Bebaskan Penyihir Itu

Pulang Kembali



Pulang Kembali

0Setelah berpisah dari keluarganya, Ferlin seharusnya tidak boleh kembali ke wilayah kekuasaan keluarga Eltek. Namun, Ferlin tidak melakukan ini untuk mengatasi rasa penasarannya sendiri, tetapi sebaliknya ia melakukan ini demi ayahnya.     
0

Ketika mabuk, Tuan Eltek tidak hanya berbicara tentang wanita yang ada di potret itu, tetapi lebih jauh lagi, dalam kata-katanya yang sangat emosional, ia mengklaim bahwa garis keturunan Eltek bisa tercipta karena kebaikan hati wanita itu, yang ternyata malah dikhianati oleh leluhurnya Ferlin. Ferlin tidak mengerti arti ucapan ayahnya pada waktu itu, tetapi dari ekspresi ayahnya — ia menunjukkan penyesalan atas perilaku leluhurnya, dan hal itu membuat Ferlin terus mengingat ucapan ayahnya dengan jelas.     

"Karena ayah telah menunjukkan rasa penyesalan, apakah ada peluang untuk memperbaiki semuanya? Mungkin, wanita yang aku lihat adalah keturunan langsung dari pendiri keluargaku." pikir Ferlin.     

Lagi pula, Ferlin meninggalkan keluarganya hanya karena ia tidak ingin berpisah dengan Irene. Sebagai putra tertua Keluarga Eltek, keluarganya tidak bisa menerima kenyataan bahwa Ferlin menikahi seorang wanita dari kalangan orang biasa. Ini hanya soal perbedaan pilihan, dan Ferlin sebenarnya tidak punya masalah lain dengan keluarganya.     

Setelah Ferlin menikah dengan Irene, meskipun ayahnya tidak pernah mengunjunginya sekali pun, ibu Ferlin pernah mengutus seseorang untuk mengirim beberapa persediaan kebutuhan sehari-hari bersama sepucuk surat yang mengatakan bahwa ayahnya telah memaafkan perbuatannya.     

Karena alasan inilah Ferlin berani memutuskan untuk pulang dan memberi tahu keluarganya tentang apa yang dilihatnya di pasar tempo hari.     

Karena Bulan Iblis masih berlangsung, jumlah kapal yang melakukan perjalanan antara kedua kota itu telah berkurang secara signifikan. Ferlin harus menunggu tiga hari untuk menunggu kedatangan kapal dagang yang datang dari Benteng Longsong, termasuk menunggu waktu yang diperlukan awak kapal untuk menurunkan seluruh muatan dari kapal, jadi ia akan tiba di Benteng Longsong dalam waktu satu minggu.     

Ketika akhirnya Ferlin tiba di Benteng Longsong dan turun dari kapal, ia segera merasakan kehampaan di kota ini. Salju di tanah mencapai pergelangan kakinya, tetapi ia melihat bahwa selain beberapa jalur yang meninggalkan jejak kaki yang berbeda, sebagian besar salju di jalanan tampak datar dan halus, itu berarti tidak ada yang lewat di jalanan ini untuk waktu yang lama. Dibandingkan dengan Kota Perbatasan yang ramai, sulit dipercaya bahwa Benteng ini sebenarnya adalah kota terbesar di Wilayah Barat.     

Tanah milik keluarga Eltek terletak di sebelah utara Benteng Longsong, dan tanahnya mencakup sebuah desa seluas hampir dua ribu hektar. Jika kondisi di Benteng Longsong saja tampak kosong seperti kota hantu, apalagi kondisi di desa seperti ini. Ketika kereta kudanya menyusuri sepanjang jalan menuju rumah keluarganya, Ferlin melihat mayat orang-orang yang kelaparan bergelimpangan di jalanan. Setiap tahun, jika salju mulai turun di awal musim gugur, kebanyakan orang miskin tidak siap mengumpulkan bahan makanan dan kayu bakar yang cukup, dan sekitar setengah orang-orang ini tidak akan mampu bertahan hingga musim semi berikutnya. Meskipun yang Ferlin lihat ini adalah sebuah pemandangan yang sangat umum terjadi selama Bulan Iblis, Ferlin tidak pernah terbiasa melihat kematian seperti ini.     

Setelah melewati beberapa gubuk yang hancur, Ferlin akhirnya sampai di ambang pintu rumah keluarganya untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun.     

Gerbang besi di halaman masih terkunci rapat, dan halaman depan juga tertutup salju. Namun, jalan setapak yang menuju ke rumahnya tampak bersih dari salju, hal ini jelas menunjukkan bahwa ada seseorang dalam keluarganya yang mengurus tanah perkebunan itu.     

Ferlin mengetuk gerbang besi dengan keras, dan setelah beberapa saat, dua orang penjaga berjalan keluar dari kediaman Eltek. Salah satu dari mereka langsung mengenali Ferlin dan berkata dengan terkejut, "Anda adalah … Putra Pertama."     

"Aku ingin bertemu dengan Tuan Eltek," kata Ferlin dengan tenang.     

Meskipun semua orang yang tinggal di rumah itu mengetahui bahwa Ferlin telah memutuskan hubungan dengan keluarganya, bagaimanapun ini adalah urusan di antara keluarga bangsawan, dan karena itu para penjaga tidak berani membuat keputusan yang menghalangi Ferlin bertemu dengan keluarganya. Kedua penjaga itu dengan cepat membuka gerbang besinya. Salah satu dari mereka mengantar Ferlin ke lobi untuk menunggu di sana, sementara penjaga yang lain pergi untuk memberitahu kedatangan Ferlin kepada kepala pelayan.     

Ferlin tidak menyangka bahwa orang pertama yang bergegas datang menyambutnya adalah adik lelakinya, yang bernama Miso Eltek.     

"Kamu sudah bukan bagian dari keluarga ini lagi. Mengapa kamu kembali ke sini?" tanya Miso sambil mengerutkan kening sambil memperhatikan Ferlin dari atas ke bawah. "Kamu berjalan kaki ke sini?" Di mana pasukan pengawalmu?"     

"Aku bukan seorang kesatria lagi." jawab Ferlin sambil tertawa. "Jadi aku tidak memerlukan pasukan pengawal untuk menemaniku."     

"Ah ya, aku hampir lupa bahwa pasukan kesatriamu dikalahkan oleh pasukan pangeran dari Kota Perbatasan dan kamu menjadi tahanannya. Apakah sang pangeran sudah membebaskanmu atau apa?" tanya Miso sambil mendengus. "Atau kamu tidak punya uang untuk bertahan selama musim dingin? Aku bisa memberimu sedikit uang, tetapi kamu harus segera pergi dari sini."     

Sikap adiknya ini membuat Ferlin menghela nafas. Ferlin bisa mengerti mengapa Miso bersikap seperti ini — Miso Eltek kini adalah pewaris keluarga Eltek, dan tentu saja Miso tidak ingin melihat Ferlin kembali dan menyebabkan lengsernya Miso dari daftar ahli waris.     

"Aku ke sini bukan untuk meminta uang, dan aku tidak berniat untuk memperebutkan harta warisan." jawab Ferlin dengan pelan. "Yang Mulia Roland menugaskan aku untuk menjadi seorang guru, dan aku sudah sangat puas dengan kehidupanku saat ini."     

"Menjadi seorang Guru?" Miso tampak tercengang. "Rasanya aku tidak ingat kamu memiliki begitu banyak ilmu pengetahuan sehingga kamu diperbolehkan mengajar para bangsawan lainnya."     

"Aku tidak mengajar kaum bangsawan, melainkan mengajar kalangan orang biasa agar mereka bisa membaca dan menulis."     

"Kamu mengajar orang dari kalangan biasa …" Miso mencibir. "Kebohongan yang kamu buat semakin menarik. Apakah istrimu yang orang biasa itu membuatmu kehilangan akal sehat?"     

"Cukup!" Suara raungan terdengar dari belakang dan membuat Miso gemetar. Ferlin melihat ke arah suara itu dan ia melihat ayahnya, Tuan Eltek. "Nona Irene tidak lebih rendah dengan kaum bangsawan lain. Yang tidak Nona Irene miliki hanyalah status kebangsawanan. Tidak sopan jika kita terus membicarakan Nona Irene seperti itu."     

"Ayah!" seru Miso.     

Tuan Eltek tidak menggubris putra bungsunya itu. "Aku dengar kamu memiliki informasi penting untuk disampaikan kepadaku."     

"Benar, Ayah." jawab Ferlin sambil membungkuk.     

"Masuklah ke ruang kerjaku."     

…     

Ferlin mengikuti ayahnya ke ruang kerja di lantai dua kediaman keluarga Eltek. Ketika Ferlin melewati aula, ia mengambil kesempatan untuk melihat ke arah dinding potret. Wanita berambut biru muncul di hadapannya sekali lagi, wanita itu tampak sama persis seperti saat ia berada di pasar serba ada. Dibandingkan dengan potret lainnya, potret wanita ini tampak lebih jelas dan detail, bahkan tahi lalat di sudut matanya juga terlihat dengan jelas.     

Ketika mereka memasuki ruang belajar, ayahnya adalah orang pertama yang memulai percakapan. "Selama pertunjukan teater di musim gugur, aku memiliki kesempatan untuk melihat istrimu. Kulit dan penampilan istrimu terlihat sangat cantik, dan kemampuan aktingnya juga tidak buruk jika dibandingkan dengan Nona May. Tampaknya kalian berdua adalah pasangan yang serasi satu sama lainnya."     

Ferlin tiba-tiba merasa matanya berkaca-kaca. Ferlin tidak menyangka ayahnya akan berkata seperti itu. Setelah hening sesaat, Ferlin mengangguk dan berkata, "Benar, Ayah. Kami memiliki rumah sendiri di Kota Perbatasan dan kami berencana untuk memiliki anak setelah Bulan Iblis berakhir."     

"Bagus sekali." jawab Tuan Eltek sambil menyesap tehnya. "Pasti sulit untuk datang ke sini dari Kota Perbatasan dalam cuaca seperti ini. Apa informasi yang hendak kamu sampaikan kepadaku?"     

Ferlin kemudian berkata, "Aku melihat seorang wanita di pasar. Wanita itu persis seperti orang yang ada di potret besar di aula."     

Tangan Ayah Ferlin gemetar dan ia hampir menjatuhkan cangkir tehnya. Ayahnya mengangkat kepalanya dengan mata terbelalak. "Apa katamu?"     

"Rambut biru adalah rambut yang jarang terlihat di mana-mana dan kecantikannya sungguh luar biasa. Aku yakin aku tidak salah melihatnya." jawab Ferlin. "Mungkinkah wanita yang aku lihat di pasar adalah keturunan langsung dari orang yang di potret itu?"     

"Tidak mungkin! Orang itu adalah …" ayahnya berhenti bicara dan menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin wanita itu memiliki keturunan."     

"Benarkah itu?" Ferlin menundukkan kepalanya. "Kalau begitu, mungkin aku telah salah melihat."     

"Kamu bergegas ke sini hanya karena ingin menanyakan masalah ini?" tanya ayahnya.     

"Benar ayah, karena aku ingat ayah pernah … mengungkapkan penyesalanmu pada wanita itu."     

Tuan Eltek menundukkan kepala dan merenung sejenak. "Apakah wanita itu benar-benar mirip dengan wanita yang ada di potret?"     

"Hanya ada sedikit perbedaan panjang rambut …" jawab Ferlin sambil mengingat kembali. "Yang lainnya persis sama seperti wanita yang ada di potret." "Ayah tahu, sejak aku lahir, aku hanya pernah melihat warna rambut seperti ini di potret itu, karena itulah aku sangat mengingat potret itu dengan jelas."     

"Wanita yang kamu lihat itu tidak mungkin keturunan orang itu." kata ayahnya dengan ragu. "Namun, wanita itu bisa jadi adalah orang yang ada potret itu sendiri."     

Ferlin hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan ayahnya. Ucapan ayahnya ini kedengarannya bahkan lebih tidak masuk akal daripada imajinasinya sendiri. "Wanita itu sendiri?" "Maksud ayah … wanita itu telah hidup lebih dari empat ratus tahun?!"     

"Awalnya aku tidak ingin memberitahumu tentang ini." kata ayahnya sambil bangkit berdiri. "Bagaimanapun juga, wanita itu adalah seorang penyihir, itu sebabnya bisa saja wanita itu masih hidup setelah empat ratus tahun. Sekarang, ikutlah denganku."     

"Kita mau ke mana, ayah?" tanya Ferlin.     

"Ke ruang bawah tanah. Aku punya beberapa hal yang ingin aku tunjukkan kepadamu." kata ayahnya dengan perlahan. "Salah satu warisan leluhur kita adalah sebuah peninggalan kuno yang wanita itu berikan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.