Bebaskan Penyihir Itu

Kapal Baja (Bagian III)



Kapal Baja (Bagian III)

0Kapal berkepala elang yang kedua masih berusaha memutar haluannya, sehingga sisi sampingnya langsung menghadap ke arah kapal baja itu, dan posisi ini membuat kapal ini jauh lebih rentan dari pada posisi kapal elang yang pertama. Semua anggota Tikus ketakutan oleh kapal baja yang melaju tepat ke arah mereka, tetapi beberapa orang dari mereka masih berusaha menembaki musuh dengan anak panah. Namun, anak panah itu tampak sekecil jarum jika dibandingkan dengan kapal raksasa itu dan bahkan anak panah itu tidak membuat kerusakan sama sekali pada kapal baja itu.     
0

Tidak lama kemudian, kapal baja itu langsung menabrak bagian tengah di sisi samping kapal berkepala elang itu, dan langsung menghancurkan belasan dayungnya. Kemudian, yang membuat Eden semakin ternganga, arus sungai dan kekuatan tabrakan itu menyebabkan kapal elang yang kedua itu terbalik, bahkan sampai mengangkat haluan kapal musuh ke udara.     

Haluan kapal baja yang terangkat ke udara itu kemudian jatuh dengan keras dan menimpa geladak kapal berkepala elang.     

Kapal berkepala elang itu pecah dengan suara berderak yang keras, dan anggota Tikus yang tidak terluka melompat ke dalam air untuk melarikan diri, sementara mereka yang tidak selamat darahnya menggenang di seluruh geladak, mereka semua berteriak kesakitan karena luka-luka mereka derita. Eden menyaksikan ketika kapal baja itu perlahan-lahan menenggelamkan kapal berkepala elang yang hancur berantakan disertai serangkaian suara kayu yang berderak. Lambung kapal berkepala elang itu tidak tahan terhadap tekanan lagi dan tiba-tiba patah menjadi dua bagian, menyebabkan kedua ujungnya terangkat ke udara dan membuat air terciprat ke mana-mana.     

Kedua bagian kapal elang itu tidak langsung tenggelam, tetapi mengapung seperti mayat di sungai, menyisakan hanya setengah dari sisi badan kapal yang masih tampak di atas air. Di sisi lain, kapal baja itu tidak tergores sama sekali dan malah mulai mengatur posisinya menuju kapal Eden.     

Eden mendengar awak kapal yang ada di sekelilingnya terkesiap ketakutan. Kapal Eden akan menjadi kapal berkepala elang ketiga yang akan segera hancur, dan ia tengah bersiap-siap untuk meninggalkan kapalnya.     

Untungnya, Eden telah memberikan perintah yang benar sebelumnya!     

Kapal Eden sudah sampai ke pinggir pantai, dan kapal musuh kini berbalik arah dan mengejar kapal Baron Derrick yang tengah berusaha melarikan diri.     

"Ambil semua busur dan obor kalian!" Eden menghela napas dalam-dalam dan berseru, "Aku ingin semua pengecut yang bersembunyi di kapal baja itu mati! Aku akan memberi kalian 1 keping emas untuk setiap musuh yang kalian bunuh! Kalian dengar perintahku?! Aku akan berikan 1 keping emas kepada kalian!"     

Jika Eden bisa selamat dan melarikan diri kembali ke Kota Raja, ia pasti tidak akan mendapatkan promosi jabatannya, jadi satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan pengakuan dari raja Timothy adalah dengan mengalahkan kapal milik pangeran pemberontak itu. Meskipun kapal baja itu mungkin diproduksi oleh iblis, awak kapal yang ada di dalamnya masih manusia dan mereka masih bisa dikalahkan!     

Para awak kapal itu tampaknya mulai mendapatkan kembali kepercayaan diri mereka setelah menghindari putaran terakhir serangan musuh. Semua awak ini pernah berurusan dengan kasus pembunuhan di pekerjaan mereka sebelumnya, jadi mereka seharusnya sudah terbiasa melihat darah dan organ-organ tubuh. Selama mereka tidak dibantai, mereka pasti masih mau mendapatkan 1 atau 2 keping emas.     

Ketika kapal Eden benar-benar sudah aman dari serangan musuh, kapalnya meninggalkan pantai dan berlayar mengikuti kapal baja itu, dan perlahan-lahan mendekati dari belakang, sampai kedua kapal ini berlayar berdampingan satu dengan yang lain.     

Ketika kedua kapal itu hanya berjarak beberapa meter, para awak di kapal Eden mulai mengangkat berbagai senjata mereka. Pertama-tama mereka berencana untuk menembaki kapal yang lewat itu kemudian menaiki kapal itu untuk menyerang awaknya, yang merupakan taktik umum yang selalu digunakan untuk menyerang kapal dagang. Namun, tidak ada seorang awak pun di dek kapal musuh, hanya ada sebuah tabung logam yang berisi sederet lubang-lubang kecil, dan moncong tabung aneh itu tertuju langsung ke arah awak kapal Eden.     

Sebelum Eden bisa mengetahui tabung aneh apa itu, tabung itu mulai menyemburkan lidah-lidah api!     

Semburan darah mulai terciprat di antara barisan awak kapal Eden yang memegang senjata, dan serpihan kayu serta organ-organ tubuh berhamburan ke mana-mana. Para awak kapal itu ditumbangkan seperti barisan rumput yang layu, sementara mereka yang selamat segera mencari perlindungan. Namun, baik tong maupun tiang kayu tidak sebanding dengan tabung logam itu. Tabung logam itu mampu menembus dan menghancurkan tong-tong kayu dan mematahkan tiang kayu dengan suara berderak yang keras. Setelah layar di kapal Eden jatuh ke dalam air, kapal berkepala elang ini mulai melambat.     

Eden tidak berhasil mendapatkan kemenangan yang diimpikannya. Eden baru menyadari bahwa tabung logam itu ternyata semacam senjata api, tetapi senjata itu jauh lebih cepat dan menembakkan rentetan peluru dengan suara berdesis. Namun, Eden tidak mengerti bagaimana pangeran pemberontak itu bisa berhasil mengembangkan sebuah senjata hebat seperti itu dari sebuah senjata yang lambat dan tidak akurat seperti pistol … mungkin keberhasilan pangeran pemberontak itu hanya bisa diraih berkat kekuatan dari iblis.     

Tidak lama kemudian, tubuh Eden diberondong oleh hujan peluru.     

*******************     

Ini adalah pertama kalinya Rodney menyaksikan pertempuran semacam itu. Roland No. 1 menabrakkan haluannya ke kapal musuh seolah-olah mereka adalah ilalang, dan membuat kapal musuh benar-benar tidak berdaya. Rodney menunggu perintah untuk pasukan artileri, agar melepaskan tembakan meriam, tetapi perintah itu tidak kunjung dikumandangkan.     

Ketika kapal musuh yang keempat dibiarkan hancur berkeping-keping dan mengambang di sungai, pertempuran ini secara resmi sudah berakhir.     

Jeritan dan rintihan kesakitan musuh masih terdengar, sementara mereka yang berhasil selamat sedang berjuang untuk menyelamatkan diri ke pinggir pantai dan melarikan diri ke dalam hutan. Yang Mulia tidak memerintahkan para krunya untuk mengejar para pembelot itu dan membiarkan musuh melarikan diri. Ada juga beberapa awak musuh yang terluka parah, mereka sedang meregang nyawa dan berpegangan di antara serpihan-serpihan bangkai kapal yang hancur di dalam sungai, tetapi tidak ada orang yang mencoba menyelamatkan mereka dari kematian.     

"Sayang sekali." Jop mengembalikan peluru meriam yang tidak terpakai ke kotak penyimpanan. "Kupikir kita bisa memamerkan kekuatan meriam yang sesungguhnya kepada prajurit di Batalion Senjata."     

"Benar," Nelson juga tampak kecewa. "Dibandingkan dengan amunisi yang kita gunakan untuk senapan mesin besar itu, 1 peluru meriam juga menggunakan jumlah amunisi yang sama dan efeknya bahkan jauh lebih efektif."     

"Hentikan ocehan kalian. Nona Anna sendiri yang membuat peluru meriam ini, jadi peluru meriam ini jauh lebih berharga daripada peluru senapan mesin itu, yang bisa diproduksi dalam jumlah ratusan peluru setiap harinya," kata Van'er sambil mengerutkan kening. "Kalian akan mendapatkan kesempatan ketika kita menyerang Kota Raja, jadi pastikan untuk membidik dengan baik dan buatlah Batalion Artileri bangga! Aku sendiri yang memilih kalian semua …."     

"Untuk bergabung dengan tim elitmu … hei Komandan, kamu sudah berkali-kali mengatakan hal itu kepada kami," kata Nelson sambil mengibaskan tangannya. "Jangan khawatir, kami tidak perlu lebih dari 3 peluru untuk membuka gerbang Kota Raja." lalu Nelson menyenggol Rodney. "Hei, katakan sesuatu."     

"Aku ingin kapal perang seperti ini …." kata Rodney dengan pelan.     

"Apa katamu?" Keempat pria lainnya terkejut.     

"Aku berharap bisa memiliki kapal perang seperti ini suatu hari nanti." Rodney mengulangi ucapannya, matanya berbinar-binar penuh semangat. "Aku akan menamai kapalku dengan nama Rodney!"     

"Tunggu dulu, bukankah menurutmu kakak laki-lakimu lebih pantas untuk mendapatkan kehormatan itu terlebih dahulu? Kapal perang yang kedua nanti harus diberi nama Nelson!"     

"Tidak akan … aku tidak akan membiarkanmu menamai kapal yang menjadi milikku."     

"Simpan semua ocehan kalian. Kapal perang yang kedua pasti akan diberi nama Van'er. Jangan lupa bahwa aku yang merekrut kalian semua masuk ke dalam tim elit Batalion Artileri."     

"Ya ya ya, ucapan itu sudah dimulai lagi." kata Si Cakar Kucing sambil menghela napas.     

"Bolehkah jika kapal perang yang kedua nanti diberi nama Si Cakar Kucing atau Jop?" gumam Jop.     

"Tidak!" jawab ketiga pria itu dengan serentak.     

Setelah kapal-kapal beton di belakang bisa mengejar kapal utama, armada sang pangeran melanjutkan perjalanan mereka. Dua hari kemudian, tembok kota yang berwarna abu-abu di Kota Raja mulai tampak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.