Bebaskan Penyihir Itu

Pengejaran (Bagian I)



Pengejaran (Bagian I)

0Theo melangkah masuk ke sebuah kedai minum, tempat di mana ia bisa mencium aroma udara yang panas dan lembab bercampur dengan aroma bir.     
0

Di bawah cahaya yang remang-remang, para pria bertelanjang dada, memperlihatkan punggung mereka yang berkeringat. Pria-pria itu duduk di meja bar di tengah, meneguk bir murahan sambil mengobrol dengan teman-teman mereka. Para pelayan yang berpakaian minim berkeliaran di sekeliling pria-pria itu sambil mengisi gelas para tamu.     

Theo melihat sekelilingnya dan menemukan seorang target — seorang pria pendek yang sedang duduk di pojok kedai, dan ada mawar liar yang layu di atas mejanya.     

Theo berjalan menuju bar dan memesan satu gelas bir. Theo perlahan menikmati bir yang terasa pahit sambil melihat sekelilingnya untuk melihat apakah ada orang lain yang diam-diam memperhatikan pria pendek itu. Theo merasa puas melihat keadaan di sekitarnya. Meskipun para pelanggan tetap kedai itu sesekali akan melirik kepada pria pendek itu, itu hanya terjadi secara tidak sengaja. Hanya ada satu orang di meja tengah yang berusaha menutupi pemandangan Theo dengan menggunakan gelas birnya.     

Satu orang untuk menghubungkan, satu orang lagi untuk mengkoordinasikan merupakan cara para Tikus di Jalan Hitam beroperasi, setidaknya itu yang bisa dipahami oleh Theo.     

"Satu gelas lagi," teriak Theo kepada bartender[1], "pakai es."     

"Tuan, bir dingin harganya dua kali lipat," sahut sang bartender.     

Theo melemparkan satu keping perak dan berkata, "Semakin dingin semakin enak."     

Theo berjalan menuju pria pendek dengan bir yang berbusa di tangannya dan menuangkan bir dingin itu ke mawar liar yang layu di mejanya. Bir dingin mengalir menuruni kelopak mawar yang melengkung. Pria pendek itu menengadah dan berkata dengan kesal, "Kamu menumpahkan bir yang enak di atas sebuah bunga daripada meminumnya, apakah kamu sudah gila?"     

"Aku hanya memperlakukan bunga mawar ini seperti yang seharusnya," jawab Theo sambil tersenyum dan duduk di hadapan pria itu. "Aku sudah lama mencarimu."     

"Itu membuktikan bahwa kamu tidak mencari ke tempat yang benar," kata pria pendek itu dengan kasar, "tetapi karena kamu seorang pelanggan di kedai ini … silahkan, apa yang bisa aku bantu? Apakah kamu mau minta sebuah petunjuk, mencuri sesuatu, menebus properti yang hilang, atau mencari barang curian?"     

"Bukan semua hal itu, aku harap kamu bisa membantuku menyebarkan sebuah rumor."     

"Itu tidak termasuk dalam bisnis Mawar Liar." jawab pria pendek itu sambil menggelengkan kepala.     

"Bukan, bukan, bukan begitu. Kamu akan tertarik pada apa saja asalkan kamu bisa menerima emas." Theo menggoyangkan jarinya ke arah pria itu. "Anak muda, aku bukanlah orang biasa. Untuk mendapatkan mangsa, terkadang kita harus membuat umpannya dan rumor adalah umpan terbaik, yang tidak memiliki bukti apa pun untuk ditangkap. Ini lebih aman daripada mencuri barang."     

"Kedengarannya masuk akal," pria pendek itu menegakkan tubuhnya, dan tersenyum. "Apakah kamu pernah berurusan dengan Mawar Liar sebelumnya?"     

"Aku pernah mempercayakan sesuatu hal kepada kompetitor Mawar Liar dari kota kecil. Nama agennya tidak sekeren milikmu, dan mereka tidak bisa berbuat lebih banyak."     

"Ruang lingkup bisnisnya terlalu kecil dan sulit untuk menemukan bisnis yang tepat sedangkan di Kota Perak, persaingannya sangat ketat." Pria pendek itu mengambil mawar liarnya dan mengibaskan mawarnya sedikit sebelum memasukkan mawarnya ke dalam saku. "Jadi, rumor macam apa yang hendak kamu sebarkan?"     

"Rumor mengenai para penyihir." jawab Theo sambil tersenyum. "Sebuah organisasi bernama Asosiasi Persatuan Penyihir telah menemukan Gunung Suci di Wilayah Barat, dan mereka telah menemukan cara untuk mengatasi Siksaan Iblis dan memperoleh kedamaian yang abadi."     

"Kawan, itu adalah berita yang …" Pria pendek itu berdecak. "Berita itu adalah berita yang sudah kuno. Meskipun aku jarang membujuk pelangganku untuk berubah pikiran, setidaknya kamu harus mengganti rumornya dengan sesuatu yang lebih masuk akal. Biar aku tebak, kamu mau mencoba untuk menculik seorang penyihir atau hendak melawan gereja. Jika kamu ingin melawan gereja, Pasukan Penghakiman akan datang untuk membunuhmu, jadi aku tebak kamu berniat untuk sekedar menculik seorang penyihir saja … " Si Pria pendek itu tersenyum dengan licik. "Sayangnya, sejauh yang aku tahu, hampir semua dari mereka yang ingin menangkap para penyihir dan menjual mereka demi uang sudah mati. Meskipun mereka memiliki Liontin Penghukuman Tuhan, para wanita itu bukanlah orang-orang bodoh."     

"Menurutmu, mengapa rumor yang hendak aku sebarkan tidak masuk akal?" Theo bertanya dengan penasaran.     

"Persatuan yang terdiri dari para penyihir seperti bulan di langit malam yang gelap. Jika rumor itu benar, gereja pasti akan berkumpul di sana, dan jika aku seorang penyihir, aku tidak akan pergi ke tempat itu. Rumor itu adalah jebakan, maka aku tidak akan pergi ke sana. Mengenai siksaan iblis, kawanku, apakah kamu serius? Penyihir adalah jelmaan iblis, dan ini adalah suatu kebohongan besar yang bahkan tidak akan dipercaya oleh para penyihir itu."     

"Kalau begitu sebarkan saja rumor itu," kata Theo tanpa menganggap ucapan pria itu dengan serius.     

"Yah, pelanggan yang memutuskan." sahut pria pendek itu sambil mengangkat bahu. "Oh ya, aku harus mengingatkan kamu bahwa upahku sebanyak dua puluh keping emas."     

"Apakah aku harus membayar semuanya sekaligus?"     

"Benar, Mawar Liar tidak menerima setoran uang muka ataupun pembayaran di akhir," kata pria pendek itu, "dan transaksi ini sepenuhnya sukarela."     

Theo menghela nafas. Theo mengeluarkan kantung dari sakunya dan mengeluarkan sembilan belas keping emas di atas meja, kemudian ia mengambil segenggam keping perak dan menghitung sampai seratus keping sebelum memberikan uangnya kepada pria yang berada di depannya. Pria pendek itu memeriksa keaslian emasnya dan memasukkan semua uang itu ke dalam kantungnya.     

Setelah menerima uang itu, pria pendek itu terlihat lebih santai. "Biasanya Mawar Liar jarang gagal memenuhi apa yang sudah kami janjikan. Seperti yang aku katakan sebelumnya, persaingan di Kota Perak sangat sengit, dan reputasi kami bisa hancur jika kami menipu pelanggan. Jika kamu tidak terburu-buru untuk kembali ke Wilayah Barat, kamu bisa tinggal di sini selama beberapa hari lagi. Kamu akan mendengar rumor itu tersebar tidak lama lagi.     

"Apakah rumor itu akan sampai ke telinga para penyihir?"     

"Tentu saja, tapi itu tergantung apakah mereka mau pergi atau tidak. Singkatnya, aku berharap keinginanmu terwujud. Kamu akan mendapatkan keuntungan jika kamu bisa menjual satu penyihir kepada gereja atau kamu bisa mendapatkan lebih banyak uang dengan menjual mereka kepada para bangsawan. Tentunya, jika kamu tidak dapat menemukan jalan keluar dan takut ditangkap oleh gereja, kamu bisa datang kepada kami, kami hanya mengenakan biaya sepuluh persen dari bayaran pertama."     

Pria pendek itu bangkit berdiri dan pergi sambil membawa kantungnya. Pria yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan juga bangkit dan pergi setelah pria pendek itu pergi. Theo menghabiskan sisa birnya dalam sekali teguk setelah menunggu selama lima belas menit sebelum berjalan keluar dari kedai minum.     

Tugas dari Yang Mulia sudah selesai. Theo telah berkeliling ke beberapa kota, pertama ke Bukit Naga Tumbang, lalu ia pergi ke Kota Air Merah, sampai ke Kota Perak, untuk menemukan para Tikus dari Jalan Hitam dan menyebarkan rumornya. Setiap kota memiliki sekelompok Tikus di sudut-sudut kota yang gelap. Mereka membentuk suatu organisasi yang tertib dan tersembunyi bahkan di bawah persetujuan penguasa wilayah setempat, termasuk di Kota Raja Kerajaan Graycastle. Apa yang bisa mereka lakukan jauh lebih banyak daripada kelihatannya. Semua itu tergantung pada berapa banyak emas yang diberikan oleh si pelanggan.     

Satu-satunya kesulitan adalah menemukan koneksi dengan para Tikus. Belum lagi agak sulit bagi Theo sebagai orang luar untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Harganya paling tidak lima keping emas hanya untuk berbicara dengan mereka. Jika bukan karena pengalaman Theo untuk bertransaksi seperti ini di Kota Raja, ia mungkin masih berada di Bukit Naga Tumbang sampai sekarang.     

Dalam perjalanan kembali ke penginapan, Theo menyadari ada yang aneh.     

Seseorang sedang mengikuti Theo.     

Meskipun orang yang mengikuti Theo bertindak sangat berhati-hati, bagaimanapun, Theo sebagai pengawal profesional menyadari kehadiran si penguntit. Theo diam-diam menarik belati di pinggangnya dan berbelok ke sebuah gang.     

Apakah itu anggota Mawar Liar? Theo sengaja mengosongkan kantungnya untuk mengeluarkan sembilan belas keping emas ketika ia membayar si pria pendek untuk menghindari orang lain merampok dirinya. Biasanya, mereka tidak akan menjarah seseorang demi beberapa ratus keping perak.     

Theo bersandar ke dinding, menghitung langkah kaki si penguntit yang semakin dekat. Theo menyergap si penguntit pada saat orang itu hendak masuk ke gang. Theo menekankan belatinya di leher si penguntit.     

"Jangan bergerak!" teriak Theo.     

Si penguntit tiba-tiba berubah menjadi kepulan asap dan menghilang.     

[Dia seorang penyihir!] Theo menyadarinya dan sebelum ia bisa berkata-kata, tengkuknya dihantam dengan keras dari belakang. Theo merasa pusing dan kehilangan semua kekuatannya, dan ia jatuh ke tanah.     

[1] Pramusaji di bar     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.