Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Reuni



Sebuah Reuni

0Hari itu sudah sore menjelang malam. Ferlin Eltek sedang berada di ruang kerjanya sambil memeriksa buku-buku pelajaran yang baru diterbitkan ketika ia tiba-tiba mendengar seseorang mengetuk pintunya.     
0

"Sayang, aku sedang sibuk memanggang roti. Tolong buka pintunya?" Irene berteriak dari dapur. "Mungkin itu Nona May yang datang."     

"Baiklah, aku akan buka pintunya!" balas Ferlin.     

Ferlin menutup bukunya, ia berjalan ke pintu depan di ruang tamu, dan membuka kuncinya. Orang yang sedang berdiri di luar membuat Ferlin sangat terkejut.     

"Ayah! Ada apa sampai ayah bisa datang ke sini?" seru Ferlin.     

"Aku ikut bersama rombongan Yang Mulia ke sini," kata Tuan Eltek sambil membersihkan salju di bahunya. "Sebenarnya, aku sudah tiba di Kota Perbatasan sejak kemarin. Meskipun aku mengatakan kepada mereka bahwa aku punya putra yang tinggal di sini, anak buah Yang Mulia tetap menyediakan sebuah rumah untukku di daerah perumahan di dekat istana."     

"Masuklah. Di luar dingin." kata Ferlin sambil mempersilahkan ayahnya masuk.     

"Benar." Tuan Eltek tampak terkejut ketika ia melangkah ke dalam rumah Ferlin. "Kamu punya … sistem pemanas ruangan di rumahmu?"     

"Ayah juga tahu soal sistem pemanas ruangan itu?"     

"Aku baru mengetahui soal sistem pemanas ruangan itu hari ini. Terakhir kali aku ke sini, entah mengapa aku merasa kota ini terasa hangat. Aku pikir sistem pemanas yang disebut oleh Yang Mulia adalah sejenis perapian yang baru. Ketika aku mengunjungi Balai Kota kali ini, aku menyadari bahwa di dalam ruangan suhunya bisa tetap hangat tanpa menggunakan perapian. Kemudian aku menyadari bahwa sistem pemanas itu memanfaatkan uap panas untuk menghasilkan kehangatan." Tuan Eltek melepas mantel dan menggantungnya di gantungan di sebelah pintu. "Tunggu … aku ingat terakhir kali ketika kita pergi bersama ke istana Yang Mulia, kamu juga tidak tahu apa itu sistem pemanas ruangan."     

"Aku baru mengerti setelah membaca informasi yang dipajang di Balai Kota." sahut Ferlin sambil menuangkan secangkir teh untuk ayahnya. "Biasanya, sebelum Balai Kota melakukan apa pun, mereka selalu meluangkan waktu untuk menjelaskan pengumumannya kepada warga. Papan informasi yang dipajang di alun-alun sekarang bahkan lebih sering dikunjungi orang daripada pasar serba ada."     

"Apakah itu berarti bahwa, dalam waktu 2 bulan lagi Yang Mulia dapat menginstal perangkat itu di rumah-rumah warga?" tanya Tuan Eltek dengan semangat. "Bukankah itu akan menelan biaya sebanyak ribuan keping emas?"     

"Area perumahan kami adalah salah satu area pertama yang dipasang dengan sistem pemanas ruangan. Area Barat dan Utara masih dalam proses penggalian parit. Orang-orang bilang pasokan air bersih dan pemanas ruangan adalah bagian dari Proyek Tiga Persediaan. Ketika konstruksinya selesai, kita dapat melakukan hal-hal di malam hari sama seperti di siang hari."     

"Malam akan jadi seperti siang?" Alis Tuan Eltek terangkat. "Apakah itu berarti akan ada lebih banyak lilin atau lampu minyak?"     

"Bukan keduanya. Pejabat Balai Kota mengatakan bahwa listrik akan dialirkan ke setiap rumah warga."     

"Listrik?" Tuan Eltek semakin terpana.     

"Aku juga berpikir itu tidak masuk akal, tetapi itulah yang dinyatakan dalam propaganda Yang Mulia." kata Ferlin, ia merasa setuju dengan ayahnya. "Dengan adanya listrik, malam akan seterang siang." Anehnya, berita itu terdengar sangat mustahil ketika Ferlin mendengarnya, tetapi jauh di lubuk hatinya, ia merasa bahwa karena Yang Mulia sudah mengatakannya, sepertinya hal itu tidak mustahil.     

Lagi pula, Yang Mulia Roland selalu bisa menciptakan keajaiban-keajaiban baru.     

"Selamat malam, Tuan Eltek …" saat itu, Irene bergegas keluar dari dapur, dan karena tergesa-gesa, ia hampir menjatuhkan piring roti panggang yang dibawanya sambil membungkuk kepada Tuan Eltek.     

Tuan Eltek tertawa melihat Irene yang bertingkah kikuk. "Halo, Nona Irene. Tenanglah, jangan tergesa-gesa. Aku masih belum lapar."     

Ferlin melihat pipi istrinya memerah karena malu.     

"Ehem." Ferlin berdeham sebelum menambahkan, "Akan ada 2 hidangan lagi hari ini. Tenang saja, hari masih belum terlalu malam."     

…     

Keluarga kecil itu menyantap makan malam yang menyenangkan. Irene akhirnya bisa pulih dari rasa paniknya, dan setelah mereka bertiga mengobrol sebentar, ia mulai mencuci piring dan peralatan makan. Sementara itu, ayah Ferlin memberi isyarat kepada Ferlin untuk pergi ke ruang kerja. Ferlin dapat merasakan bahwa ayahnya memiliki sesuatu yang penting untuk disampaikan.     

Seperti yang sudah Ferlin duga, ketika ayahnya duduk di meja kerja, ayahnya bertanya dengan pelan, "Apakah kamu tahu apa yang terjadi di Benteng Longsong selama beberapa hari terakhir ini?"     

"Aku mendengar beritanya sedikit …" Ferlin mencoba mengucapkan kata-katanya dengan tenang. "Aku sudah mendengar bahwa telah terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh keempat keluarga bangsawan di Benteng Longsong. Yang Mulia meninggalkan Kota Perbatasan untuk meredakan pemberontakan itu. Informasi ini diberitahukan di papan pengumuman di Balai Kota."     

"Balai Kota bahkan memberitahukan informasi ini?" ayah Ferlin tercengang sesaat sebelum ia menjelaskan seluruh masalah itu pada Ferlin. "Meskipun aku sudah mengutus seseorang untuk memberitahu Yang Mulia, aku tidak menyangka Yang Mulia akan datang secepat itu. Hasilnya sudah bisa ditebak. Keempat keluarga itu bukan tandingan pasukan Yang Mulia. Keluarga Daun Maple, Keluarga Serigala, dan Keluarga Mawar Liar benar-benar hancur, yang tersisa hanya Keluarga Rusa Besar dalam kondisi kritis. Keluarga kita juga hampir terlibat dalam pemberontakan itu."     

"Apa??" Ferlin merasa sangat terkejut. "Ayah, apa ayah …."     

"Tentu saja bukan aku yang hendak memberontak." kata ayah Ferlin sambil menghela napas. "Aku sudah sangat tua dan aku tidak ingin berpartisipasi dalam urusan berisiko seperti itu, tetapi adikmu berbeda. Miso sangat ingin melampaui dirimu dan ia ingin membuktikan kualitasnya sebagai seorang ahli waris Keluarga Eltek. Sayangnya, Miso menempuh jalan yang salah."     

"Maksud ayah, Miso ikut berpartisipasi dalam pemberontakan itu?" wajah Ferlin langsung menegang.     

Ayah Ferlin mengangguk. "Setelah pemberontakan itu gagal, Miso ditangkap oleh prajurit Yang Mulia. Pada hari persidangan para pemberontak, aku pergi ke alun-alun untuk melihat Miso untuk terakhir kalinya."     

"…" Ferlin menutup matanya. Ferlin mengingat bagaimana setelah ia menjadi kesatria yang sangat terkenal, adiknya terus-menerus membuat masalah baginya. Namun, Miso tetaplah adik Ferlin, dan Ferlin merasa sangat sedih ketika mengetahui nasib adiknya berakhir tragis seperti ini.     

"Karena Miso tidak membunuh siapa-siapa dan ia menyerah dengan patuh, ia dijatuhi hukuman 10 tahun bekerja di tambang. Miso pasti sedang berada di Tambang Lereng Utara saat ini."     

Kalimat terakhir ayahnya membuat Ferlin kembali bersemangat. "Miso dihukum 10 tahun kerja? Kupikir maksud ayah Miso sudah …."     

"Dieksekusi?" ayah Ferlin menggelengkan kepalanya. "Ketika aku berkata aku melihat Miso untuk yang terakhir kali, maksudku adalah sebagai anggota keluarga. Sejak saat itu, Miso bukan lagi bagian dari Keluarga Eltek."     

"Ayah … memutuskan hubungan dengan Miso." kata Ferlin.     

"Benar." Tuan Eltek menarik napas dalam-dalam. "Aku sudah memperingatkan Miso sejak lama, tetapi ia tidak pernah mendengarkan kata-kataku. Seseorang yang mempermainkan masa depan keluarga dan mempertaruhkan nasib setiap anggota keluarganya jelas tidak pantas untuk menjadi penerus di Keluarga Eltek." Meskipun Tuan Eltek berbicara dengan nada tegas, ekspresi di wajahnya menunjukkan kesedihannya, dan kerutan di keningnya tampak semakin dalam. "Sekarang, aku hanya memiliki kamu sebagai satu-satunya anakku."     

"Ayah …," Ferlin merasa air matanya mulai menggenang, dan tanpa sadar ia memegang tangan ayahnya.     

"Aku tidak pernah memohon dalam hidupku. Tetapi kali ini, aku berharap kamu mau mewarisi Keluarga Eltek. Aku punya firasat Keluarga Eltek akan kembali berjaya di tanganmu." kata Tuan Eltek dengan pelan. "Aku setuju untuk ikut bersama rombongan Yang Mulia ke Kota Perbatasan untuk mendapatkan pekerjaan dan posisi yang baik dalam era reformasi yang akan datang."     

"Tetapi posisi itu tidak bisa diwariskan kepadaku, Ayah … posisiku sebagai mantan Kesatria juga hanya diberikan sebagai gelar kehormatan saja."     

"Aku tahu, tetapi kamu akan kehilangan kesempatan dan pengalaman jika kamu tidak melakukannya. Yang Mulia telah menyatakan bahwa posisi itu akan diberikan berdasarkan kepantasan dan kemampuan yang luar biasa. Dengan berbekal pengalaman dan hubungan yang telah dibangun oleh para pendahulumu, peluangmu untuk mendapatkan posisi yang baik jauh lebih besar daripada orang lain." kata Tuan Eltek sambil menepuk-nepuk punggung tangan Ferlin. "Bahkan jika kamu masih ingin menjadi guru, aku tidak akan menghalangimu, selama kamu mau mewarisi nama keluarga kita."     

Ferlin terdiam cukup lama sebelum akhirnya ia mengangguk dan berkata, "Aku mengerti, ayah. Aku berjanji padamu."     

"Kalau begitu, aku sudah lega." kata Tuan Eltek, wajahnya tampak sangat lega. "Oh ya, jika kamu bisa memilih, di departemen mana kamu ingin bekerja?"     

"Yah …."     

"Bagaimana dengan pekerjaan di Tentara Kedua? Aku dengar Tuan Kapak Besi pernah mengatakan bahwa selain prajurit untuk bertempur di medan perang, pasukan Tentara Kedua juga ingin membentuk departemen strategi. Rencana ini akan diuji coba terlebih dahulu di Tentara Kedua." kata ayah Ferlin sambil menatap Ferlin. "Sebenarnya, aku tahu pekerjaanmu saat ini bukanlah pekerjaan yang paling kamu sukai. Jika kamu benar-benar senang membaca buku sepanjang hari, kamu tidak akan memilih untuk menjadi seorang kesatria sejak awal." Tatapan ayahnya seolah-olah menusuk hati Ferlin. "Kamu masih tetap Kesatria Cahaya Pagi yang aku kenal, anakku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.