Bebaskan Penyihir Itu

Di Atas Garis Laut



Di Atas Garis Laut

0Ketika Kapal Si Cantik perlahan-lahan mendekati pelabuhan, Tilly berjalan keluar kabin dan melihat bahwa dermaga Fjords telah dipenuhi oleh para penyihir yang datang untuk menyambut kepulangannya.     
0

"Lady Tilly, akhirnya Anda kembali!" Molly bergegas menuju Tilly terlebih dahulu dengan bantuan Pelayan Ajaib miliknya.     

"Wow, curang sekali Molly mendahului kita dengan bantuan Pelayan Ajaibnya!" protes Honey.     

"Benar, oh ya di mana Orbit? Buka pintunya sehingga kami juga bisa bergegas ke sana!" teriak Si Bayang.     

"Hei, jangan buat masalah di sini. Kemampuanku bukan digunakan untuk mempermalukan Lady Tilly!" balas Orbit.     

Kerumunan penyihir itu langsung tertawa. Melihat senyum tulus di wajah semua penyihir itu, Tilly merasa kekhawatiran yang ia rasakan sejak beberapa hari yang lalu kini sudah menghilang.     

Tidak peduli sebagus apa pun di luar sana, Fjords adalah rumah Tilly yang sesungguhnya, sebuah kerajaan yang dibangun oleh para penyihir.     

Camilla Dary menyambut kedatangan Tilly dan rombongannya di dermaga. "Kamu sudah pergi begitu lama sehingga aku khawatir kamu tidak akan kembali lagi ke sini."     

"Itu tidak mungkin," kata Tilly sambil tersenyum. "Aku hanya tidak menyangka Bulan Iblis berlangsung begitu lama kali ini. Bagaimana keadaan di Pulau Tidur?"     

"Tentu saja, karena kamu telah mempercayakan Pulau Tidur kepadaku, aku tidak akan mengecewakanmu," kata Camilla sambil meletakkan tangan di dadanya. "Situasi di sini telah membaik secara keseluruhan. Menggunakan Mantra Tidur ternyata ide yang bagus. Aku akan melaporkan keadaan di sini kepadamu secara spesifik nanti, tetapi sekarang … aku akan menyerahkanmu kepada para penyihir itu." kata Camilla sambil mengedipkan matanya. "Kalau tidak, mereka akan memakanku hidup-hidup."     

Sebagai seorang bangsawan terkemuka yang berasal dari Kota Raja, Camilla sangat terampil dalam mengelola berbagai macam hal dan ia memainkan peran utama dalam merekrut para penyihir untuk Tilly. Camilla adalah alasan mengapa Tilly bisa merasa aman untuk meninggalkan Fjords dalam waktu yang lama dan pergi menyelidiki Wilayah Barat.     

Tilly menggelengkan kepalanya dengan pasrah, ia berjalan melewati Camilla, lalu ia mengangkat tangannya ke arah kerumunan penyihir yang sudah menunggunya, dan Tilly langsung dikerubungi oleh para penyihir itu.     

"Yang Mulia, apakah Anda sudah bertemu dengan kakak lelaki Anda? Bagaimana cara kakak Anda memperlakukan Anda di sana?"     

"Aku dengar di Kota Perbatasan mereka juga memiliki sebuah organisasi penyihir, apakah mereka akan datang dan tinggal bersama kita di sini?"     

"Apa benar rumor yang mengatakan bahwa di Kota Perbatasan yang terpencil itu, kita tidak perlu khawatir tentang makanan dan pakaian, dan mereka semua tinggal di rumah yang baru?"     

"Aku senang Anda sudah kembali. Semua orang benar-benar merindukan Anda."     

Tilly menanggapi setiap pertanyaan dan perhatian mereka satu per satu sampai Shavi terbang ke dermaga dengan membawa setumpuk buku-buku, dan semua orang mengarahkan perhatian mereka pada 'harta karun yang tidak ternilai' itu.     

"Apa yang dibawa oleh Shavi?" seseorang bertanya dengan penasaran.     

"Apa itu berkas-berkas dari reruntuhan kuno?"     

"Sepertinya buku-buku itu tidak terlihat seperti berkas-berkas kuno. Halaman-halamannya masih tampak baru, mungkin itu buku cerita legenda?"     

"Atau mungkin itu buku berisi naskah drama? Sejujurnya, aku sudah lama tidak menonton pertunjukan drama."     

"Hm … tetapi apa yang harus aku lakukan, aku bahkan tidak bisa membaca?"     

Tilly bertepuk tangan untuk menenangkan semua orang. "Ini adalah hadiah dari Yang Mulia Roland Wimbledon untuk kalian semua, hadiahnya termasuk buku-buku untuk membaca dan menulis, buku pelajaran matematika dasar, dan buku ilmu pengetahuan alam! Singkatnya, buku-buku ini penuh dengan berbagai macam ilmu pengetahuan!"     

"Ilmu pengetahuan?" tanya para penyihir itu.     

Sebagian besar penyihir itu tampak kebingungan, sementara Camilla dan beberapa penyihir berdarah bangsawan lainnya tampak terkejut. "Apakah Anda benar-benar ingin membagikan ilmu pengetahuan itu kepada semua orang?"     

Tilly mengangguk. "Benar, ini adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan kemampuan kita."     

Roland pernah menyebut bahwa melaksanakan pendidikan secara global itu bukan pekerjaan yang mudah dicapai dan membutuhkan banyak uang dan waktu - ketika orang-orang meluangkan waktu mereka untuk belajar, itu berarti dalam suatu wilayah tertentu akan kehilangan beberapa orang pekerja untuk sementara. Ditambah lagi, mendorong mereka untuk belajar membutuhkan banyak uang, seperti membayar upah untuk guru pengajar dan biaya untuk membangun bangunan-bangunan sekolah, dan itu membutuhkan uang yang tidak sedikit. Dan yang paling penting, pendidikan secara global tidak memiliki manfaat secara instan seperti halnya berdagang, dan pendidikan secara global ini perlu dilakukan dalam jangka panjang oleh sang penguasa di wilayah setempat.     

Namun, pendidikan secara global akan membawa sebuah perubahan besar, terlebih lagi bagi para penyihir dan orang-orang biasa. Tilly sudah menyaksikan semuanya di Kota Perbatasan. Sebelum Tilly pergi ke Wilayah Barat, ia tidak pernah menyangka bahwa sekelompok rakyat jelata bisa memiliki kekuatan dan semangat yang sedemikian besar.     

Setelah kembali ke istananya, tepat pada saat Tilly hendak membuat rencana untuk melaksanakan pendidikan secara global menurut metode yang digunakan Gulir, Ashes mengetuk pintunya. "Tuan Guntur ingin bertemu denganmu."     

"Ah, sudah lama aku tidak melihatmu, Yang Mulia." kata Tuan Guntur sambil tersenyum lebar, senyumnya tampak tulus seperti biasanya. "Bagaimana hasilnya? Apakah perjalananmu ke Wilayah Barat bisa menjawab semua yang ingin kamu ketahui?"     

"Sejujurnya, aku bahkan tidak mendapatkan jawaban yang aku inginkan." sahut Tilly sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Kakakku masih menyimpan sesuatu dariku. Tetapi dalam keadaan seperti ini, masalah itu tidak begitu penting untuk saat ini … oh ya, apakah kamu mengetahui sesuatu tentang iblis?"     

"Bukankah iblis adalah monster-monster dari neraka?" tanya Tuan Guntur sambil mengangkat alisnya. "Aku sudah mendengar banyak tentang iblis dalam cerita-cerita kepahlawanan dan legenda, di mana para kesatria pemberani membunuh monster-monster yang mengerikan ini dengan tombak yang dicelupkan ke dalam darah naga."     

"Kali ini, iblis-iblis itu bukan lagi musuh-musuh dalam cerita dongeng." kata Tilly sambil menghela nafas.     

"Hm … apa maksudmu?" tanya Tuan Guntur.     

"Aku tidak tahu apakah naga ada di dunia ini, tetapi iblis … mereka benar-benar ada." Tilly menjelaskan secara singkat mengenai Persatuan Penyihir dan Pertempuran Besar Ketiga yang akan datang kepada Tuan Guntur. "Dahulu Empat Kerajaan disebut sebagai Tanah Barbar, jadi jika kita kalah lagi dari pasukan iblis, umat manusia tidak bisa melarikan diri ke mana pun."     

"Bagaimana hal ini bisa terjadi?" seru Tuan Guntur setelah mendengarkan cerita Tilly dengan saksama. "Semua reruntuhan di lokasi yang berbeda-beda itu ternyata adalah hasil karya para penyihir, dan seorang penyihir kuno dari 400 tahun yang lalu telah ditemukan di Kota Perbatasan? Ini … ini tidak bisa dipercaya! Misteri-misteri yang kamu temukan dalam satu kali perjalanan itu lebih banyak dari yang aku dapatkan seumur hidupku!"     

Tilly terkejut mendengar ucapan Tuan Guntur. "Apakah kamu tidak takut dengan serangan pasukan iblis di masa depan?" tanya Tilly.     

"Takut? Tentu saja aku takut …" kata Tuan Guntur dengan semangat, "Tetapi dibandingkan dengan hasrat yang membara untuk menjelajah yang ada di hatiku, ketakutan itu tidak ada artinya! Sialan, aku berharap aku bisa pergi ke Kerajaan Graycastle untuk melihat 'fosil hidup' itu dengan mata kepalaku sendiri!"     

Tilly tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis - motivasi Tuan Guntur untuk pergi ke Wilayah Barat ternyata hanya untuk menemui Agatha dari pada putrinya sendiri. Tilly tidak tahu apakah ia harus merasa kasihan kepada Kilat atau tidak.     

"Kalau bukan karena ekspedisi terbaruku, aku mungkin harus menyerahkan gelar sebagai penjelajah terhebat di Fjords kepadamu," kata Tuan Guntur, "Tetapi … aku juga menemukan sesuatu yang sangat menakjubkan."     

"Katakanlah." jawab Tilly.     

"Aku berlayar ke timur garis laut lagi."     

"Garis laut?" tanya Tilly dengan bingung. "Apa itu?"     

"Ah, aku lupa bahwa kamu masih di Kota Perbatasan ketika terakhir kali aku kembali ke sini." Tuan Guntur menggaruk bagian belakang kepalanya. "Itu adalah semacam tebing yang terbuat dari air laut yang membelah laut menjadi dua permukaan, tetapi kapalku masih bisa berlayar bebas seperti … seekor laba-laba yang memanjat dinding."     

"Apa? Itu tidak mungkin!" kata Tilly.     

"Aku memiliki reaksi yang sama seperti kamu saat pertama kali aku melihatnya, tetapi garis laut memang benar-benar ada." kata Tuan Guntur dengan sangat bangga. "Yang lebih luar biasa lagi adalah, aku berlayar di atas garis laut dan aku cukup beruntung bisa menyaksikan gulungan air pasang yang naik - kamu harus melihatnya sendiri untuk menyaksikan betapa agungnya itu. Aliran air laut berangsur-angsur bertambah dan akhirnya mengalir ke bawah seolah-olah jatuh dari tebing. Jika pelayan ajaib milik Molly tidak melindungi kapalku, kapalku pasti akan terbelah menjadi dua!"     

"Aku memutar kemudi untuk mengarahkan haluan langsung ke arah arus itu, arus itu bergerak seirama dengan angin. Kapalku, Si Pemberani, tidak bisa bergerak maju, tetapi juga tidak terseret ke tebing oleh arus itu." napas Tuan Guntur terengah-engah seolah-olah ia berusaha menghidupkan kembali kejadian yang ia alami itu. "Tentu saja, garis laut bukanlah sebuah tebing sungguhan. Kita semua tahu seperti apa tampilan air terjun, air terjun adalah air yang jatuh lurus ke bawah, tetesan-tetesan airnya terpercik ke mana-mana dan menciptakan suara gemuruh yang keras - tetapi di sana, tidak ada yang seperti air terjun, yang ada hanyalah arus. Aku yakin jika kapalku jatuh di atas garis laut, kapalku akan kembali ke bawah, sama seperti saat kapalku naik."     

"Apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Tilly dengan tidak sabar.     

"Kemudian Laut Bergejolak mulai terisi - aku hanya bisa melihat ini dengan jelas jika berada di atas garis laut," kata Tuan Guntur dengan suara rendah. "Demi Tiga Dewa, aku tidak tahu bagaimana cara menggambarkan rasa terkejutku pada saat itu. Ketinggian garis laut menyusut dari 200 meter lebih menjadi sekitar 100 meter ketika air laut di bawahnya naik. Ini adalah kenyataan di balik terjadinya pasang surut!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.