Bebaskan Penyihir Itu

Pertempuran di Kota Elang (Bagian I)



Pertempuran di Kota Elang (Bagian I)

0Melalui pagi yang berkabut, Timothy Wimbledon dapat melihat bendera-bendera yang berkibar di atas tembok kota.     
0

Timothy mengangkat teleskopnya, mencoba melihat lambang yang di bendera itu. Sebagian besar bendera itu berwarna hijau, masing-masing disulam dengan gambar kapal layar dan mahkota di atasnya. Tidak diragukan lagi, lambang bendera itu adalah milik adiknya, Garcia Wimbledon.     

Bendera kedua yang paling banyak terlihat adalah bendera berwarna putih, dengan gambar menara tinggi dan ular yang melilit menara itu, dan lambang bendera ini milik Kerajaan Balya. "Ha." Timothy mencibir di dalam hatinya. "Earl Balya, betapa tak tahu malunya kamu karena masih mengibarkan bendera kerajaanmu setelah kamu menyerah pada Ratu Pelabuhan Air Jernih. Aku akan menyumpal mulutmu dengan bendera milikmu segera setelah aku mengalahkanmu, dasar pengkhianat!"     

Bendera yang terakhir dikibarkan berwarna merah dan disulam dengan gambar menara tinggi dan singa. Bendera ini milik Kerajaan Zita yang sama tak tahu malunya seperti Kerajaan Balya. Timothy tidak menunjukkan emosi apa pun di wajahnya meskipun di dalam hatinya ia sudah berniat menyerang Arryn Zita, dan Tommen Balya, sampai mereka mati. Tentu saja, Arryn Zita juga harus disumpal dengan benderanya sendiri nanti.     

"Tuan Naim, kibarkan bendera Kerajaan Graycastle!" perintah Timothy.     

"Baik Yang Mulia Raja." Kesatria Angin Dingin menjawab sebelum berderap di atas kudanya untuk memberitahu para prajurit yang berada di belakangnya. "Raja memerintahkan untuk mengibarkan bendera!"     

Timothy memalingkan kepalanya dan menyaksikan satu per satu, bendera Kerajaan Graycastle yang berwarna abu-abu itu dikibarkan, terbang tinggi ditiup angin. Lambang bendera Kerajaan Graycastle itu bergambar menara besar berwarna hitam dengan tombak bersilangan di kedua sisinya dan membuat bendera itu terlihat gagah. Ini adalah lambang untuk Kerajaan Graycastle, dan setiap pengkhianat akan dipenggal kepalanya dan dipajang di bawah bendera itu.     

Setelah berita kemerdekaan Garcia sampai ke telinga Timothy, ia segera mengambil tindakan dengan mengerahkan pasukan di Wilayah Timur dan Kota Raja kemudian menuju ke Kota Elang. Meskipun dalam hati Timothy merasa takut, ia tetap memperlihatkan wajah tenang, memberikan dorongan kepercayaan diri kepada para menteri yang berdiri di sisinya.     

Dibutuhkan waktu hampir satu bulan lamanya untuk memanggil para pemilik tanah dan pasukan, dan kemudian menghabiskan waktu satu minggu perjalanan menuju ke Wilayah Timur, ditambah dengan setengah bulan perjalanan untuk sampai ke Kota Elang. Kemarin, Timothy akhirnya tiba di Kota Elang saat matahari terbenam. Untungnya, Bulan Iblis tidak berpengaruh banyak di Kota Raja, oleh karena itu, jalanan di Wilayah Selatan tidak terhalang oleh timbunan salju. Sebaliknya, permukaan tanah yang membeku membuat kereta pengangkut makanan berjalan lebih cepat.     

Pasukan Timothy cukup banyak dan terutama terdiri dari para pengawalnya sendiri, para kesatria dari Kota Raja, dan pasukan Adipati Frances Chlett dari Wilayah Timur. Tiga kelompok ini berjumlah lebih dari enam ribu orang, dan lebih dari seribu orang merupakan kesatria yang terlatih dan bersenjata. Menurut sumber terpercaya milik Timothy, Garcia memiliki tidak lebih dari tiga ribu orang, dan sebagian besar dari mereka terdiri dari penduduk di Pelabuhan Air Jernih. Mereka mungkin cukup memenuhi syarat untuk menjarah petani atau pedagang yang tidak bersenjata, tetapi mereka tidak akan pernah bisa melawan para kesatria.     

Goude, Sang Bendahara, telah menyarankan bahwa ini bukan saat yang tepat untuk memanggil para prajurit setelah Bulan Iblis berakhir karena kegiatan pertanian di seluruh wilayah akan segera dimulai, dan kurangnya orang akan merusak hasil panen. Timothy menerima nasihat itu. Timothy mengizinkan para pemilik tanah untuk menyimpan budak mereka dan memanggil penduduk di wilayahnya untuk mengambil pekerjaan logistik dan transportasi. Dengan begitu pertanian di musim semi akan tetap berjalan bahkan ketika mereka sedang bertempur di Wilayah Selatan.     

Bagaimanapun, Timothy Wimbledon tidak akan pernah membiarkan Garcia menetap di Wilayah Selatan. Kota Elang, telah ditetapkan sebagai kota perdagangan, yang terletak di tengah kota-kota pinggiran. Seiring berjalannya waktu, kota perdagangan itu tumbuh menjadi kota muda yang berumur kurang dari satu abad. Selanjutnya, para penguasa sebelumnya sengaja meninggalkan pembangunan tembok pertahanan untuk membangun kota perdagangan. Pasukan Garcia yang berjumlah tiga ribu orang warga sipil dan orang-orang dari kedua Adipati itu tidak banyak dan juga tidak sekuat pasukan miliknya menurut Timothy. Dengan demikian, semakin cepat mereka bereaksi, semakin besar peluang mereka untuk menang. Jika Timothy memberikan Garcia cukup waktu untuk mengatur seluruh Wilayah Selatan, Garcia akan lebih sulit untuk dikalahkan.     

Setelah istirahat malam yang nyenyak dan perut yang sudah kenyang, pasukan Timothy siap untuk berperang. Saat matahari terbit berubah dari warna oranye terang menjadi warna emas yang berkilauan, kabut sudah menghilang dan "dinding" berwarna cokelat mulai tampak. Itu bukan sebuah dinding tetapi sebuah lereng tanah kosong, menurut penglihatan Timothy. Tanjakan itu membuat lereng mudah didaki hanya dengan tangan dan kaki saja, tidak perlu menggunakan tangga. Di bagian atas lereng itu terdapat bilah-bilah kayu, semua kayu berukuran setinggi orang dewasa. Meskipun kayu-kayu ini dapat menghalangi para pengungsi dan pencuri, namun kayu-kayu itu tidak dapat menghentikan para prajurit yang terlatih.     

Orang-orang yang menjaga "tembok" ini langsung berlarian kesana kemari dan mereka jelas tidak siap untuk mempertahankan kota itu.     

"Yang Mulia, pengintai di gerbang selatan melaporkan bahwa sebuah kawanan yang besar sedang bergerak." Kesatria Angin Dingin berderap menuju Timothy dan ia menahan tali kekang kudanya untuk melaporkan hal itu.     

Timothy menyerahkan teleskopnya ke Adipati Frances dan berkata dengan suara yang tenang, "Sepertinya Garcia berniat melarikan diri."     

Adipati Frances mengawasi kota untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia mengangguk. "Garcia membuat keputusan yang berani dengan cepat. Kita akan menghabisi semua pasukannya jika Garcia berencana menempatkan anak buahnya di Kota Elang. Garcia tidak akan bisa mempertahankan dirinya untuk waktu yang lama." Saat Sang Adipati mengatakan hal ini, ia tertawa. "Seperti yang Anda perkirakan pada pertemuan dewan semalam, reaksi cepat yang kita lakukan membuat Garcia tidak siap."     

"Kita tiba pada waktu yang tepat," kata Timothy, "Garcia tidak bisa menyelinap pergi di malam hari bahkan jika ia berniat melakukannya."     

"Tepat sekali, untuk mengerahkan pasukan di malam hari adalah sesuatu hal yang tabu." "Jika Garcia memutuskan untuk bergerak di malam hari, pasukannya akan tercerai-berai bahkan meski kita belum menyerang mereka. Tidak mungkin untuk mengumpulkan orang-orangnya setelah mereka tersesat dalam kegelapan. Dengan demikian, ia pasti bisa dikalahkan bahkan jika ia berhasil kembali ke Pelabuhan Air Jernih."     

"Jadi, adikku tersayang harus menunggu sampai fajar tiba agar bisa bergerak mundur dengan pasukannya." Timothy memandang Kota Elang, akhirnya kota itu jatuh ke dalam genggamannya. Dipenuhi dengan rasa puas, Timothy yakin adiknya akan melakukan langkah seperti yang sudah ia duga. Garcia telah menyiapkan pasukannya di Kota Elang, tempat yang diinginkan Garcia sejak dulu. Secara strategi, merebut rumah dari penguasa sebelumnya di Wilayah Selatan akan memberikan keuntungan dan memungkinkan seseorang untuk membeli kesetiaan mereka yang telah dikalahkan. Namun, petaka juga datang bersama dengan hal itu. Dengan berpikir satu langkah ke depan, Timothy telah mengerahkan pasukan pengumpan untuk menarik perhatian, sementara ia diam-diam memimpin pasukannya ke Wilayah Timur terlebih dahulu. Pasukan ini berada di belakang pasukan infanteri tetapi memungkinkan kereta untuk membawa pasokan makanan untuk berperang. Setelah pasukan pengumpan memasuki Wilayah Timur, Adipati Frances akan bergabung dengan pasukan Timothy untuk memperkuat pasukan mereka. Lalu Adipati Frances akan memimpin pasukan itu di Kota Elang melalui jalur lain di wilayah itu. Ketika mereka bergerak maju, pasukan berkuda akan berderap ke depan untuk memblokir jalanan, untuk mengurangi kemungkinan informasi mereka diketahui oleh mata-mata.     

Garcia mungkin sudah menerima kabar secara singkat dua atau tiga hari sebelum ia memutuskan untuk mundur bersama pasukannya pada waktu fajar, yang jelas mereka pasti akan terburu-buru mundur karena tidak ada persiapan sebelumnya. Mereka harus berjalan selama satu hari untuk pergi dari Kota Elang ke Kota Musim Semi, dan meskipun demikian, mereka tidak akan bisa berjalan lebih cepat dari para penunggang kuda milik Timothy. Selama Timohty mengerahkan seribu pengendara kuda untuk mengejar Garcia dan menyerang musuh dari belakang, koalisi pasukan Garcia secara otomatis akan berantakan.     

Sayangnya, Garcia masih bisa melarikan diri jika ia meninggalkan tiga ribu pasukannya dan melarikan diri sendirian. Jika Garcia melakukan itu akan mudah baginya untuk mencapai Pelabuhan Air Jernih dengan selamat.     

Timothy berpikir bahwa menyerang Garcia di sarangnya sendiri akan mengakhiri pertunjukkan sandiwara ini.     

"Yang Mulia Raja, apakah kita akan berpencar sesuai dengan rencana?" Adipati Frances bertanya, "Apakah Anda berniat untuk menyeberangi Kota Elang dari gerbang selatan, dan mulai mengejar Garcia setelah aku masuk ke kota, atau Anda akan mengambil jalan memutar yang lebih jauh?"     

"Kurasa lebih baik untuk mengambil jalan memutar ke barat daya." kata Timothy setelah merenung sejenak. "Jalanan sempit itu akan merepotkan, dan lagi, Garcia mungkin akan memblokir jalanan dengan tumpukan sampah untuk menghalangi pasukan berkuda. Jalan memutar mungkin akan menghabiskan waktu dua jam lebih lama, tapi itu tidak akan mempengaruhi waktu untuk mengejar musuh."     

"Jika begitu sudah waktunya bagiku untuk berangkat, Yang Mulia Raja."     

"Berhati-hatilah." kata Timothy memperingatkan Frances. "Garcia mungkin tidak meninggalkan banyak pasukannya di Kota Elang, tetapi aku berasumsi akan ada banyak perangkap. Selain itu, waspadalah dengan jalan-jalan sempit atau tempat pemukiman penduduk. Di sinilah penyergapan orang-orang yang setia kepada Garcia cenderung terjadi."     

"Hahaha." Adipati Frances tertawa terbahak-bahak. "Tolong, percayalah padaku, Yang Mulia Raja. Sejak luka pertama yang aku dapatkan karena mengikuti ayah Anda ke dalam pertempuran, aku belum terkalahkan, aku telah memenggal ratusan kepala manusia dengan tanganku sendiri. Frances melambaikan tangannya kepada para penjaga di sampingnya. "Tiup terompetnya dan mulailah menyerang!"     

Tentara di belakangnya mulai berderap maju, dengan beberapa pleton bergerak keluar dari formasi. Dipimpin oleh para kesatria, mereka berbaris maju menuju Kota Elang. Mereka adalah pasukan di barisan terdepan, yang terdiri dari warga sipil. Mereka diikuti oleh tentara bayaran bersenjata yang merupakan kekuatan utama pengepungan. Di saat yang sama, pasukan berkuda yang dibawa oleh Frances semua bersatu di bawah panji-panjinya.     

Timothy menunggu sampai pasukan utama menyerang dinding pertahanan sebelum memimpin para kesatria dan menyerbu ke barat daya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.