Bebaskan Penyihir Itu

Muara Sungai



Muara Sungai

0Setelah hampir 4 bulan lamanya, Lotus memiliki perasaan yang berbeda ketika ia kembali Kota Perbatasan.     
0

Kota ini telah berkembang sangat pesat, dan bahkan salju yang tebal tidak menghentikan perkembangan pembangunan kota ini. Lotus memiliki perasaan seperti ini di hatinya setiap kali ia berada di Jembatan Air Merah.     

Pabrik-pabrik yang terletak di tepi selatan sungai tersusun seperti kotak-kotak yang berjajar dengan rapi, dan area dermaga di seberang sungai telah bertambah besar menjadi beberapa kali lipat. Perahu beton dengan asap hitam yang mengepul keluar dari cerobongnya bergerak bolak-balik di permukaan air sungai yang berkilauan.     

"Kota ini jauh lebih ramai daripada Pulau Tidur. Ada banyak orang di sini, dan mereka tampak seperti semut yang bergerombol di bawah sana." kata Honey sambil bersandar di pagar jembatan dan memandang ke bawah sungai.     

"Benar," kata Lotus. Lotus tidak mengerti mengapa Yang Mulia menginginkan agar Jembatan Air Merah dibangun seluas itu dan ia merasa bahwa itu adalah sebuah pemborosan bahan pada saat jembatan itu dibangun. Namun sekarang, Lotus berpikir bahwa keputusan diambil Yang Mulia memang benar.     

Sesekali, orang-orang yang berjalan menyeberangi sungai melalui jembatan akan melirik kepada Lotus dan Honey, mereka tampak penasaran dengan pakaian dan penampilan aneh kedua penyihir ini.     

Di kota-kota lain, Lotus akan memikirkan cara untuk melarikan diri pada saat mereka ditatap oleh orang-orang, tetapi kini ia tidak perlu khawatir tentang keselamatannya di kota ini.     

Selain perubahan pada kota yang bisa dilihat dengan mata telanjang, masih ada banyak lagi peningkatan dalam kehidupan para penyihir, yang tidak terlihat oleh mata.     

Contohnya, sistem pemanas ruangan yang membuat orang selalu merasa hangat, lampu listrik yang menerangi malam hari dan makanan baru yang lezat seperti es krim dan sebagainya. Evelyn dan Candle dapat terus mengobrol tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka bersama Lotus sepanjang hari, tetapi semua hal itu bukanlah yang paling mengesankan bagi Lotus.     

Lotus pikir perubahan terbesar yang paling mengesankan itu adalah hubungan antara para penyihir dan orang-orang biasa.     

Hal ini bisa dilihat di kedai minuman milik Evelyn.     

Kedai minuman ini didirikan dan dimodali oleh Persatuan Penyihir. Evelyn adalah manajer sekaligus bartendernya, ia melayani tamu dengan menyajikan minuman anggur campuran yang lezat khas Wilayah Barat. Pembukaan usaha ini adalah gagasan dari Yang Mulia yang mengatakan bahwa para penyihir harus menggunakan sebagian dari tabungan mereka untuk berbisnis daripada terus menyimpan uang itu di dalam laci mereka.     

Lotus diundang oleh Wendy untuk minum 2 gelas anggur rasa apel. Rasa minuman itu sangat istimewa, minuman ini jauh lebih beraroma daripada anggur yang terbuat dari gandum yang difermentasi dan dicampur dengan rasa buah yang lembut. Sajian minumannya juga terlihat cukup menarik, dan orang bisa melihat cairan berwarna hijau pucat melalui gelas kaca kristal yang transparan. Suasana di kedai minuman Evelyn tidak seperti bar biasa yang berisik dan kotor. Sebaliknya, para tamu duduk dengan elegan di kursi mereka masing-masing. Lantainya, mejanya, dan gelas-gelas minumannya semuanya bersih dan rapi. Lotus tidak menganggap tempat itu sebagai sebuah bar, jika bukan karena deretan tong-tong minuman yang ada di belakang meja bartender.     

Tentu saja, pengalaman minum itu sesuai dengan harga minuman yang dipatok cukup tinggi.     

Evelyn sedang berdiri di depan meja bartender, ia bercakap-cakap dengan tamunya dan tidak ada orang yang mencela dirinya karena ia seorang penyihir. Sebaliknya, banyak pedagang asing yang singgah untuk minum di bar Evelyn karena penasaran dengan rasa anggurnya yang terkenal unik. Lotus jarang melihat Evelyn tersenyum bahagia seperti itu, dan ia tahu Evelyn sangat menyukai pekerjaannya ini.     

Lotus ingat bahwa dahulu, sebagian besar kegiatan yang dimiliki para penyihir pada dasarnya ada di dalam area istana sebelum ia pergi meninggalkan Kota Perbatasan, dan para penyihir sering dilindungi oleh pengawal Yang Mulia ketika mereka hendak keluar istana. Tetapi sekarang, para penyihir perlahan-lahan mulai menyebar dan berbaur dengan para penduduk ke setiap bagian kota.     

Sungguh luar biasa, perubahan seperti ini dapat dilakukan hanya dalam 1 musim saja.     

Obrolan dengan Wendy malam itu memberi Lotus pemahaman yang lebih dalam akan kota ini. Lotus yakin, mungkin itulah alasan mengapa para penyihir dari Persatuan Penyihir bersedia melakukan pekerjaan mereka dengan sungguh-sungguh.     

Para penyihir dari Persatuan Penyihir tidak hanya membangun Kota Tanpa Musim Dingin ini semata-mata demi Yang Mulia Roland, tetapi mereka juga sedang membangun rumah mereka sendiri.     

"Mari kita pergi. Hari ini kita akan menyelesaikan pekerjaan pembentukan muara sungai jika semuanya berjalan lancar," kata Lotus kepada Honey.     

"Yey, asyik!" sahut Honey.     

…     

Ketika potongan batu yang terakhir ditanam ke dalam tanah, Lotus menyeka keringat di keningnya dan ia menarik napas dalam-dalam.     

"Luar biasa, kamu benar-benar sudah membuat sebuah jalanan yang langsung menuju ke gunung!" seru Honey sambil bertepuk tangan.     

Sementara itu, segerombolan burung-burung yang bertengger di puncak pohon yang ada di atas kepala Lotus juga turut berkicau.     

"Tentu saja, tidak ada yang tidak bisa aku lakukan," kata Lotus dengan bangga.     

Tidak seperti terumbu karang yang ada di sekitar Pulau Tidur, lapisan batu di sini jauh lebih dalam dan lebih keras, jadi jauh lebih sulit untuk dibentuk. Untungnya, Lotus tidak perlu mengubah seluruh gunung ini menjadi tanah datar. Menurut rencana Yang Mulia, Lotus hanya perlu membangun jalanan yang bisa memuat 5 atau 6 kereta yang melintas secara berdampingan. Sambil mengingat akan pembangunan Jembatan Air Merah beberapa waktu yang lalu, kali ini Lotus tidak menganggap bahwa pembangunan jalanan yang luas ini adalah sebuah pemborosan dan kesia-siaan.     

Karena tinggi bukit-bukit di pegunungan itu lebih dari 40 meter di atas permukaan laut, cara termudah untuk membangun jalanan ini adalah dengan menenggelamkan tanahnya secara bertahap hingga berubah menjadi lereng yang panjang dan rata.     

Untuk membuat agar perjalanan dengan menggunakan kereta kuda bisa berjalan dengan mulus, Lotus sengaja menekan lapisan batu pada permukaan bukit ke permukaan jalanan yang rata. Dengan begitu, bahkan jika hujan sekalipun, genangan air tidak akan terbentuk di permukaan jalanannya.     

Sekarang, jika seseorang berdiri di atas lereng, orang itu bisa melihat pantai dangkal yang berwarna keemasan dan laut yang berwarna biru, dan orang juga bisa merasakan hembusan angin laut yang sejuk bertiup di sepanjang lereng disertai dengan aroma udaranya yang asin.     

"Apakah kamu membawa batu api?" tanya Honey sambil menghampiri Lotus.     

"Tidak, memang apa yang ingin kamu lakukan dengan batu api itu?" tanya Lotus.     

"Memanggang ikan, tentunya!" jawab Honey sambil tersenyum, "Bagaimana kalau kamu mengerahkan ikan-ikan itu ke atas permukaan air sehingga aku bisa menangkap ikan-ikan itu? Kita bisa meletakkan ikan-ikan itu di bawah sinar matahari selama 2 hari jika kita tidak punya batu api."     

Burung-burung yang bertengger di atas kepala Honey berkicau semakin riang.     

Lotus memutar kedua bola matanya dan berkata, "Aku tidak ingin mencium bau ikan asin di mana-mana! Selain itu, memangnya kamu tidak bosan makan ikan asin terus? Kamu makan begitu banyak ikan asin di Pulau Tidur!"     

"Hmm? Aku rasa ikan asin itu rasanya cukup enak," kata Honey sambil memiringkan kepalanya.     

"Oh ya, menjemur ikan asin di bawah sinar matahari itu dilarang di kota ini. Yang Mulia tidak suka bau ikan asin." Tiba-tiba Lotus teringat akan Ashes dan ia tidak yakin apakah Ashes masih merasa sebal dengan aroma amis sup ikan di Pulau Tidur. "Yang Mulia berkata, ia berencana membangun pelabuhan di sini, sehingga Lady Tilly bisa datang ke sini kapan saja ia mau, dan Lady Tilly tidak perlu datang dengan menggunakan balon udara lagi."     

Ketika nama Lady Tilly disebut, Honey jadi merasa penasaran. "Jadi … apakah Lady Tilly akan datang lagi ke sini?"     

Ekspresi Honey tampak lucu. Lotus membelai-belai rambut Honey yang halus sambil berkata, "Aku tidak tahu, tetapi tidak lama lagi Yang Mulia Roland harus berperang melawan gereja, jadi seharusnya Lady Tilly datang ke sini untuk membantu kakaknya."     

Sebenarnya, Lotus sendiri tidak merasa yakin apakah Lady Tilly bisa datang ke kota ini lagi atau tidak, terutama setelah ia mendengar semua informasi yang disampaikan Yang Mulia Roland mengenai Asosiasi Taring Berdarah dan Heidi Morgan. Sejak dulu, Lotus memang tidak menyukai sikap sombong para penyihir tempur, tetapi sekarang, kelihatannya kehidupan para penyihir tempur itu juga cukup menyedihkan dan membuat Lotus merasa kasihan dengan mereka.     

Setelah Lotus berhenti berprasangka buruk terhadap mereka, ia menyadari bahwa para penyihir tempur itu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dirinya sendiri. Setidaknya sekarang, Lotus sudah bisa berbicara dengan Iffy, meski tidak lama. Namun para penyihir tempur yang ada di Pulau Tidur itu tidak akan mudah didekati dan dibujuk oleh Lady Tilly.     

"Yeyyy, Lady Tilly akan datang lagi ke sini!" seru Honey dengan girang.     

Lotus menghela napas dalam hati. Gadis kecil ini tidak tahu apa-apa tentang peperangan. Jika Lady Tilly gagal menyelesaikan masalah dengan Asosiasi Taring Berdarah, dan pada saat yang bersamaan gereja juga menyerang kerajaan Yang Mulia Roland, mereka akan menghadapi masalah yang sangat besar.     

Meskipun begitu, Lotus masih berharap Lady Tilly bisa datang ke Kota Tanpa Musim Dingin ini lagi.     

Lotus juga berharap Lady Tilly bisa tinggal di kota ini untuk seterusnya.     

Dengan begitu, impian Lotus akan menjadi kenyataan.     

"Kalau Lady Tilly bisa tinggal di kota ini seterusnya, semua penyihir, termasuk aku bisa hidup dengan nyaman dan bahagia di Kota Tanpa Musim Dingin ini," pikir Lotus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.