingin merebut properti yang ditinggalkan oleh para bangsawan di kota itu."     

"Panggil aku Petrov saja. Tepatnya, ada apa mengenai pria itu?"     

"Biar aku jelaskan pada Tuan Petrov." Simon mendekati Petrov dengan senyum yang dibuat-buat. "Sebenarnya, selama ini kami tinggal di Kota Perbatasan dengan damai atas perintah Sang Adipati untuk mengelola Tambang Lereng Utara baginya. Setiap musim dingin tiba, kami membawa warga kota kami untuk mengungsi ke Benteng Longsong dan melindungi mereka dari serangan binatang iblis. Ketika kami kembali ke kota itu setelah Bulan Iblis berakhir tahun ini, salah satu kolegaku yang bernama Cornelius dari Keluarga Pembuat Panah, telah diberitahu oleh Penguasa Kota Perbatasan bahwa kediamannya telah dihancurkan oleh penduduk kota dan Cornelius tidak menerima kompensasi atas kerugiannya!"     

"Kamu memiliki dua buah pilihan: a) mengakui bahwa rumah itu bukan milikmu; dan b) dikirim ke penjara dan digantung karena membelot." kata Simon sambil menirukan nada bicara Pangeran Roland. "Tuan Hull, bagaimana Penguasa Kota Perbatasan bisa menuduh Cornelius melakukan pembelotan? Aku berani mengatakan bahwa semua pengelola tambang telah melakukan hal ini selama seratus tahun terakhir."     

Citra pemuda berambut abu-abu tanpa sadar melintas di pikiran Petrov. Terlepas dari reputasi buruk sang pangeran, Petrov, dari pengalaman pribadinya bersama Pangeran Roland, Petrov tahu bahwa Roland Wimbledon jelas bukanlah seorang yang biasa-biasa saja. Yang disebut sebagai "pembelotan" hanyalah sebuah dalih yang Pangeran Roland gunakan untuk menegaskan otoritas mutlaknya di wilayah kekuasaannya. Pangeran Roland tidak pernah berencana untuk bernegosiasi dengan para bangsawan ini.     

Tampaknya pangeran telah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Benteng Longsong. Petrov menduga bahwa Roland seharusnya tahu betul bahwa para bangsawan dan penduduk kota pasti pergi berlindung di Benteng Longsong setiap tahunnya. Tetapi Pangeran Roland tetap memaksa Cornelius membuat pilihan antara hukuman mati atau menyita propertinya. Ditambah lagi, Pangeran Roland mengumumkan keputusannya yang tidak masuk akal dan bisa dibilang hampir kejam terhadap Benteng Longsong, yang membuat Petrov bertanya-tanya apa sebenarnya yang sedang direncanakan oleh Sang Pangeran.     

"Tetapi Pangeran adalah Penguasa Kota Perbatasan. Seorang Penguasa berhak membuat hukum yang berlaku di wilayahnya," Orang yang mengejek Simon tadi kembali menjawab.     

"Tetapi Kota Perbatasan juga berada di bawah yurisdiksi Wilayah Barat!" Simon membalas dengan nada dingin. "Apakah kamu bermaksud menentang otoritas Adipati Ryan? Adipati Ryan telah memerintahkan kita untuk tinggal di Kota Perbatasan dan mengelola pertambangan di sana. Sekarang, Pangeran Roland telah menyita semua properti milik para bangsawan. Artinya Pangeran Roland menentang keenam keluarga bangsawan. Adipati Ryan tidak akan mentolerir tindakan yang dilakukan Pangeran Roland."     

"Apakah kamu berbicara mengenai pembunuhan yang menggantung Kihls Medde tanpa mengeluarkan surat atau dokumen resmi?" tanya Rene, yang tiba-tiba bersuara. "Ayahku sangat murka karena hal itu."     

"Tuan Medde." kata Simon sambil membungkuk memberi hormat. "Ya, Pangeran Roland adalah orang yang sedang kami bicarakan. Sekarang Pangeran Roland menjadi lebih sembrono dan membangkang daripada sebelumnya. Aku takut kita harus bergantung pada kekuatan Adipati Ryan untuk bisa menghentikan Pangeran Roland. Aku harap Anda bisa menyampaikan pesan kami."     

"Jangan khawatir. Bagaimanapun, Adipati Ryan bertekad untuk menyingkirkan Pangeran Roland," jawab Rene tanpa berpikir. "Aku kembali untuk memberitahu kepada kalian bahwa saudara laki-lakiku saat ini sedang mengurus beberapa bisnis di Kota Raja. Jadi, aku adalah satu-satunya orang di Keluarga Rusa Besar yang dapat memimpin sebuah pasukan."     

"Sungguh? Itu sangat luar biasa!" kata Simon dengan gembira.     

Petrov mengernyitkan alisnya. Petrov tahu hari seperti ini akhirnya akan tiba setelah pangeran mengirimkan surat itu di musim dingin, di mana pangeran Roland memberitahukan niatnya untuk menetap di Kota Perbatasan. Namun, Petrov tidak pernah menyangka temannya juga akan ikut berpartisipasi dalam peperangan melawan pangeran Roland. Sambil mengabaikan tatapan orang lain, Petrov menarik Rene ke samping dan mencoba mencegahnya. "Jangan mencampuri urusan ini. Orang itu adalah seorang Pangeran."     

"Aku tahu ia adalah seorang pangeran, tapi ia hanyalah seorang pangeran bodoh di antara penduduk desa." Rene Medde menepuk bahu Petrov. "Jangan khawatir. Bagaimanapun, Adipati Ryan tidak akan menyakiti anggota keluarga kerajaan. Mungkin pangeran akan menyerah segera setelah kami tiba di sana. Bahkan jika pangeran Roland memutuskan untuk menolak, aku yakin para petani dan para penambang akan melarikan diri segera setelah kami mengumumkan serangan terhadap Kota Perbatasan secara resmi. Ditambah lagi, Pangeran Roland tidak memiliki keahlian dalam bertempur. Aku rasa Pangeran Roland akan tetap baik-baik saja selama pertempuran."     

[Tidak, aku takut perang ini akan menjadi sebaliknya … ] Petrov mencoba untuk mengatakan sesuatu tetapi akhirnya ia memilih untuk tidak mengutarakan pikirannya karena ia tahu Rene tidak akan percaya padanya. Memang, Petrov sendiri hampir tidak bisa mempercayai bahwa pangeran mampu mengalahkan tentara yang diperintahkan oleh Adipati Ryan hanya dengan memiliki sekelompok penambang. Namun demikian, sebuah firasat yang tidak enak menyusup di hati Petrov.     

"Tuan Petrov, ayah Anda ingin menemui Anda di rumah. Ayah Anda perlu bicara denganmu." Seorang pelayan berambut perak berjalan ke Petrov dengan cepat dan berbisik di telinganya.     

"Aku mengerti" kata Petrov sambil mengangguk. Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Rene, Petrov, bersama dengan pelayannya, masuk ke dalam kereta yang membawanya ke mansion milik Earl dari Keluarga Penghisap Madu.     

"Ayah." Petrov memasuki ruangan kerja ayahnya dan melihat Sharafi Hull sedang menulis sesuatu di mejanya.     

Kedatangan Petrov, bagaimanapun, tidak mengganggu pekerjaan yang sedang dilakukan Earl. "Berikan aku laporan mengenai produksi, populasi, dan pendapatan di wilayah kekuasaan kita. Aku bisa berjaga-jaga untuk menghadapi perang yang akan datang di musim semi. Adipati Ryan telah mengeluarkan sebuah perintah wajib militer. Setelah salju sepenuhnya mencair, kita lima keluarga harus menyediakan kesatria dan para tentara bayaran untuk membantu Adipati Ryan menyerang Kota Perbatasan."     

"Berapa banyak orang yang harus kita sediakan?"     

Ayah Petrov menghentikan tulisannya dan mendongak. "Kamu tidak pernah tertarik mengenai hal-hal ini. Mengapa kamu menjadi tertarik sekarang?" Ayahnya membuka sebuah surat di meja dan berkata, "Setidaknya dua puluh lima orang kesatria, serta pengawal dan kuda yang mereka butuhkan. Empat puluh orang tentara bayaran harus kita sediakan dan dilengkapi serta dipersenjatai. Untuk budak-budak, jumlahnya harus lebih dari seratus orang, dan mereka akan memegang senjata yang lebih ringan."     

Petrov melakukan penghitungan cepat di dalam kepalanya. Jika demikian, kelima keluarga akan menyediakan pasukan sekitar seribu orang. Digabungkan dengan pasukan milik adipati, pasukan mereka akan dianggap tak terkalahkan di seluruh Wilayah Barat. Pasukan ini akan menjadi pasukan yang cukup untuk menekan perlawanan dari Kota Perbatasan, di mana hanya ada dua ribu orang di garnisun milik mereka. Petrov bahkan tidak perlu mengirim semua pasukan ke Benteng Longsong untuk meraih kemenangan mereka.     

"Ayah, bisakah kamu tetap di garis belakang?" Setelah merasa ragu sesaat, Petrov akhirnya bertanya kepada ayahnya.     

"Mengapa kamu berkata demikian, anakku?" tanya Earl dengan sedikit terkejut.     

"Aku mengkhawatirkan keselamatanmu."     

Shalafi tidak bisa menahan tawanya. "Apa kamu tahu apa yang kamu bicarakan? Bahaya apa yang bisa terjadi bagi seekor gajah untuk mengalahkan seekor semut? Yang Mulia hanya memiliki beberapa orang kesatria dan kurang dari lima puluh orang penjaga, sedangkan orang-orang kita sepuluh kali lebih banyak!"     

Petrov juga akan berpikir begitu seandainya dirinya tidak bertemu langsung dengan sang pangeran. Secara teknis, ayahnya benar. Namun … "Ayah, semua orang mengatakan tembok kota yang dibangun Yang Mulia akan tersapu oleh hujan, tetapi tembok yang dibangun di bawah pengawasan Yang Mulia berdiri tegak di tengah hujan. Mereka juga mengatakan tidak mungkin untuk menghentikan binatang iblis hanya dengan sekelompok penambang di Kota Perbatasan, namun Yang Mulia telah berhasil melakukannya. Tidak seorang pun dari mereka yang melarikan diri ke Benteng Longsong selama Bulan Iblis tahun ini." Petrov merasa semakin gelisah. "Sekarang, semua orang percaya bahwa Adipati Ryan akan menundukkan Roland Wimbledon dengan cara yang sama seperti seekor gajah menginjak seekor semut. Apakah ayah benar-benar berpikir hal ini akan berjalan semudah itu?"     

"Cukup!" Ayah Petrov memukul meja kerjanya, ia bangkit dan menggelengkan kepalanya. Ayahnya berjalan ke dinding di mana potret semua leluhur Keluarga Penghisap Madu dipajang. "Aku tahu kamu lebih memilih berbisnis dan berdagang daripada mengurusi pertempuran dan peperangan. Namun, menjadi seorang pedagang bukan berarti menjadi seorang pengecut. Bagi para pedagang yang berlayar untuk membangun perusahaan mereka, mereka mempertaruhkan hidup mereka setiap harinya." Shalafi menghentakkan tangannya ke tembok dan berteriak. "Lihatlah potret-potret ini. Kakekmu dan kakek buyutmu, mereka bertarung dengan pedang dan busur mereka melawan musuh-musuh sebelum memapankan diri di tanah yang penuh dengan binatang buas, para pengungsi, dan perampok. Kelakuanmu yang pengecut benar-benar telah membuat aku kecewa!"     

[Tidak, ayah.] Petrov menundukkan kepalanya dan berhenti berdebat dengan ayahnya. Namun, Petrov berkata dalam hatinya, [Ayah juga mengetahui bahwa ini adalah kisah kakek dan kakek buyutnya. Lihatlah wajah mereka yang tak kenal takut dan tubuh mereka yang kencang, dan kemudian lihatlah pinggang yang lebar milik ayah sendiri dan dagu ayah yang berlipat ganda. Ayah, apakah kamu pikir dirimu masih bisa berperang sambil mengendarai kuda?]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.