Bebaskan Penyihir Itu

Bukit Angin Dingin



Bukit Angin Dingin

0…     
0

Soli Daal melewati gerbang istana yang rusak dan memasuki istana Bukit Angin Dingin dengan perasaan puas.     

Hanya perlu 3 hari untuk menaklukkan Bukit Angin Dingin katanya? Terlepas dari 2 hari yang dihabiskan Soli di jalan, ia hanya perlu beberapa menit untuk menembus tembok pertahanan kota kecil itu. Tentu saja, tembok yang berlumpur itu hampir tidak bisa disebut sebagai tembok pertahanan kota. Beberapa penjaga baru saja melarikan diri tanpa bisa melakukan perlawanan apa pun setelah 2 orang dari mereka ditebas oleh Pasukan Penghakiman.     

Apakah ini kota yang menjaga area perbatasan itu?     

Kerajaan Graycastle ternyata tidak sekuat itu.     

Satu-satunya hal yang membuat Soli Daal kesal adalah ketika pasukan gereja baru setengah jalan menuruni gunung, dan tiba-tiba asap keluar dari Menara Mercusuar yang ada di bawah seolah-olah musuh sudah mengetahui bahwa tentara gereja akan datang untuk menyerang kota itu.     

Meskipun cepat atau lambat penduduk wilayah lain di Wilayah Utara juga akan mengetahui kedatangan gereja dan bersiaga, yang membuat Soli marah adalah sikap tidak hormat yang dilakukan penduduk kota terhadap pasukan gereja. Mereka telah memperlakukan tentara dari Kota Suci sebagai musuh, hal ini menunjukkan penistaan mereka terhadap gereja. Soli mengirim beberapa orang Pasukan Penghakiman ke Menara Mercusuar itu, untuk menginterogasi tentara musuh sebelum akhirnya ia menggantung mereka.     

"Silahkan lewat sini, Tuan." Kesatria yang memimpin jalan di depan berkata dengan suara gemetar. Dengan ujung pedang yang menempel di leher mereka, para kesatria itu tidak menunjukkan keberanian sama sekali, mereka juga tidak mencoba melindungi tuan mereka. Malah, mereka langsung berlutut dan menyerah kepada pasukan gereja.     

Para kesatria yang kini sudah menyerah itu adalah para kesatria yang lemah dan malang. Mereka tidak sebanding dengan Pasukan Penghakiman yang mampu berjuang untuk Tuhan dan gereja.     

Setelah membunuh beberapa penjaga yang mereka jumpai di jalanan, Pasukan Penghakiman masuk ke ruang kerja Penguasa Bukit Angin Dingin dan menutup setiap jendela yang bisa berfungsi sebagai jalan keluar, meskipun Soli yakin sang penguasa tidak memiliki keberanian untuk melompat dan melarikan diri melalui jendela yang tinggi. Soli perlahan berjalan masuk ke ruang kerja, ia melihat sang penguasa Bukit Angin Dingin merosot di kursinya dengan wajah pucat.     

"Selamat siang, Tuan Kevan Matten." kata Soli Daal.     

"Bagaimana kalian bisa … beraninya kalian menerobos masuk ke Bukit Angin Dingin … apakah Kota Suci ingin membuat permusuhan dengan Kerajaan Graycastle secara terang-terangan?"     

"Orang ini sudah tamat nasibnya," pikir Soli, "Ketakutan merasuki jiwanya." Setelah bertahun-tahun berperang melawan binatang iblis di Hermes, Soli kini memiliki sebuah kebiasaan yang tidak lazim, ia menikmati ketakutan yang di derita orang lain. Beberapa orang bisa mengubah rasa takut mereka menjadi keinginan untuk bertahan hidup, sementara beberapa orang lainnya malah akan terpengaruh dengan rasa takut mereka hingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mengubah ketakutan menjadi keinginan untuk bertahan hidup dianggap sebagai kualitas terpenting bagi Pasukan Penghakiman agar mereka bisa dipromosikan menjadi anggota Pasukan Penghukuman Tuhan. Mereka yang sudah dikalahkan oleh rasa takut mereka pada akhirnya akan menjadi orang-orang yang tidak berguna dalam pertempuran.     

Kevan jelas masuk ke dalam golongan orang yang dikuasai oleh rasa takutnya sendiri.     

"Benar. Apakah kamu sudah mengetahui hal itu sebelumnya?" tanya Soli.     

"Apa?! Tidak! Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan …." kilah Kevan.     

"Sudah terlambat untuk menyesali semuanya, Tuan Kevan." sahut Soli sambil menyela ucapan Kevan. "Kamu menawarkan harga yang tinggi untuk pembelian gandum dan juga melarang para pedagang untuk berdagang di Kota Suci. Jangan bilang kamu melakukan itu atas kemauanmu sendiri. Raja Kerajaan Graycastle ingin mengubah Bukit Angin Dingin menjadi pos pertahanan untuk perang melawan Kota Suci. Karena itu, kamu tidak bisa menyalahkan kami atas serangan balik yang kami lakukan."     

"Ini adalah sebuah tuduhan tanpa bukti!" sahut Kevan sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Aku tidak melakukan apa pun yang kamu tuduhkan kepadaku. Raja Kerajaan Graycastle juga tidak pernah mengutus Duta Besarnya ke Bukit Angin Dingin, apalagi untuk melancarkan serangan terhadap Hermes!"     

"Tidak apa-apa jika kamu tidak mau mengaku. Paus Tertinggi memiliki caranya sendiri untuk mengetahui informasi yang ia inginkan. Tidak ada gunanya bagimu jika terus bertahan seperti itu. Jadi, lebih baik kamu menceritakan semua yang kamu ketahui sekarang."     

"Aku … aku benar-benar tidak melakukan semua tuduhan itu. Kamu telah salah menuduhku!" seru Tuan Kevan dengan berang, "Aku adalah Penguasa Bukit Angin Dingin, aku Earl dari Kerajaan Graycastle! Apa yang kamu lakukan saat ini telah melanggar Kesepakatan Bulan Iblis!"     

"Cukup. Kamu pantas mendapatkan hukuman." jawab Soli.     

Soli Daal melambaikan tangannya sebagai isyarat kepada prajuritnya. Salah satu Pasukan Penghakiman segera datang dan menyeret Kevan keluar dari ruangan itu.     

Soli Daal duduk di kursi milik Kevan, ia mulai berpikir tampaknya ada sesuatu yang janggal. "Kevan jelas sangat ketakutan, tetapi mengapa ia masih bersikeras untuk tidak mengaku? Apakah Kevan begitu setia kepada Roland Wimbledon sehingga ia lebih suka diinterogasi di Kota Suci daripada mengungkapkan rencana Roland Wimbledon?"     

Pada saat itu, seorang Hakim Agung masuk ke dalam ruangan. "Yang Mulia Uskup Agung, pasukan kita telah menyegel tempat pengirikan gandum, tetapi …."     

"Tetapi apa?" tanya Soli kepada Hakim Agung itu.     

"Tidak ada banyak persediaan makanan di dalam sana, mungkin hanya cukup untuk bertahan selama 1 atau 2 bulan bagi kota ini. Tidak mungkin persediaan sejumlah itu bisa memberi makan pasukan yang berjumlah besar."     

"Apa kamu yakin?" tanya Soli sambil mengerutkan kening.     

"Pasukan kita sudah mencari ke setiap sudut lumbung dan bertanya kepada penjaga. Para penjaga itu mengatakan belakangan ini tidak ada banyak biji-bijian baru yang masuk dan gandum di sana berasal dari persediaan tahun lalu," jawab Hakim Agung itu.     

"Mengapa kita mendengar informasi bahwa ada seseorang yang menawarkan harga tinggi untuk pembelian biji-bijian di kota ini?" pikir Soli. "Pergilah dan tanyakanlah hal itu kepada para pedagang."     

"Baik, Yang Mulia." jawab Hakim Agung itu sambil mengangguk. "Selain itu, kami juga melakukan pencarian menyeluruh terhadap perkemahan-perkemahan tentara di bagian barat kota Bukit Angin Dingin. Sebagian besar perkemahan di sana juga kosong. Para kesatria yang telah menyerah itu mengatakan sejak pasukan mereka berperang di Hermes untuk melawan binatang iblis, mereka masih belum merekrut para prajurit baru."     

"Itu berarti Bukit Angin Dingin sama sekali tidak siap untuk berperang, ini bertentangan dengan informasi yang diberikan oleh Zero." pikir Soli sambil mengerutkan keningnya. Setelah terdiam cukup lama, Soli memerintahkan, "Pasti ada jemaat gereja di kota ini. Kumpulkan mereka semua dan tanyakan tentang perubahan di yang terjadi di Bukit Angin Dingin dalam 2 bulan terakhir secara rinci. Tanyakan juga infomasi ini kepada komplotan Tikus lokal dan kepada mereka yang setia kepada gereja. Aku ingin tahu apa yang terjadi di kota ini secepatnya!"     

Hakim Agung itu membungkuk dan berkata, "Aku akan segera bertanya kepada mereka."     

Soli bersandar di kursi dan menghela napas dalam-dalam. Rencana gereja untuk menyerang Kerajaan Graycastle telah direncanakan sejak lama. Proses dan hasilnya memang tidak menjadi masalah, tetapi Soli tidak suka jika ada sesuatu yang janggal.     

"Apa yang salah?" pikir Soli.     

Keesokan harinya, Hakim Agung itu memberikan laporan terbaru kepada Soli, dan mejanya kini penuh dengan berbagai informasi yang telah ia kumpulkan.     

Soli membuka semua informasi itu dan membaca lembaran pertama. "Dua pedagang lokal menawarkan harga yang tinggi untuk pembelian gandum. Apakah mereka bermaksud untuk menimbun ribuan karung gandum?"     

"Itu hanya informasi dari 2 orang pedagang." kata Hakim Agung itu dengan pelan. "Setelah mendapatkan informasi ini, aku segera mencari ke rumah-rumah penduduk. Aku memang menemukan sejumlah besar biji-bijian, tetapi itu hanya cukup untuk kebutuhan 1 keluarga. Di ruang bawah tanah mereka, hanya ada 100 karung gandum. Selain itu, ada tidak ada orang lain di rumah mereka. Kurasa mereka semua telah melarikan diri setelah mereka melihat sinyal obor tanda bahaya itu."     

"Maksudmu … mereka bekerja sama dengan para pedagang itu?" tanya Soli.     

"Benar, Tuan. Mereka bekerja sama dengan para pedagang keliling di luar kota, mereka berpura-pura menjual biji-bijian ke pedagang keliling itu kemudian diam-diam mereka mengangkut biji-bijian itu kembali, dengan begitu, mereka dapat membuat kesan yang salah di mata orang."     

"Dari mana datangnya para pedagang keliling ini?" tanya Soli.     

"Mereka berasal dari kota-kota lain di Wilayah Utara, seperti Kota Lembah Dalam, Kota Evernight, Istana Angin Kencang … Pembelian gandum dengan harga tinggi itu sudah dimulai sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya, tidak banyak orang yang memperhatikan kegiatan ini. Kemudian, volume perdagangan meningkat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian para pedagang. Kami telah menahan semua pedagang itu di kota, tetapi kami gagal menemukan orang-orang yang bertugas untuk mendistribusikan biji-bijian itu."     

"Jika mereka bekerja sama, ada kemungkinan kita masih bisa menangkap mereka. Namun … untuk apa mereka melakukan hal ini? Apa musuh bermaksud menarik perhatian Kota Suci untuk membuat gereja menyerang musuh terlebih dahulu?" pikir Soli dengan bingung.     

Soli kembali melanjutkan untuk memeriksa beberapa lembar informasi terakhir, tiba-tiba ada sebuah informasi yang menarik perhatiannya.     

"Para petugas patroli yang ada di Menara Mercusuar itu … semuanya sudah mati?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.