Bebaskan Penyihir Itu

Target yang Sesungguhnya



Target yang Sesungguhnya

0Setelah tiba di kedai minum Domba, rombongan Nightingale segera mendapatkan alamat tempat tinggal Maans melalui penyelidikan singkat.     
0

"Aku akan masuk terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan di dalam. Kalian masuk dari pintu depan sesudah aku membukakan kalian pintu. Summer, kamu awasi Kilat dan Maggie. Jangan biarkan mereka berdua masuk ke dalam." Nightingale masuk ke dalam Kabut dan menghilang setelah berpesan kepada mereka. Dalam Kabut yang berwarna hitam dan putih, garis-garis yang membentuk segala sesuatunya mulai berputar dan berkelok-kelok. Nightingale segera menemukan celah yang tidak terlihat oleh mata telanjang dan menembus dinding dengan mudah.     

Tempat tinggal si pembunuh terlihat sangat sederhana seperti tempat tinggal korban pembunuhan. Tampaknya Maans telah hidup melarat sejak ia kehilangan pekerjaannya sebagai petugas patroli. Nightingale bisa melihat dengan jelas bahwa tidak ada Liontin Penghukuman Tuhan di sekelilingnya. Tidak butuh waktu lama bagi Nightingale untuk menemukan targetnya yang sedang berada di kamar tidur. Maans sedang tertidur lelap di bawah selimut. Mantelnya tergantung di samping tempat tidur dan masih ada noda darah di lengan mantelnya.     

Nightingale kembali ke ruang tamu untuk membuka pintunya. Para polisi itu langsung menyerbu masuk. Mereka menyeruak ke kamar tidur Maans, yang terbangun sambil terkejut, mereka menahan tubuh Maans di tempat tidur dan mengikat dirinya.     

"Siapa kalian?! Lepaskan aku!" Maans berteriak dengan ketakutan.     

"Kamu ditahan karena melakukan pembunuhan!" Rene membungkam Maans dengan 2 tamparan keras. "Beraninya kamu menentang kebijakan Yang Mulia. Kamu masih beruntung jika kamu hanya digantung di atas gerbang kota!"     

"Tidak! Aku, aku tidak …."     

"Kamu tidak mau mengaku?!" Tamparan Rene berubah menjadi tinju. Diiringi beberapa suara pukulan, Maans mengerang kesakitan, mulutnya berlumuran darah dan gigi depannya rontok. "Kami melihatmu membunuh korbanmu tadi malam. Apa kamu pikir kami akan percaya dengan semua bualanmu? Kamu menggunakan Air Tanah Impian untuk membuat korbanmu tidak berdaya. Kemudian, kamu mencekik korbanmu sampai mati sebelum kamu menggorok tenggorokannya untuk mengambil darahnya. Kamu pikir aksimu cukup pintar, hah?"     

Maans tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi matanya terbelalak dengan penuh rasa takut.     

"Siapa yang memberimu perintah untuk membunuh mantan anggota Tikus yang melamar pekerjaan? Siapa yang menyuruhmu menggambar mahkota dan salib dengan darah di tempat kejadian?" Nightingale mengambil sebuah botol kaca dari tempat tidur, botol itu masih berisi setengah cairan berwarna biru muda. "Air Tanah Impian bukan barang murah, dan tidak mudah untuk mendapatkannya setelah organisasi Tikus diberantas."     

"Aku …."     

"Kami mungkin akan membebaskan kamu dari hukuman mati jika kamu mau menceritakan semuanya." kata Rene sambil mengepalkan tangannya. "Kalau tidak, aku akan membuatmu merasakan akibatnya jika berani membuat seorang bangsawan murka."     

Nightingale tidak menghentikan ancaman yang dilakukan Rene terhadap Maans, meskipun Nightingale mengetahui bahwa Rene hanya sedang menakut-nakuti pria itu. Seperti yang pernah dikatakan Yang Mulia, keamanan warga adalah prioritas utama, dan siapa pun yang mengacaukan keamanan dan kedamaian warga harus dihukum berat.     

Maans tampak ragu-ragu, dan ia menerima lebih banyak pukulan di tubuhnya.     

Rene Medde, sebagai mantan kesatria yang telah menerima pelatihan tempur profesional, memukul Maans di antara perut dan tulang rusuk dengan kekuatan yang tepat untuk menimbulkan rasa sakit yang sangat menyiksa, tetapi tidak sampai menyebabkan kematian.     

"Ampun! Ampuni aku! Maafkan aku, Tuan! Ada seorang pria yang datang dari pusat kota, ia yang menyuruhku untuk melakukan semua pembunuhan itu! Orang itu membayarku sebesar 4 keping emas untuk setiap orang yang aku bunuh. Orang itu bilang, dengan melakukan pembunuhan ini, publik akan menyimpan dendam terhadap polisi dan mereka akan berpikir bahwa polisi tidak mampu melindungi masyarakat. Dengan begitu, kami dapat kembali membentuk pasukan patroli!"     

Maans tersungkur ke lantai. Maans bukan seorang yang berpendirian kuat. Seseorang yang memiliki prinsip hidup dan berpendirian kuat tidak akan pernah memilih jalan untuk menjadi seorang petugas patroli dan mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dengan cara merampok dan menjarah orang, dan tentu saja tidak akan tega mencabut nyawa 4 orang hanya untuk beberapa keping emas. Nightingale yakin Maans pasti berpikir dirinya tidak akan pernah ketahuan setelah melakukan kejahatan itu, dan sudah pasti Maans juga tidak menyangka dirinya bisa ditemukan dengan mudah di kota yang berpenduduk 20.000 orang hanya dalam waktu 4 hari.     

Maans mengakui semua perbuatannya sambil berurai air mata, wajahnya berlumuran darah dan ingus sampai ke kerah bajunya.     

"Aku tidak tahu bagaimana pria itu bisa menemukan aku. Kami bertemu pertama kali di sebuah kedai minuman. Orang itu menyerahkan botol berisi Air Tanah Impian kepadaku dan memberitahu aku selama aku melakukan apa yang ia minta, aku akan mendapatkan banyak uang. Aku tidak memiliki tabungan pada saat itu, dan departemen kepolisian telah menolak aplikasi lamaran pekerjaanku. Aku merasa kecewa dan marah. Jadi, aku menerima tawaran orang itu."     

"Departemen kepolisian tidak akan pernah mempekerjakan bajingan seperti kamu." kata Rene sambil meludah.     

"Apakah kamu tahu nama dan identitas pria itu?" Nightingale bertanya kepada Maans.     

"Aku tidak tahu."     

"Kamu berbohong."     

"Aku benar-benar tidak tahu!"     

Nightingale memandang ke arah Rene yang segera menangkap isyarat yang diberikan, lalu ia mendaratkan beberapa pukulan lagi kepada Maans. "Nona ini adalah seorang penyihir. Nona ini bisa mengetahui apakah kamu sedang berbohong atau tidak. Kamu sungguh bodoh jika masih berani berbohong di depan nona ini! Jangan membuat kesabaran kami habis!"     

"Tidak, Tuan, aku hanya … aku tidak yakin." Maans berseru dengan suara nyaring. "Karena orang itu belum pernah memberitahukan aku nama atau identitasnya!"     

"Apa maksudmu dengan 'tidak yakin'?"     

"Aku juga heran mengapa orang itu bersedia membayar dengan harga mahal, karena ia sama sekali tidak terlihat seperti seorang bangsawan. Ketika kami bertemu beberapa hari yang lalu, aku tahu ia sedang terburu-buru dan pakaiannya juga terlihat agak aneh, sepertinya ia melapisi pakaiannya dengan sebuah mantel lain." kata Maans sambil terengah-engah. "Sepertinya ia juga mengenakan seragam di bagian dalam, dan aku juga melihat lambang berbentuk kelopak bunga di bagian kerahnya."     

"Lambang berbentuk kelopak bunga?" Nightingale dan Rene saling berpandangan. "Bukankah itu lambang Keluarga Penghisap Madu?"     

"Itu sebabnya aku merasa tidak yakin. Semua orang tahu Keluarga Penghisap Madu adalah pendukung Yang Mulia Roland, dan mereka tidak akan pernah bersekongkol melawan Yang Mulia." kata Maans, kepalanya tertunduk lesu.     

"Orang itu tidak mungkin Petrov, itu pasti orang lain," kata Rene dengan yakin. "Karena Maans dan orang itu selalu bertemu setiap hari, mengapa kita tidak membuat jebakan untuk menangkap orang itu?"     

Tampaknya ini satu-satunya cara yang patut untuk dicoba. Mereka akan menangkap pria itu ketika Maans bertemu dengannya dan 'meminta kompensasi'. Pada saat itu, semuanya akan selesai. Nightingale mengangguk setuju, tetapi ia masih merasa ada sesuatu yang janggal.     

Maans memang tidak berbohong, dan apa yang ia katakan itu benar. Informasi apa yang masih kurang?     

"Nightingale, apa kalian baik-baik saja?" teriak Kilat dari luar rumah Maans.     

"Pertemuan itu hampir selesai, coo. Kami harus kembali ke istana sekarang, coo!" kata Maggie.     

Nightingale telah menyuruh Kilat, Maggie dan Summer untuk menunggu di luar karena akan ada adegan kekerasan yang mungkin terjadi selama mereka menangkap Maans. Sesuatu terlintas di benak Nightingale ketika ia mendengar kata 'pertemuan' dari Maggie. Yang Mulia sekarang sedang mengadakan pertemuan dengan para bangsawan, mereka sedang mendiskusikan rencana pendirian Balai Kota yang baru!     

Ini berarti tidak ada penjaga sama sekali yang menjaga sang pangeran di dalam aula, dan para penjaga terdekat berada di luar aula istana.     

Jika orang itu benar-benar anggota Keluarga Penghisap Madu, ia bisa langsung pergi ke istana dan masuk ke aula tanpa menimbulkan kecurigaan, meskipun ia pasti dilarang untuk naik ke lantai 2 dan 3 - di mana kedua lantai tersebut hanya diperuntukkan bagi Yang Mulia. Kebetulan saat ini Nightingale sedang berada jauh dari Yang Mulia!     

"Kilat!" Nightingale tidak punya waktu untuk menjelaskan pemikirannya kepada Rene dan Maans, ia langsung berlari keluar dari ruangan dan mencengkeram bahu Kilat sambil berteriak, "Bawa aku kembali ke istana sekarang juga! Yang Mulia mungkin sedang dalam bahaya!"     

"Hah?! Baiklah … berpeganganlah yang erat." Kilat juga tampak sangat terkejut, tetapi ia langsung membawa Nightingale di punggungnya. Kilat tidak mengajukan pertanyaan yang tidak perlu dan ia langsung melesat menuju istana. Ketika Nightingale naik ke punggungnya, Kilat hanya bisa terbang lebih rendah tetapi ia masih bisa mempertahankan kecepatan terbangnya sekitar 100 kilometer per jam. Hanya butuh setengah menit bagi Kilat untuk sampai ke istana.     

Nightingale berharap dugaannya salah, tetapi ia merasa ketakutannya bertambah ketika ia memikirkan rincian penyelidikannya lebih lanjut. Pembunuhan itu dimulai sejak 3 hari yang lalu, tepat ketika surat permintaan bantuan yang dikirim Petrov tiba di Kota Perbatasan. Jika tujuan sesungguhnya orang ini adalah untuk mengalihkan perhatian semua orang dengan beberapa kasus pembunuhan dan menempatkan Yang Mulia dalam posisi yang tidak berdaya dan rentan, itu akan menjadi skenario terburuk bagi Nightingale.     

Ketika Kilat dan Nightingale sudah dekat dengan istana, Nightingale langsung melangkah ke dalam Kabut dan memasuki aula dari udara. Perasaan Nightingale menciut ketika ia melihat aula itu tampak kacau. Para bangsawan sedang berdiri terpaku dan semua orang berdiri di dekat dinding dan saling bergumam. Para penjaga Yang Mulia sedang memblokir sesuatu. Kursi tuan rumah yang berada di ujung meja panjang, tempat Yang Mulia seharusnya berada, kini kosong. Seorang pria tergeletak di lantai. Nightingale tidak tahu apakah pria itu masih hidup atau tidak, tetapi Nightingale bisa melihat tubuhnya ditutupi oleh tabir hitam yang terpancar dari Liontin Penghukuman Tuhan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.