Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Konspirasi



Sebuah Konspirasi

0"Apa … apa yang kamu bicarakan?!" seru Passi dengan nada tidak percaya. "Kaki tangan iblis? Ini sungguh suatu kebohongan!"     
0

"Kebohongan atau tidak, biar Uskup Agung yang akan menentukan sendiri," jawab Redwyne. "Hanya karena kamu berhasil menipu ayah, tidak berarti kamu bisa menipu semua orang! Tidak lama lagi, semua orang akan tahu siapa kamu sebenarnya. Kamu seharusnya ada di neraka!"     

"Apakah kamu mengada-ada semua ini?" nada suara Passi menjadi lebih dingin. "Atau apa ada orang lain yang menyuruhmu melakukan hal ini? Kurasa ada orang yang berusaha menghasutmu. Lagi pula, ayah memilihku karena kamu dan saudara kita yang ketiga memang sama sekali tidak berguna."     

"Diam!!" hardik Redwyne.     

Nightingale mendengar suara pukulan dan suara Marquess Passi yang mengerang kesakitan.     

"Cukup! Bawa wanita ini ke gereja untuk diinterogasi," terdengar suara seseorang yang berbicara, "Tetapi wanita ini masih merupakan anggota keluarga kerajaan sebelum ia diputuskan bersalah, jadi perlakukan ia dengan sepantasnya."     

Ketika Marquees Passi dibawa pergi, para Prajurit Penghakiman mengikuti tepat di belakangnya, dan tidak lama kemudian hanya ada dua orang yang tersisa di ruangan itu. Nightingale tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas karena efek dari Liontin Penghukuman Tuhan yang mereka kenakan, tetapi ia bisa mengenali bahwa salah satu suara itu milik Redwyne, pria yang berbicara kepada Marquees Passi tadi. Jika Nightingale tidak salah, pria ini sepertinya adalah adik laki-laki Marquees Passi.     

"Kerjamu bagus, Tuan Redwyne. Mungkin, saat kita bertemu kembali aku akan memanggilmu dengan sebutan Earl Redwyne."     

"Jadi tugasku sudah selesai sekarang, Tuan Rosad?" tanya Redwyne, ia tampak begitu gembira. "Aku benar-benar akan bergelar Earl dan akan menjadi Penguasa di Bukit Naga Tumbang?"     

"Tentu saja. Selama kamu mematuhi perjanjian kita, kamu bahkan bisa menjadi apa saja," jawab Rosad.     

"Jadi, apa yang harus aku lakukan selanjutnya?" Redwyne bertanya dengan penuh semangat. "Bisakah aku pindah ke kamar kakakku sekarang? Passi tentu tidak akan bisa keluar dari selnya, bukan?"     

"Marquees Passi akan segera dihukum gantung sebagai penyihir di alun-alun sesuai ketentuan kerja sama kita." pria itu berkata dengan ragu kemudian ia melanjutkan, "Sedangkan yang harus dilakukan selanjutnya adalah, aku sarankan kamu menyampaikan 'insiden' ini kepada semua menterinya, semua kesatria dan para pengikutnya lalu membacakan putusan yang dijatuhi untuk Marquees Passi."     

"Apakah … apakah aku benar-benar harus melakukan semua tugas itu?"     

"Jika semua orang dapat mengambil pelajaran dari insiden itu, posisimu akan jauh lebih aman, dan hal itu akan membantu melancarkan rencana kita di masa depan," kata Rosad. "Jika kamu masih bingung, aku bisa menugaskan seorang pendeta untuk memandu tugas-tugasmu. Pendetaku sangat pandai menangani urusan pemerintahan dan ia bisa memberikan nasihat akan semua pertanyaan yang ingin kamu tanyakan."     

"Baiklah," jawab Redwyne.     

"Kami akan sangat terbantu jika kamu yang memegang posisi sebagai penguasa di Bukit Naga Tumbang, jadi gereja akan dengan senang hati membantumu mengurus masalah ini." kata Rosad sambil tertawa, suara tawanya bergema ke seluruh ruangan itu.     

Setelah Redwyne dan Rosad pergi, Nightingale muncul dari dalam Kabut, lalu Kilat dan Maggie juga ikut menampakkan diri mereka.     

"Kita dalam kesulitan." kata Nightingale sambil menatap Kilat dan Maggie, "Bagaimana mungkin Pasukan Penghakiman bisa muncul pada waktu dan tempat di saat yang bersamaan dengan kedatangan kita ke sini?"     

"Bukankah tadi mereka mengatakan bahwa saudara laki-laki Passi yang mengetahui identitas aslinya dan membocorkan hal itu kepada gereja?" kata Kilat, matanya berkedip dengan semangat. "Sekarang kita harus melakukan sesuatu."     

"Mengapa mereka tidak mengetahui identitas Passi sejak dulu? Kenapa baru sekarang? Aku merasa ada yang janggal." sahut Nightingale sambil mengerutkan kening.     

"Tidak peduli apa pun itu, kita tidak boleh membiarkan mereka mengeksekusi Passi." kata Kilat dengan semangat, "Kita harus menyelamatkan Passi dan menghancurkan gereja!"     

"Hancurkan gereja, coo!" balas Maggie.     

"Kepercayaan diri gadis kecil ini tampaknya telah meningkat sejak ia berhasil mengalahkan iblis itu. Ini gawat." pikir Nightingale sambil menggelengkan kepalanya lalu ia menjawab, "Kita tidak bisa mengalahkan gereja untuk sementara ini. Gereja pasti telah merencanakan konspirasi ini, jadi jika kita membunuh orang-orang ini, Passi secara otomatis akan kembali menjadi penguasa Bukit Naga Tumbang. Ini bisa jadi kesempatan untuk kita. Jika kita bisa menyelamatkan Passi, ia mungkin akan langsung setuju untuk pergi ke Kota Perbatasan bersama kita dalam situasi seperti ini."     

"Awww, kita tidak jadi bertempur melawan pasukan gereja?" tanya Kilat dengan kecewa.     

"Bertarung dengan Pasukan Penghakiman adalah pilihan terakhir karena jumlah mereka jauh lebih banyak dari kita bertiga dan mereka memiliki sejumlah besar Liontin Penghukuman Tuhan. Resiko kekalahan kita sangat tinggi jika kita berusaha mengalahkan mereka semua secara sekaligus." Nightingale merenung sejenak dan berkata, "Aku akan pergi ke gereja terlebih dahulu dan mencari tahu apa yang terjadi."     

Ada satu kekhawatiran yang tidak Nightingale sebutkan di depan Maggie dan Kilat. Marquees Passi mungkin akan berpikir bahwa Yang Mulia Roland yang menjebaknya jika situasinya tidak bisa dijelaskan dengan jelas. Nightingale tahu tuduhan itu harus dihindari dengan segala cara.     

"Bagaimana dengan kami berdua?" tanya Kilat.     

"Bersiaplah untuk menemuiku di luar." sahut Nightingale.     

…     

Gereja Bukit Naga Tumbang terletak di pinggiran kota. Bangunan gerejanya kecil dan memiliki ruangan doa, area perumahan untuk para jemaat, dan menara tiga lantai yang dikelilingi oleh dinding dengan hanya satu pintu keluar. Tidak ada satu pun dari semua rintangan ini yang membuat Nightingale kesulitan.     

Nightingale telah terbiasa menyelundup ke berbagai bangunan saat semua orang sudah tertidur di malam hari. Meskipun ada lebih banyak Batu Pembalasan Tuhan di sini daripada di istana, Nightingale masih berhasil menemukan jalan untuk menemukan Passi. Ada Batu Pembalasan Tuhan besar yang ditempatkan tepat di tengah-tengah aula untuk menghalau kekuatan sihir di ruangan itu, dan hal yang sama juga berlaku di beberapa koridor. Namun, Nightingale selalu bisa mengambil jalan memutar atau bahkan melompati lantainya untuk menghindari batu-batu itu.     

Nightingale menemukan tempat di mana Marquees Passi dipenjara di ruang bawah tanah menara itu. Marquees Passi sepertinya tidak terlalu terluka, ia hanya terlihat sedikit frustrasi. Nightingale berencana untuk menyelamatkan wanita itu pada waktu tengah malam.     

Nightingale menyelinap kembali ke menara itu setelah ia keluar untuk memberitahukan rencananya kepada Kilat dan Maggie. Nightingale naik ke lantai paling atas di menara itu dan ia bersembunyi di sebuah ruangan yang paling megah.     

"Kamar ini," pikir Nightingale, "Kamar ini pastilah kamar sang Pendeta. Pendeta itu mungkin akan langsung membocorkan segala sesuatunya di hadapanku jika ia melihatku di ruangan ini dengan sebuah belati."     

Ketika lonceng gereja Bukit Naga Tumbang berdentang sembilan kali, pintu kamar itu terbuka.     

Nightingale mengeluarkan belatinya diam-diam tetapi ia masih belum menyerang. Nightingale menebak dari suara langkah kaki yang terdengar di ruangan itu, sepertinya musuh ada dua orang.     

"Sungguh suatu kebetulan yang tidak disangka!" kata suara seorang wanita. "Sedikit sekali yang kita ketahui bahwa Marquess Passi sebenarnya adalah seorang penyihir. Sepertinya kita perlu mengubah rencana kita."     

"Uh … Lady Saint," jawab Rosad dengan hormat, "Bukankah akan lebih menguntungkan kita jika Passi memang seorang penyihir?"     

"Ini berbeda dari sebelumnya, sesuai dengan kehendak Paus Tertinggi, setiap penyihir baru yang tertangkap akan diserahkan untuk dieksekusi di Kota Suci Hermes secepat mungkin," kata wanita itu. "Sedangkan untuk proses eksekusi, jangan gantung Marquees Passi, tetapi kita bakar seorang penjahat terpidana mati sambil memakaikan topeng, dan penjahat itu harus memiliki postur tubuh yang mirip dengan Marquees Passi."     

"Baiklah," jawab Rosad. "Tetapi mengapa sekarang Paus Tertinggi menetapkan aturan yang begitu merepotkan hanya untuk mengirim seorang penyihir ke Hermes?"     

"Aku tidak tahu, tetapi menurut atasanku, Paus Tertinggi hanya kembali menjalankan tradisi lama," jawab Lady Saint.     

"Menjalankan … tradisi lama?" tanya Rosad dengan heran.     

"Kamu tidak perlu tahu terlalu banyak. Kerjakan saja semua tugasmu." kata Lady Saint dengan kasar. "Aku harus langsung menuju ke Kota Air Merah setelah semua urusan di sini selesai."     

"Aku mengerti," jawab Rosad dengan singkat.     

"Siapa wanita ini sebenarnya? Bagaimana mungkin seorang Pendeta gereja bisa begitu tunduk kepada wanita itu? Sepertinya mereka berdua awalnya tidak mengetahui bahwa Marquees Passi adalah seorang penyihir sebelum mereka menangkapnya. Mungkinkah semua ini hanya konspirasi belaka untuk merebut takhta kerajaan Bukit Naga Tumbang?" pikir Nightingale.     

Nightingale keluar dari tempat persembunyiannya dan melihat wanita itu sementara dirinya masih berada di dalam Kabut, ia melihat bahwa wanita itu tidak mengenakan Liontin Penghukuman Tuhan. Kekuatan sihir di dalam tubuh wanita itu seterang cahaya lampu neon jika dilihat dari dalam Kabut yang berwarna hitam putih.     

"Wanita ini adalah seorang penyihir!" Nightingale tersentak.     

"Siapa di sana?!" Wanita itu langsung bereaksi dengan cepat, dan sebuah cahaya berwarna perak langsung melesat ke arah Nightingale!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.