Bebaskan Penyihir Itu

Musim Dingin



Musim Dingin

0Setelah Paper selesai mencuci, ia meremas handuknya dan menggantungnya di balkon yang tertutup salju.     
0

Dengan meninggalkan handuk itu di luar selama satu hari, handuk itu akan membeku sepenuhnya. Sebelum Paper bisa menggunakan handuknya lagi, yang perlu ia lakukan hanyalah meremas dan menepuknya beberapa kali, kemudian menghilangkan sisa-sisa esnya. Tentu saja, Paper seharusnya bisa tetap diam dengan hangat di dalam kamarnya dan menggunakan kekuatan sihirnya untuk menguapkan air di handuknya, tetapi itu akan mengurangi jumlah latihan hariannya.     

Paper menyadari bahwa kapasitas tubuhnya untuk mengeluarkan kekuatan sihir dianggap sebagai salah satu yang terburuk di antara para penyihir, karena itu setiap kekuatannya harus dipergunakan dengan bijak.     

Tepat pada saat Paper hendak menyelesaikan pekerjaannya untuk membersihkan kamarnya, seseorang mengetuk pintunya. Hampir setiap hari pada waktu ini, Wendy akan mengajak Paper ke aula istana untuk menikmati sarapan yang lezat.     

"Aku datang!" seru Paper.     

Paper membuka pintunya dengan semangat. Wendy sudah menjemputnya di luar — Wendy juga sering memeluk Paper dengan penuh kasih dan mencium pipinya. "Luar biasa, kamu sudah selesai berbenah."     

"Hehe." Paper menyeringai dan merangkul tangan Wendy saat mereka berjalan menuju aula istana bersama-sama.     

Sudah hampir setengah bulan sejak Paper datang ke Kota Perbatasan, dan kini ia sudah terbiasa dengan gaya hidup di kota ini.     

Di sini, Paper tidak perlu meninggalkan gubuknya pagi-pagi sekali untuk mencari makanan, dan ia tidak perlu khawatir kayu bakar yang ia kumpulkan akan dicuri anak yatim lain. Selain mengisi perutnya dengan berbagai makanan lezat dan menghangatkan tubuh, Paper bisa berkonsentrasi melatih kekuatan sihirnya dan mendapatkan ilmu pengetahuan di kelas pelajaran. Di masa lalu, Paper hanya bisa membayangkan memiliki kehidupan seperti ini saat mengobrol dengan teman-temannya. Kehidupan di mana Paper tidak perlu khawatir akan kelangsungan hidupnya tampaknya hanya diperuntukkan bagi keluarga para bangsawan saja.     

Paper tidak pernah menyangka bahwa suatu hari nanti, ia juga akan memiliki kehidupan seperti ini.     

Telapak tangan Wendy terasa lembut dan hangat — ini adalah perasaan yang belum pernah dialami Paper saat masih tinggal di daerah kumuh. Dalam kehidupannya yang sekarang, Paper merasa bahwa ada orang yang terus-menerus mencintai dan peduli terhadapnya. Paper berharap ia bisa terus tinggal di tempat yang hangat dan penuh kasih sayang ini.     

Jika ini hanya mimpi, Paper tidak ingin terbangun dari mimpinya.     

Ketika Paper dan Wendy sedang berjalan menuju aula, Paper memperhatikan bahwa para penyihir tidak duduk di meja panjang dan makan makanan mereka seperti biasa. Sebaliknya, mereka sedang berkerumun di sekitar dinding dan berseru-seru penuh semangat.     

Paper mengerjapkan matanya karena penasaran, tetapi ia malu untuk bertanya pada Wendy apa yang sedang dilakukan oleh para penyihir itu.     

Namun, Wendy sepertinya bisa membaca pikiran Paper dan ia berkata sambil tertawa, "Saudari-saudari kita sedang menguji kemampuan bertarung mereka."     

"Menguji kemampuan bertarung?" tanya Paper penasaran. "Apa … maksudnya?"     

"Itu adalah suatu tes kemampuan yang dibuat oleh Yang Mulia. Jangan menganggapnya terlalu serius." Wendy membungkuk dan menggendong Paper. "Lihat pelat logam berwarna perak itu? Konon pelat itu adalah sebuah peninggalan dari kerajaan penyihir, yang berdiri lebih dari empat ratus tahun yang lalu, dan digunakan oleh Penyihir Transenden sebagai senjata pertempuran. Hanya mereka yang memiliki kekuatan sihir yang kuat yang bisa memanggil kekuatan pelat itu. Yang Mulia telah menempatkan pelat itu di aula sehingga semua orang dapat mengetes tingkat kekuatan sihir mereka, atau bisa dibilang … untuk memuaskan rasa ingin tahu saudari-saudari kita sendiri. Mereka yang mampu mengaktifkan empat batu ajaib yang ada pelat itu bisa dianggap memiliki kemampuan bertarung yang hebat."     

"…" Paper tampak sangat kebingungan. "Kerajaan penyihir?" "Penyihir Transenden?" "Batu Ajaib?" Kata-kata asing ini membuat Paper menggaruk-garuk kepalanya sendiri, tetapi hal itu tidak mengurangi rasa terkejutnya karena melihat sesuatu yang luar biasa yang ada di hadapannya — ketika para penyihir bergantian meletakkan tangan mereka di atas pelat logam itu, batu kristal yang tertanam bersinar dengan cerah menyerupai kaleidoskop yang berwarna-warni.     

"Aku bisa mengaktifkan dua buah batu ajaib!" seru Kilat yang usianya sama dengan Paper. Di bahu Kilat bertengger seekor merpati gemuk — Paper ingat bahwa burung itu juga merupakan seorang penyihir yang bernama Maggie.     

"Aku bisa mengaktifkan dua setengah batu ajaib!" seru merpati itu dengan bangga.     

"Aye, apa kamu benar-benar bisa melakukan lebih baik dariku? Itu tidak mungkin!"     

"Apakah kamu ingin mencoba pelat itu?" tanya Wendy sambil tertawa. "Aku rasa kamu masih belum bisa melakukannya dengan baik sekarang. Kamu belum belajar bagaimana cara menyalurkan kekuatan sihir ke dalam batu ajaib itu, apalagi untuk bisa mengaktifkan pelat simbol itu. Tetapi, Yang Mulia telah menetapkan pelat ini sebagai latihan wajib bagi para penyihir, oleh karena itu, kamu akan segera mendapatkan Batu Cahaya untuk digunakan sebagai sarana berlatih."     

"Apakah Batu Cahaya itu juga bening dan berkilauan sama seperti batu-batu itu?" Paper tiba-tiba tampak bersemangat. Paper menatap Wendy dan menganggukkan kepalanya. "Aku akan berlatih dengan sangat baik!"     

"Anak baik." Wendy tertawa dan mengusap pipi anak itu. "Mari kita makan dulu, kamu akan memiliki energi untuk berlatih nanti."     

…     

Setelah menghabiskan bubur gandumnya, Paper kembali ke Gedung Penyihir dan memulai latihan hariannya.     

Wendy mengajarkan Paper bahwa segala sesuatu di bumi ini terbentuk dari bola-bola partikel kecil yang tidak bisa dilihat mata, dan perubahan komponen adalah hasil dari pemisahan bola-bola partikel yang menyatu satu dengan yang lain. Kemampuan seorang penyihir hanya bisa mempercepat proses ini, bukan hanya sekedar untuk mencairkan es atau mendinginkan air yang masih panas.     

Meskipun Paper masih belum bisa memahami arti dari kata-kata Wendy, ia mengikuti perintah Wendy — Paper merasakan aliran kekuatan sihir yang ada di dalam tubuhnya dan melepaskan kekuatan sihirnya sepelan mungkin. Dari pengalaman Paper sebelumnya ketika tinggal di daerah kumuh, ia mengerti kenyataan bahwa ia sekarang dapat menjalani kehidupan yang baik adalah karena Yang Mulia membutuhkan kekuatan dari para penyihir — ini adalah satu-satunya yang berharga dari dirinya, karena itu, jika ia tidak ingin tertinggal dari penyihir lainnya, Paper harus berusaha dengan keras.     

Tiba-tiba, Paper merasakan sakit yang bergolak di perutnya. Kekuatan sihir bergetar di dalam tubuh Paper dan sepertinya ingin meledak keluar dan membuat dirinya mengerang kesakitan.     

"Ada apa?" tanya Wendy yang berada di samping Paper.     

"Tidak, tidak apa-apa." jawab Paper sambil menggelengkan kepalanya. "Baru saja, kekuatan sihirku terasa seperti ingin meledak keluar."     

"Meledak keluar…" Wendy merenung sejenak. "Apakah kamu ingat kapan ketika kamu mengalami kebangkitan sebagai penyihir?"     

"Sepertinya waktu itu musim dingin," kata Paper dengan pelan. "Tetapi aku tidak ingat tanggalnya secara pasti."     

"Sekarang sudah akhir musim gugur, dan musim dingin akan segera tiba dalam beberapa hari lagi." senyum di wajah Wendy mendadak sirna. "Ketika kita mendekati Hari Kebangkitan, kekuatan sihir di tubuh kita akan menjadi aktif dalam bentuk Siksaan Iblis. Beristirahatlah terlebih dahulu. Aku akan memanggil Nightingale. Nightingale dapat melihat perubahan kekuatan sihir di tubuhmu." lalu Wendy berjalan ke pintu, ia menoleh dan menambahkan, "Jangan khawatir. Bagi penyihir di Kota Perbatasan, Hari Kebangkitan bukan persoalan hidup dan mati."     

…     

Prediksi Wendy sudah dipastikan.     

Dalam tiga hari, Paper akan mengalami Hari Kebangkitannya yang kedua.     

Sambil berbaring di tempat tidurnya yang besar, Paper melihat ke arah para penyihir yang datang mengunjunginya. Mendengarkan kata-kata penghiburan mereka yang berusaha menenangkan dirinya, tiba-tiba Paper merasa ingin menangis.     

Rasa sakit karena Siksaan Iblis yang Paper rasakan pada Hari Kebangkitan pertamanya, tampaknya terasa jauh lebih tertahankan kali ini.     

"Karena waktu latihan yang kamu jalani masih relatif singkat, aku tidak bisa menjamin bahwa rasa sakit dari Siksaan Iblis ini akan benar-benar hilang." kata Wendy sambil duduk di samping Paper dan membelai rambutnya. "Tetapi ingat, jangan pernah berpikir untuk menyerah, dan jangan sampai kamu kehilangan kesadaran."     

Paper menganggukkan kepalanya.     

Paper tidak berani bicara, ia takut jika ia membuka mulutnya, ia akan mulai menangis.     

Paper tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri di depan semua orang.     

Saat tinggal di daerah kumuh, menangis dianggap sebagai tanda orang yang lemah, sesuatu yang hanya dilakukan oleh orang yang hendak menyerah.     

Paper menutup matanya dan diam-diam menunggu Siksaan Iblis tiba.     

…     

Ketika Paper membuka matanya, ia melihat di luar jendela ada lautan berwarna putih.     

Siksaan Iblis kali ini ternyata tidak sesakit yang Paper duga, sedemikian ringannya rasa sakit itu sehingga berbagai cara penyelamatan yang sudah dipersiapkan oleh semua orang ternyata tidak jadi digunakan. Ketika Paper bangun, ia merasa kapasitas kekuatan sihir di tubuhnya telah meningkat pesat. Perubahan telah terjadi di seluruh tubuh Paper. Pandangannya menjadi lebih tajam, dan anggota tubuhnya memiliki tenaga dan kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya.     

Setelah Paper membasuh mukanya, ia mendengar Wendy mengetuk pintunya.     

"Aku datang." Paper membuka pintu dengan riang dan menggandeng tangan Wendy. Namun, kali ini Wendy tidak membawa Paper ke aula istana, tetapi sebaliknya, mereka menuju ke kantor Yang Mulia yang ada di lantai tiga.     

Yang Mulia tersenyum lembut pada Paper sambil memegang selembar gulungan kertas di depannya.     

"Mulai hari ini dan seterusnya, kamu sudah resmi menjadi anggota Persatuan Penyihir."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.