Bebaskan Penyihir Itu

Kembali Ke Kota Perbatasan



Kembali Ke Kota Perbatasan

0Ketika Tylo sudah pergi, Nightingale menampakkan dirinya dari Kabut dan berkata, "Hari ini mungkin adalah hari di mana kamu paling banyak berbohong."     
0

Roland berkata dengan gusar, "Apa yang bisa aku lakukan di hadapan Imam Besar Gereja? Oh ya, apakah kamu mengetahui jika ia berbohong?"     

"Tidak, aura di sekelilingnya dikelilingi dengan Liontin Penghukuman Tuhan, dan aku tidak bisa melihat apa-apa kecuali kegelapan."     

"Sayang sekali, seorang Imam Besar tidak bisa diperlakukan sama seperti bangsawan lainnya," pikir Roland dengan rasa menyesal. Roland meletakkan dua butir pil itu di atas meja. "Apakah kamu pikir pil itu benar-benar luar biasa seperti yang Tylo katakan?"     

Untuk menghilangkan rasa sakit, morfin juga bisa melakukannya. Tetapi untuk membuat para prajurit itu menjadi kuat, itu terdengar seperti efek dari hormon adrenalin. Masalahnya adalah bagaimana cara mengekstrak kedua zat ini menjadi sebuah pil? Jika Gereja memiliki teknologi seperti itu, mereka pasti bisa menaklukkan seluruh dunia.     

"Tunggu dulu …" Roland tiba-tiba memikirkan sebuah kemungkinan, "Mungkinkah pembuatan pil ini ada hubungannya dengan kekuatan sihir?"     

"Bisakah kamu melihat aliran kekuatan sihir?" tanya Roland sambil memandang Nightingale, "Adakah kekuatan sihir di dalam kedua pil ini?"     

Nightingale mengamati pil-pil itu dengan saksama. "Aku tidak bisa melihat aliran kekuatan sihir, tapi pil ini tampak seperti batu dari Liontin Penghukuman Tuhan."     

"Batu dari Liontin Penghukuman Tuhan?" Roland tercengang.     

Nightingale menganggukkan kepalanya. "Yah, kamu telah melihat dunia melalui Kabut. Hanya ada warna hitam dan putih di sana, tetapi kegelapan yang menyelimuti Liontin Penghukuman Tuhan itu berbeda, kegelapan itu lebih seperti ketiadaan yang menelan seluruh dunia di sekitarnya. Aku tidak tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaan itu … " Nightingale tampak ragu. "Lebih baik aku mengatakan tidak ada apa-apa di dalam pil itu daripada mengatakan hanya kegelapan yang ada di dalamnya."     

"Tidak ada apa-apa?"     

"Ya, tidak ada apa pun di dalamnya." Nightingale mengangguk. "Kedua pil itu juga tidak terdapat apa-apa, tetapi kedua pil itu terasa halus, dan … pil itu juga bukan seperti sebuah lubang yang menganga, melainkan ada pijaran berwarna hitam yang mengalir dari dalam pil itu."     

"Apakah ketiadaan itu mempengaruhi kekuatanmu?"     

Nightingale mengambil pil itu, ia masuk ke dalam Kabut, tetapi ia langsung kembali. "Sepertinya tidak berpengaruh pada kekuatanku."     

"Tampaknya kita perlu mencari seorang tahanan untuk menguji dua pil ini dan kita akan melihat apa yang akan terjadi." kata Roland sambil membungkus pil-pil itu dengan hati-hati dan menggenggamnya.     

"Aku tidak menyangka Gereja menaruh harapan besar kepadamu," Nightingale duduk di samping Roland, dan berkata demikian.     

"Jika saja Imam Besar itu tidak mengenakan Liontin Penghukuman Tuhan, aku bertaruh ada sembilan kebohongan dari sepuluh perkataannya." kata Roland sambil mengerutkan bibirnya. "Yang paling penting adalah apa yang ingin mereka lakukan. Apa yang mereka minta dariku sama sekali berbeda."     

"Mengapa begitu?"     

"Pikirkan tentang apa yang mereka inginkan: lebih banyak gereja, lebih banyak jemaat, menyokong seorang Pangeran atau Raja atas keinginan Gereja sendiri, dan menentukan hak ilahi para raja, menginginkan sebuah negara yang stabil yang lebih kondusif bagi perkembangan jemaat dan pengembangan kekuasaan bagi Gereja. Jika tidak demikian, karena perang yang berkepanjangan, gereja dan biara akan menjadi sasaran empuk oleh para pengungsi dan kaum bangsawan."     

"Apa yang mereka sukai adalah kamu bisa membawa kehidupan yang lebih baik bagi rakyat?"     

"Bukan itu masalahnya." sahut Roland sambil menggelengkan kepalanya. "Stabilitas berasal dari persatuan atau keseimbangan, bahkan jika seorang Raja makan dan minum setiap hari, orang-orang di negara damai akan hidup lebih bahagia daripada para pengungsi di medan pertempuran. Jadi aku tidak heran jika Gereja mendukung Timothy, dan aku juga tidak heran jika mereka mendukung Garcia. Tetapi aku merasa sangat aneh karena mereka datang dan mendukungku, terutama ketika Garcia memenangkan pertempuran melawan Timothy."     

"Sekarang, jika gereja sepenuhnya mendukung Garcia, aku khawatir Kota Raja dan wilayah timur akan dikuasai olehnya dalam waktu kurang dari enam bulan." Jika tujuh puluh persen dari tanah Kerajaan Graycastle menjadi milik Garcia, Roland berpikir tekanan terhadap Kota Perbatasan juga akan meningkat. "Jika kita tidak membantu pihak yang kuat tetapi memilih mendukung pihak yang lemah, tampaknya keputusan Gereja akan menguntungkan kita. Seandainya kita menerima dukungan dari Gereja, situasi di Kerajaan Graycastle akan menjadi lebih kacau. Efeknya akan langsung terasa terhadap tiga negara yaitu populasi akan menurun drastis, hilangnya kekayaan negara dengan cepat, perang menyebar ke seluruh negara, dan tinggal penyatuan yang tersisa.     

"Apa manfaatnya bagi Gereja? Mereka tidak akan memiliki lebih banyak jemaat. Yang lebih buruk, aku khawatir semua gereja akan dihancurkan."     

"Aku tidak mengerti pemikiran kaum bangsawan. Kamu selalu bicara bertele-tele." sahut Nightingale sambil menghela nafas.     

"Yah," jawab Roland sambil tersenyum, "kecuali aku."     

"…" Nightingale menyipitkan matanya dan menatap Roland untuk waktu yang lama. "Aneh. Mengapa ucapanmu juga terdengar masuk akal?"     

Tiga hari kemudian, Roland akhirnya mengosongkan seluruh isi istana Adipati Ryan dan perpustakaan di Benteng Longsong, lalu dengan perasaan puas ia membawa seluruh jarahannya dengan menggunakan Si Kota Kecil dalam perjalanan kembali ke Kota Perbatasan.     

Saat mendekati Kota Perbatasan di sepanjang Sungai Air Merah, pemandangan di kedua sisi sungai tampak telah berubah. Di area terbuka di kota di seberang tempat yang telah dibakar Anna, banyak orang tampak sibuk bekerja. Dari penampilan mereka, sepertinya mereka adalah para budak yang tiba di Kota Perbatasan pertama kali. Sementara di dekat Pegunungan Tak Terjangkau, ada banyak pondok kayu sederhana yang telah dibangun. Seseorang sedang terlihat di dalam sebuah pondok kayu, Roland menebak orang itu adalah anggota keluarga dari para budak.     

Orang-orang ini terikat menjadi budak dari generasi ke generasi, dan anak-anak mereka terlahir untuk menjadi budak juga. Kebanyakan budak hidup dengan perasaan hampa karena mereka tidak memiliki harapan. Yang mendorong mereka untuk bekerja bukan berasal dari keinginan mereka sendiri, tetapi karena cambuk dan pecutan ada di tangan para majikan mereka. Efisiensi produksi yang rendah adalah pemborosan terhadap sumber daya manusia.     

Tidak diragukan lagi bahwa perbudakan adalah musuh produksi industri dan harus dihapuskan. Roland tidak bermaksud membiarkan mereka semua menjadi orang merdeka begitu saja, tetapi ia ingin menyediakan lapangan pekerjaan sehingga mereka dapat melihat harapan bahwa mereka dapat dipromosikan menjadi orang merdeka. Ada teladan yang harus diikuti — para budak terbebas dari perbudakan karena kebaikan hati majikan mereka. Bahkan jika usaha yang hendak dilakukan Roland ini tidak berdampak banyak, kaum bangsawan lain akan berlomba-lomba bahwa diri mereka adalah majikan yang paling bermurah hati.     

Jika waktunya telah tiba, Roland akan menghapuskan hukum perbudakan sepenuhnya. Perlawanan dari kaum bangsawan akan jauh lebih sedikit pada saat itu.     

Dermaga penuh dengan kapal pedagang dari kota lain dan sudah jelas bahwa dermaga kecil ini di Kota Perbatasan tidak mampu menanggung permintaan transportasi yang begitu besar. Untungnya, desain Si Kota Kecil itu cukup rendah, sehingga badan kapal bisa langsung menepi tanpa bantuan dermaga. "Tampaknya perluasan area dermaga juga perlu dimasukkan ke dalam agenda kerjaku," pikir Roland.     

Ketika kembali ke istana, Roland tidak bisa langsung beristirahat. Saat Roland kembali ke kantor ia langsung memanggil Barov, Roland mendengarkan Barov melaporkan daftar penerimaan barang-barang jarahan dari Benteng Longsong.     

Dan Barov sendiri juga sudah siap melaporkan hasilnya. Barov mengambil gulungan kertas dari sakunya, membentangkan gulungan itu di atas meja kayu besar.     

"Yang Mulia, barang-barang yang Anda bawa kembali ke istana benar-benar membuatku takut." Meskipun Barov berkata begitu, wajahnya dipenuhi kebahagiaan yang berlawanan dengan perkataannya. "Dibutuhkan dua belas muridku untuk menghitung semua keping emas sepanjang malam, dan totalnya lebih dari empat belas ribu keping! Yang Mulia, itu setara dengan pendapatan satu tahun di kota!"     

Roland berpikir bahwa mungkin diperlukan waktu selama lebih dari dua puluh tahun bagi Adipati Ryan untuk menyimpan emas sebanyak itu. Dan emas-emas ini berasal dari hasil pencarian, penjarahan, dan eksploitasi penduduk di Wilayah Barat. Roland ingin mengubah emas-emas itu menjadi makanan, baja, dan mesin-mesin secepatnya. "Bagaimana dengan batu permata, perhiasan, dan kerajinan tangan?"     

"Tidak ada cukup waktu untuk menghitung semuanya, tetapi menurut perhitungan kasar terdapat sekitar sepuluh ribu keping emas. Jika barang-barang ini dikirim ke Kota Raja untuk dilelang, harganya akan lebih tinggi. Sekarang barang-barang ini disimpan di ruang bawah tanah istana Anda." Barov berhenti bicara sejenak. "Tetapi tidak ada cukup ruang untuk digunakan sebagai tempat penyimpanan makanan, jadi aku sarankan Anda harus memperluas istana dan membangun lebih banyak gudang untuk menyimpan bahan-bahan lainnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.