Bebaskan Penyihir Itu

Gema (Bagian I)



Gema (Bagian I)

0Sudah dua bulan berlalu sejak Bulan Iblis berakhir, dan salju telah mencair sepenuhnya dan berubah menjadi aliran air yang mengalir menuju Sungai Air Merah.     
0

Setelah seluruh pemandangan yang berwarna putih perlahan memudar, pepohonan mulai bertumbuh kembali, semuanya menjadi berwarna hijau lagi.     

Area di sebelah timur kota telah dibersihkan oleh Anna dengan kekuatan apinya, dan Yang Mulia telah mengubah area itu untuk sementara waktu menjadi tempat latihan bagi Tentara Pertama Kota Perbatasan.     

Di tempat latihan itu, Carter Lannis memegang sebuah penutup dan memeriksa apakah bayonet itu sudah terpasang dengan kuat.     

Bayonet ini adalah sebuah penemuan terbaru dari Yang Mulia, tetapi jika dibandingkan dengan mesin yang bisa beroperasi secara otomatis dan bubuk salju yang sudah dimodifikasi, penemuan baru ini tampaknya agak terlalu sederhana. Ketika memegang bayonet itu di tangannya, Carter langsung menyadari bahwa bayonet ini bukanlah sebuah senjata yang berkemampuan tinggi.     

Singkatnya, bayonet itu hanyalah sebuah besi berbentuk segitiga yang tajam, dengan batangan tengah sebagai dasarnya, dan kedua sisi lainnya mengarah ke dalam sedikit. Meskipun ujungnya tajam, tidak mungkin bayonet ini digunakan untuk memotong musuh — bilahnya terlalu sempit setelah dibengkokkan. Bahkan jika Carter menyerang musuh tanpa baju zirah, jika ia mencoba untuk menusuk secara horizontal, Carter bahkan tidak yakin dirinya bisa merobek pakaian musuhnya.     

Senjata ini hanya memiliki satu fungsi, yaitu untuk menikam. Dan bayonet itu harus terhubung ke senapan dalam penggunaannya. Jika tidak digunakan untuk menikam, bayonet itu tidak akan mudah digunakan sebagai belati.     

Di mata Carter, pembuatan bayonet ini membuang begitu banyak batangan besi kasar secara percuma, hanya untuk membuat senjata sederhana seperti itu benar-benar sangat tidak masuk akal. Jika seorang pandai besi di wilayahnya berani menciptakan senjata seperti itu, Carter akan mengikat pria itu dan memukulinya.     

Tetapi bahkan untuk senjata yang jelek seperti ini, Carter masih bisa melihat perhatian Yang Mulia terhadap hal-hal yang mendetail. Misalnya, desain penutup bayonetnya. Moncong laras senapan memiliki dua alur dengan sudut siku-siku di ujungnya, jadi selama bagian-bagian itu dipasang dengan benar dan bayonet itu terpasang dengan kuat, senjata itu sudah lengkap. Karena desain ini, bagian-bagian itu tidak perlu dipasang dengan sempurna, dan jika mereka sedikit longgar, beberapa lembar kertas dapat disisipkan di antara kedua potongan besi dan alur laras senapan, dan jika tidak ada kertas, bahkan daun-daun pohon pun akan berfungsi sebagai pengganjal.     

''Pasangkan bayonetnya di senapan! ''     

Mendengar perintah itu, para anggota Pasukan Senjata Api yang memiliki bayonet mengeluarkan bayonet dari ransel mereka dan meletakkannya di atas laras senapan — sampai sekarang hanya ada sekitar empat puluh buah senjata baru dan ransel yang telah dibuat. Jadi orang-orang yang belum menerima senjata baru harus menggunakan tongkat kayu pendek sebagai gantinya.     

Mereka melakukan pelatihan ini hampir sepanjang pagi, dan sekarang sebagian besar dari prajurit itu hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk memasang bayonet di senapan mereka. Menurut perintah Yang Mulia, bayonet seharusnya hanya digunakan sebagai usaha perlawanan terakhir. Yang Mulia tidak ingin prajuritnya bertarung dalam pertempuran jarak dekat. Carter tidak setuju dengan pernyataan Yang Mulia ini, ia berpikir selama seseorang tidak menikam musuh secara langsung, mereka masih dianggap sebagai anak-anak. Ketika para prajurit melihat darah pertama musuh mereka, prajurit akan mulai berubah dari seorang penambang dan pemburu biasa menjadi seorang prajurit.     

Si Kapak Besi juga berada di pleton yang sama dengan Carter. Meskipun Si Kapak Besi mengaku hanya menjadi seorang pemburu, Carter bisa melihat dari keterampilan Si Kapak Besi bahwa pria itu pasti telah mendapatkan pelatihan militer sebelumnya. Keterampilan Si Kapak Besi tidak lebih buruk daripada para kesatria lainnya.     

Ketika Yang Mulia meminta Carter untuk mengajari para prajurit cara menggunakan senjata yang baru, ia tidak merasa percaya diri. Carter tidak pernah mendengar senjata yang disebut bayonet sebelumnya, jadi ada kemungkinan ia tidak tahu cara menggunakannya. Namun, setelah melihat contoh bayonetnya, Carter menjadi percaya diri. Lagi pula, bayonet itu hanya seperti tombak pendek, dan karena dipasangkan dengan ujung pisau yang tajam, bayonet itu lebih mudah untuk digunakan dibandingkan dengan sebuah tombak.     

Keuntungan bayonet adalah cara penggunaannya yang sederhana. Tidak perlu belajar cara menebas, mengangkat, mengunci atau membersihkan, hanya ada satu gerakan saja yang diperlukan, yaitu menikam. Jadi Carter menyuruh semua anggota pleton berbaris dan mengajari mereka cara menikam yang paling tepat — sambil menempatkan satu kaki di belakang kaki yang satunya, menekuk lutut dan pinggang serta mendorong lengan mereka ke depan dengan kekuatan semaksimal mungkin.     

Latihan berulang-ulang semacam ini terasa sangat membosankan. Tapi yang membuat Carter terkejut adalah semua orang dengan cermat menyelesaikan pelatihan menikam hari itu. Sebelum musim dingin mereka semua masih segerombolan warga sipil yang lemah dan malas, tetapi sekarang mereka semua berkelakuan baik. Mereka akan segera mengikuti perintah apa saja yang diserukan, dan melatih mereka bahkan lebih mudah daripada melatih seorang pengawal. Tentu saja, jika Carter memberi mereka pedang, atau yang disebut Yang Mulia sebagai "senjata dingin"[1], orang-orang ini masih tidak bisa untuk melawan anak buahnya. Tetapi dalam hal tekad dan usaha yang keras, kemajuan yang mereka perlihatkan benar-benar diakui oleh Carter.     

Setelah setengah jam berlatih, Carter membiarkan Pasukan Senjata Api duduk dan beristirahat. Pada saat ini, Yang Mulia datang ke tempat latihan, ditemani oleh seorang wanita yang mengenakan kerudung. Carter tidak terkejut melihat kedatangan wanita itu. Yang Mulia telah memberitahu Carter sebelumnya bahwa mereka akan dibantu oleh seorang penyihir selama pelatihan hari ini.     

Namun, penyihir itu terlihat cukup tinggi, tingginya hampir setinggi Yang Mulia. Gadis-gadis terlihat lebih menarik jika mereka lebih pendek dari pria, pikir Carter. Kemudian Carter menyuruh semua orang untuk berdiri dan menyambut Pangeran Roland.     

"Salam, Yang Mulia!" Para prajurit itu berteriak dan mengangkat tangan mereka.     

"Terima kasih atas kerja keras kalian," kata Roland sambil mengangguk. Saat Roland hendak berbicara kepada para pasukan itu, seorang prajurit tiba-tiba bergegas keluar dari tim. Carter Lannis mengerutkan kening, ia melangkah ke depan dan menempatkan Pangeran Roland di belakang dirinya dan tangannya bersiap mengeluarkan pedangnya. Nightingale juga menampakkan dirinya, meraih lengan Roland sambil menunggu untuk menyeret Roland masuk ke dalam Kabut jika ada sesuatu yang tidak beres.     

Orang yang muncul tiba-tiba itu adalah Si Kapak Besi.     

Si Kapak Besi tidak berlari ke arah Pangeran, tetapi malah ke arah penyihir berkerudung itu, ia segera berlutut di depan si penyihir. Gerakan si Kapak Besi itu bukan gerakan berlutut dengan normal seperti biasa, sebaliknya, ia merebahkan seluruh tubuhnya sampai rata ke tanah, dan kedua lengannya menutupi kepalanya sambil berseru, "Pemimpin Klan!"     

Karena kejadian ini, pelatihan Pasukan Senjata Api dibubarkan.     

*******************     

"Katakan kepadaku. Kenapa kamu melakukan hal itu?"     

Kembali ke aula istana, Carter, Gema, dan Si Kapak Besi berdiri berjajar, sementara Roland duduk di singgasana, ia bertanya dengan nada kecewa.     

Kalian harus disiplin, harus disiplin! Kalian harus selalu menjaga sikap disiplin dalam pleton! Bukan saja soal melihat pemimpin klan, bahkan jika kalian melihat Raja sekalipun, kalian tidak boleh bergerak sama sekali. Jika ada yang ingin disampaikan, selalu ada waktu untuk melapor nanti.     

"Yang Mulia," Si Kapak Besi ingin berlutut tetapi ketika ia hendak membungkuk, Roland menghentikannya.     

"Berdirilah dengan tegak dan bicaralah! ''     

''Baik!'' Si Kapak Besi menelan ludah dengan gugup, dan berkata, ''Bulan Perak adalah pemimpin klan yang aku layani ketika berada di Kota Pasir Besi.''     

"Tidak, Kabago, aku bukan Pemimpin Klan …" Gema dengan cepat mengibaskan tangannya.     

''Tidak, Anda-lah orangnya'' Si Kapak Besi menjawab, '' Setelah kematian ayah dan saudara laki-laki Anda, menurut kebiasaan di Mowkin, Anda akan menjadi pemimpin Klan Osha kami. Aku dengar bahwa Anda telah dijual ke Pelabuhan Air Jernih, tetapi aku tidak dapat menemukan Anda di sana, jadi aku pikir Anda sudah … mati.''     

''Tetapi aku ….''     

Roland menyela ucapan Gema, ''Satu per satu yang bicara, kamu yang bicara duluan, Kapak Besi.''     

"Baik, Yang Mulia."     

…     

Cerita yang disampaikan Si Kapak Besi tidak sulit untuk dimengerti, jadi Roland memahami dengan cepat mengenai apa yang telah terjadi.     

Gema awalnya adalah anggota Klan Osha di Kota Pasir Besi. Nama asli Gema adalah Bulan Perak, dan ayahnya adalah seorang pemimpin Klan Osha.     

Negara Pasir tidak bersatu dan Kota Pasir Besi hanya mampu menampung populasi penduduk secara terbatas, jadi baik saat ini dan seterusnya, setiap klan harus mengambil bagian dalam duel suci, dan keenam klan yang menang akan mendapatkan hak untuk tinggal di kota, sementara klan yang kalah harus tinggal di luar kota, atau berkemah di Laut Hijau. Meskipun ada sumber daya air di tempat-tempat ini, binatang-binatang buas dan badai pasir akan menimbulkan ancaman besar bagi warga Negara Pasir. Jadi setiap terjadi duel suci, para prajurit dari berbagai klan tidak akan menyisakan pengampunan karena mereka sangat ingin memenangkan duel suci itu.     

[1] Senjata yang tidak mengeluarkan percikan api     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.