Bebaskan Penyihir Itu

Hujan Peluru



Hujan Peluru

0"Tuanku, daerah dermaga di kota bagian barat tampaknya aneh," lapor seorang penjaga yang bertugas untuk memblokir jalan. "Aku mendengar suara-suara aneh yang datang dari sana dan aku sudah mengirim dua pleton ke sana untuk menyelidiki tetapi tidak ada yang kembali."     
0

"Apa?" Jacques Medde berkata sambil mengerutkan keningnya, "Kamu pasti salah dengar."     

"Tidak, Tuan. Suara ini jelas, seperti suara napas yang berat dan cepat. Wush, wush …" kata penjaga itu sambil menirukan suara yang ia dengar.     

"Mungkin itu suara dengkuran gelandangan?" tanya Jacques.     

"Tuanku, dalam cuaca seperti ini, siapa pun yang tidur di luar sudah pasti akan mati kedinginan," penjaga itu bersikeras, "Dan tidak ada orang yang bisa mendengkur sekeras itu. Itu pasti raksasa berukuran setinggi tembok kota jika bisa mengeluarkan suara dengkuran sekeras itu."     

Jacques menatap penjaga itu cukup lama kemudian ia berbalik dan berteriak, "Kesatria Dowcan!"     

"Tuanku, apa yang bisa aku lakukan untuk Anda?" seorang kesatria yang mengenakan lencana berlambang Keluarga Daun Maple di dadanya merespons dan berjalan menuju Jacques.     

"Panggil pletonmu ke sini dan ikuti penjagaku untuk menyelidiki dermaga di kota." kata Jacques sambil menepuk bahu kesatria itu dan menambahkan, "Beri tahu aku segera jika kamu punya informasi."     

"Ehm … bisakah Anda mengutus orang lain ke sana?" kata Dowcan dengan ragu. "Ayahku memerintahkan aku untuk menyerbu istana Longsong bersama dengan Anda."     

"Tidak butuh waktu lama untuk memeriksa keadaan di dermaga, tetapi percayalah, pertempuran di sini akan berlangsung lebih lama," kata Jacques sambil tersenyum, "Dan jika Keluarga Penghisap Madu menyerah, aku pasti akan menunggumu sini."     

"Ah … baiklah kalau begitu." jawab Dowcan.     

Setelah Dowcan pergi bersama pasukan pengawalnya, ekspresi di wajah Jacques berubah. "Hahaha … teruslah bermimpi! Kamu pikir kamu dapat menerima pujian yang sama hanya dengan mengirim putramu ke sini untuk menyerbu istana Longsong bersamaku? Yang Mulia hanya menyebut namaku dalam surat rahasia itu!"     

Tidak lama kemudian, Jacques mendengar suara tembakan di kejauhan dari arah barat.     

Jacques langsung siaga. "Suara apa itu? Bukankah putra tertua Keluarga Daun Maple tidak memiliki senjata api?"     

Ketika Jacques baru hendak mengutus beberapa kesatrianya untuk memeriksa situasi di sana, penjaga yang sebelumnya melapor kepadanya sudah terhuyung-huyung kembali ke batalion. "Tu … tuanku … ada yang salah!"     

"Apanya yang salah?!" seru Jacques.     

"Pangeran pemberontak itu… ia sudah datang ke sini!" Penjaga itu berkata sambil membelalakkan matanya, "Ribuan musuh sedang menuju ke istana Longsong!"     

"Maksudmu pasukan Roland Wimbledon?!" Jacques menampar wajah penjaga itu. "Kamu bilang ada ribuan orang? Jika kamu berani bicara omong kosong itu sekali lagi, aku akan menggantungmu di gerbang kota!"     

"Tuanku, mereka membawa bendera Kerajaan Graycastle!" Penjaga itu tidak berani berkutik. Penjaga itu berlutut dan melanjutkan, "Awalnya aku ingin pasukan Kesatria Dowcan menangkap 1 atau 2 orang musuh untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, tetapi saat mereka hendak menyerang pasukan musuh, mereka … mereka …."     

"Apa yang terjadi pada mereka?!" tanya Jacques dengan tidak sabar.     

"Mereka ditembak oleh rentetan tembakan senjata api." Jacques bisa mengetahui dari wajah penjaga itu bahwa ia tampaknya telah menyaksikan suatu pemandangan yang sangat mengerikan. "Pada saat itu, banyak api yang muncul tiba-tiba dari dalam kegelapan dan terdengar suara tembakan yang terus menerus. Dua puluh orang kesatria hanya maju ke depan kurang dari 100 langkah tetapi mereka semua ditembak bersama dengan kuda mereka!" Penjaga itu menelan ludah kemudian melanjutkan, "Tuanku, aku belum pernah melihat tembakan beruntun seperti itu. Jika tidak ada lebih dari seribu musuh, bagaimana mereka bisa menghabisi pleton kesatria Dowcan hanya dalam sekejap?"     

"Di mana putra tertua Keluarga Daun Maple?" tanya Jacques.     

"Kesatria Dowcan … ia sudah lari."     

Hati Jacques langsung menciut, ia jatuh terduduk di kursinya dengan lemas dan ia benar-benar merasa kebingungan. "Bagaimana mungkin?! Keempat keluarga sudah mulai bertindak dari kemarin pada siang hari dan kini Pangeran Roland sudah datang untuk mempertahankan Benteng Longsong malam ini. Jika aku menghitung waktu pengiriman pesan, apakah ini berarti sang pangeran hanya perlu waktu 1 hari untuk datang ke sini dari Kota Perbatasan? Bahkan meski sang pangeran berlayar dengan kapal sepanjang waktu, mereka tidak mungkin dapat mencapai ke Benteng Longsong secepat ini, apalagi sambil membawa 1.000 prajurit. Untuk mengangkut orang sebanyak itu, sang pangeran membutuhkan setidaknya satu armada besar, tetapi menurut informanku, Kota Perbatasan tidak memiliki armada!"     

"Bagaimana keadaan bisa jadi seperti ini?!"     

"Tidak, aku harus tetap tenang dalam keadaan seperti ini," Jacques Medde menyeka keringat dari keningnya dan berpikir bahwa mungkin penjaga itu hanya bicara berlebihan. Tanpa obor, Jacques tidak bisa melihat dengan jelas ada berapa banyak musuh yang ada di dermaga dalam kegelapan, dan tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara tembakan senjata api mereka. "Senjata api mereka mungkin tampak kuat. Namun, jarak tembak mereka hanya sekitar 40 langkah dan kecepatan pengisian peluru mereka serta daya tembak mereka sangat rendah. Seandainya setiap musuh dilengkapi dengan senjata semacam ini, mereka mungkin tidak terkalahkan karena setidaknya ada 2 lusin prajurit yang sedang bergerak menuju istana Longsong. Jika aku memberi tahu Keluarga Mawar Liar dan Keluarga Serigala sekarang dan mengumpulkan semua kesatria, tentara bayaran dan penjaga kami untuk menyerang mereka setelah putaran serangan pertama, mungkin kami masih bisa mengalahkan mereka.     

Tidak seperti pertempuran biasa, efisiensi buruk dalam memuat ulang peluru senjata api adalah kekurangan yang fatal dalam sebuah pertempuran.     

"Sialan!" Jacques memukul lengan kursinya dan berkata kepada kepala pengawalnya. "Pergilah dan panggil Earl Keluarga Mawar Liar dan Viscount Keluarga Serigala untuk datang ke sini dan perintahkan semua orang yang memiliki senjata api untuk memblokir pintu masuk istana Longsong. Cepat!"     

Dibandingkan dengan para pemanah, jauh lebih cepat untuk melatih prajurit bersenjata api. Biar para pemanah yang memblokir musuh terlebih dahulu. Nyawa mereka tidak terlalu berharga. Jika perlu, pasukan kesatria bisa lewat sambil menginjak kepala mereka nanti.     

Yang lebih membuat Jacques terkejut, kepala pengawalnya langsung kembali dan melaporkan, "Tuanku, kedua keluarga itu sudah meninggalkan batalion bersama dengan pasukan mereka."     

Untuk mengepung Petrov, masing-masing keluarga itu mengepung keempat sisi istana Longsong. Jacques tidak menyangka bahwa keluarga bangsawan yang lain sudah menerima informasi lebih awal dari pada dirinya.     

Sekarang, suara tembakan itu terdengar mendekati istana. Seperti yang digambarkan oleh penjaga itu, suara tembakan itu seperti suara gemuruh drum yang kencang, keras dan jelas melintasi gundukan-gundukan salju.     

"Dasar bajingan!" hati Jacques menciut. Jacques melihat ke arah istana Longsong untuk terakhir kalinya. Jacques tidak punya pilihan selain memerintahkan pasukannya untuk mundur. Saat ini, hanya Jacques dan pengawalnya yang memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Anak buah Jacques yang masih berada di istana Longsong ditinggal begitu saja.     

Di luar istana, Jacques dikejutkan oleh pemandangan yang ia lihat.     

Pasukan musuh ada di mana-mana, dan kesatria mana pun yang mencoba menerobos blokade akan ditembak mati tanpa ampun. Senjata mereka tidak seperti senjata api yang dikirim oleh Timothy untuk pasukan Jacques. Senjata milik pasukan sang pangeran dapat menembak terus-menerus dan tampaknya tidak memerlukan pengisian ulang peluru. Keadaan di luar sangat kacau. Anggota keluarga ketiga keluarga bangsawan lainnya juga terjebak, kecuali Kesatria Dowcan yang menjadi orang pertama yang melarikan diri.     

"Tuanku, apa yang harus kita lakukan?!" seru pengawal Jacques.     

"Suruh pleton kesatria untuk maju!" teriak Jacques. "Kita akan mengikuti mereka dari belakang dan kita akan dilindungi oleh perisai besi mereka."     

Setelah melewati semua rintangan, tiga pleton kesatria berbaju zirah akhirnya berkumpul dan bergerak perlahan sambil memegang perisai mereka. Kesatria lain juga mengikuti mereka. Mereka tahu bahwa ini mungkin kesempatan terakhir mereka untuk menerobos pasukan musuh dan melarikan diri.     

Sayangnya, Jacques Medde melakukan kesalahan. Ketika mereka baru berjarak 100 langkah dari musuh, senjata milik pasukan sang pangeran kembali ditembakkan dengan semburan api yang menyilaukan. Perisai besi yang dibuat untuk menahan serangan timah panas langsung diberondong dengan peluru musuh. Orang-orang yang berada di depan yang memegang perisai langsung mati terbunuh. Serpihan-serpihan logam perisai besi itu menyembur menembus tubuh mereka, dan membuat cipratan darah di balik perisai besinya.     

Sebelum Jacques bisa memerintahkan sesuatu, tubuhnya sudah roboh terkena terjangan peluru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.