Bebaskan Penyihir Itu

Perubahan Drastis



Perubahan Drastis

0Pada hari ketiga, perakitan balon udara raksasa yang baru sudah selesai, dan sudah waktunya untuk berangkat menjelajah menara batu di Hutan Berkabut.     
0

Balon udara yang baru diberi nama si Pandang Jauh. Keranjangnya yang besar bisa menampung lebih banyak penyihir dan dilapisi dengan kain kanvas sehingga bisa menahan angin dingin dan salju yang tebal.     

Semakin cepat mereka menjalankan misi eksplorasi ini maka akan semakin aman bagi mereka, lalu para penyihir mengucapkan selamat tinggal kepada Roland dan masuk ke dalam balon udara. Mereka berangkat dari halaman belakang istana lalu menuju ke menara batu di Hutan Berkabut.     

Supaya mereka bisa mendarat dengan cepat dan melawan musuh segera setelah musuh muncul, Si Pandang Jauh terbang dengan ketinggian yang sangat rendah, hampir serendah atap rumah. Sebagian besar rakyat menyaksikan 'pemandangan ajaib' ini. Beberapa dari mereka terpaku di tempat, sementara yang lain berseru-seru, 'Panjang umur bagi Yang Mulia' - karena di mata mereka, mukjizat semacam itu hanya dapat diciptakan oleh Roland sebagai Penguasa Kota Perbatasan. Ketika balon udara itu terbang di atas Tembok kota bagian barat, para prajurit Tentara Pertama memberi tanda penghormatan kepada para penyihir. Baik Kilat dan Maggie, yang terbang di depan untuk mengawal balon, sudah dikenal oleh para prajurit itu. Kilat yang biasa memandu arah tembakan Pasukan Artileri, membangkitkan sorak-sorai antusias di antara para prajurit yang melihatnya.     

Segera, sambil terbang menembus salju yang turun, Si Pandang Jauh meninggalkan Kota Perbatasan dan memasuki Hutan Berkabut.     

Tilly berdiri di pinggir keranjang, ia menghadap ke hutan yang terbentang luas ini.     

Musim dingin selama Bulan Iblis telah mengubah seluruh tempat jadi berwarna putih. Cabang-cabang di atas pohon raksasa semua tertutup salju tebal, yang tampak seperti dataran tinggi dan luas di atas tanah jika dilihat sekilas dari langit. Di sisi lain ada banyak pegunungan, mengaburkan warna putih menjadi warna abu-abu samar. Karena kaki gunung tidak kelihatan karena tertutup salju, gunung-gunung itu tampak seolah-olah melayang di udara.     

"Pemandangan yang indah." kata Shavi sambil menghela nafas. "Ini pertama kalinya aku melihat Wilayah Barat yang tertutup salju yang indah seperti ini."     

"Apakah kamu juga berasal dari Wilayah Barat?" tanya Wendy penasaran.     

"Dulu aku tinggal di Bukit Naga Tumbang. Daerah itu dekat dengan wilayah selatan, jadi jarang turun salju meski sedang musim dingin. Kemudian, aku dengar Lady Tilly akan pergi menjelajah ke Pulau Tidur, jadi diam-diam aku pergi ke Pelabuhan Air Jernih dengan menggunakan kapal untuk bergabung dengan para penyihir lainnya."     

"Jadi begitu," kata Wendy, ia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Yang Mulia pernah mengeluh tentang kurangnya penyihir baru bahkan setelah kami menyebarkan rumor bahwa Asosiasi Persatuan Penyihir di Kota Perbatasan mengundang semua penyihir baru untuk datang ke kota … tampaknya Yang Mulia satu langkah lebih lambat dari Lady Tilly."     

"Apakah kamu juga ikut menyebarkan rumor itu untuk menarik kedatangan para penyihir?"     

"Yang Mulia mengutus seorang pengawalnya untuk menyebarkan rumor itu, tetapi orang yang diutus tampaknya tidak terlalu ahli. Aku terus mengawasi pria ini begitu ia sampai di Bukit Naga Tumbang," kata Ashes dengan puas. "Lalu akhirnya aku menangkap pria ini di Kota Perak. Apakah nama utusan itu Tuan Theo?     

"Kamu juga seorang penyihir. Tentu saja kamu pasti mendengar rumor yang disebarkan ini." kata Andrea sambil mengerucutkan mulutnya. "Jika kamu tidak bertemu Lady Tilly terlebih dahulu, kamu mungkin akan pergi ke Kota Perbatasan juga."     

"Hei, aku bukan pengikut Yang Mulia …."     

"Oh," kata Andrea sambil mengejek Ashes, "Kamu menyebutnya Yang Mulia … kamu cukup sopan juga memanggil sebutan Yang Mulia."     

"Hahaha," Tilly tidak bisa menahan tawanya. Kemarin Andrea tampak tertekan, tetapi hari ini, ia sudah kembali jadi dirinya yang biasa. Di Pulau Tidur, Andrea terlahir dari keluarga bangsawan, ia adalah satu-satunya orang yang berani mengganggu Ashes. Tilly berkata, "Tidak masalah dari mana kita berasal, baik dari Pulau Tidur atau Kota Perbatasan, kita semua adalah satu keluarga, jadi janganlah membeda-bedakan para penyihir."     

Tilly berbalik dan menatap para penyihir itu satu per satu.     

Sebelum pergi, mereka semua telah memperkenalkan kemampuan mereka masing-masing satu dengan yang lain sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik saat berperang melawan musuh. Tidak banyak penyihir tempur di Kota Perbatasan daripada penyihir Pulau Tidur, dan sebagian besar kemampuan penyihir Kota Perbatasan tidak cocok untuk bertempur. Namun, berkat jerih payah dan kerja keras para penyihir itu, Kota Perbatasan kini telah berubah menjadi seperti sekarang.     

Tilly memusatkan perhatiannya pada Anna. Jika Tilly bisa memilih penyihir mana yang paling membuatnya terkesan, pilihannya jatuh pada Anna, gadis ini yang membantu mengembangkan tempat terpencil ini sampai jadi kota yang maju seperti sekarang dan gadis ini juga membuat perubahan besar pada Roland, kakaknya.     

Setiap kali Tilly berdiri di samping Anna, ia merasakan aura keanggunan yang tidak terkatakan dan rasa damai yang tidak terlukiskan, yang merupakan sebuah perasaan baru bagi Tilly. Jika Tilly harus menjelaskan perasaannya, rasanya seperti berbaring di sebuah bidang yang luas, dengan tanah yang lembut namun juga kuat di punggung yang membuat kita merasa nyaman dan tenang.     

Anna tidak banyak bicara kepada siapa pun selain kepada Roland, dan ekspresi wajahnya juga tidak banyak berubah. Namun, selagi Anna berdiri di antara para penyihir lain, keberadaan dirinya sangat menarik perhatian.     

Sylvie memberitahu Tilly bahwa Anna adalah penyihir pertama yang kekuatan sihirnya berevolusi di Kota Perbatasan dan ia juga memiliki kekuatan sihir yang luar biasa karena Api Hitam miliknya sangat kuat dan mudah dibentuk sesuka hati. Selain itu, Anna adalah penyihir pertama yang membaca buku Teori Ilmu Pengetahuan Alam, ini adalah sesuatu yang membuat Tilly merasa memiliki persamaan dan dekat dengan Anna.     

"Di musim dingin ini, aku ingin sekali bisa duduk berdua dengan Anna di samping perapian dan berdiskusi tentang buku-buku yang kami baca. Aku sangat ingin melakukan hal itu dengan Anna." pikir Tilly dalam hati sambil berharap suatu hari nanti ia bisa melakukan kegiatan itu dengan Anna.     

Kemudian Tilly mengalihkan pandangannya kepada Kilat, yang sedang terbang di samping keranjang balon udara. Sebagai putri Tuan Guntur, Kilat memiliki banyak persamaan dengan ayahnya yang seorang penjelajah nomor satu di Fjords. Kilat penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, dan suka berpetualang. "Kilat memang cocok jadi seorang penerbang." Pikir Tilly. "Hanya langit tanpa batas yang bisa memuaskan perasaannya yang gemar bertualang." Meskipun Tuan Guntur ingin putrinya menjalani kehidupan yang damai dan normal, Tilly tahu Kilat pasti akan menjadi seorang penjelajah sama seperti ayahnya sejak pertama kali Tilly melihat gadis kecil itu, dan mungkin Kilat bahkan bisa lebih sukses menjadi seorang penjelajah daripada ayahnya.     

Yang bisa Tilly lakukan adalah mencoba sebaik mungkin untuk melindungi Kilat demi Tuan Guntur.     

"Kita sudah hampir sampai." lamunan Tilly buyar karena ucapan Kilat, gadis ini terbang mendekati keranjang untuk memberi tahu semua orang.     

"Masuk dan beristirahatlah," kata Wendy kepada Kilat dengan khawatir. "Bibirmu sudah memutih karena beku."     

"Aku baik-baik saja. Wajahku hanya terasa sedikit kebas." jawab Kilat sambil menepuk pipinya yang merona merah. "Untungnya, aku membawa syal dari Yang Mulia, jadi telingaku tidak kedinginan."     

Mereka tidak bertemu dengan iblis ganas di sepanjang perjalanan. Binatang-binatang iblis yang berkeliaran di hutan kadang-kadang meraung sesekali ke arah mereka, tetapi binatang-binatang itu tidak memiliki kemampuan untuk menyerang balon udara yang terbang di langit, sehingga setengah perjalanan pertama mereka berjalan cukup lancar. Namun, ketika Si Pandang Jauh tiba di atas tujuan, semua orang terkejut melihat pemandangan yang ada di bawah.     

Hutan ini sepertinya telah tersapu oleh sesuatu yang sangat besar. Batang dan ranting pohon yang patah berserakan di mana-mana, dan salju di tanah benar-benar berhamburan dan bercampur dengan lumpur, memperlihatkan pemandangan yang sangat berantakan di bawah.     

"Di mana Menara Batu itu?" tanya Ashes.     

"Menara batu itu tadinya ada di sana." sahut Kilat sambil menunjuk ke area terbuka di bawah mereka, dari nada bicaranya sepertinya Kilat merasa syok. "Reruntuhan itu … hilang."     

Tilly memandang ke arah yang ditunjuk Kilat. Di tanah yang berwarna cokelat-putih, ada sebuah lubang raksasa yang menganga. Lubang itu begitu dalam dan warnanya hitam sehingga dasarnya tidak kelihatan, dan sepertinya seseorang telah menggali lubang terowongan ini menuju ke dasar bumi. Namun, sesuai dengan ukuran lubang itu, siapa pun yang membuat lubang ini pastilah berukuran sangat besar.     

"Sylvie, kemarilah dan lihat apa yang ada di dalam lubang itu."     

Sylvie langsung mengernyitkan keningnya dan ekspresinya tampak geli. "I … itu adalah monster yang menyerupai cacing raksasa. Cacing ini bergerak ke arah barat laut. Tunggu sebentar, reruntuhan kuno itu juga ada di dalam perutnya!"     

"Apa!? Di dalam perutnya?" Ashes berseru dengan syok.     

"Benar. Aku melihat ada menara batu … dan ada peti mati kristal yang kamu sebutkan itu," kata Sylvie dengan hati-hati. "Ya Tuhan. Cacing raksasa itu telah menelan seluruh reruntuhan menara batu!"     

Lalu apa yang harus dilakukan sekarang? Semua penyihir itu memandang ke arah Tilly.     

"Apakah ada hal lain yang kamu lihat selain cacing raksasa itu?" tanya Tilly, "Yang paling penting, apakah kamu melihat ada iblis?"     

"Hmm … ada beberapa binatang iblis, tetapi semuanya ada di dalam perut cacing raksasa itu. Kurasa binatang iblis itu sudah mati." Sylvie memperhatikan sebentar lalu ia menggelengkan kepalanya.     

Tilly berpikir sejenak dan berkata dengan tegas, "Mari kita mendarat. Beberapa dari kalian berjaga-jaga di luar, dan yang lain ikut denganku ke dalam lubang, kita akan membunuh cacing raksasa itu dan merebut kembali peti mati kristalnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.