Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Perjalanan yang Tidak Bisa Dihindari (Bagian I)



Sebuah Perjalanan yang Tidak Bisa Dihindari (Bagian I)

0Batu bata berwarna merah dan keramik lantai yang berwarna abu-abu di katedral perlahan-lahan muncul dalam pandangan Isabella, ketika kapalnya perlahan-lahan mendekati Kota Suci Lama.     
0

Pemandangan itu terlihat agak membosankan. Berbeda dengan katedral baru yang terletak di dataran tinggi Hermes, katedral itu tidak memiliki kapel yang megah atau bangunan yang tinggi mirip dengan Menara Babel. Bahkan mungkin katedral ini lebih kecil dari gereja-gereja yang berlokasi di ibu kota Empat Kerajaan. Meskipun demikian, katedral tua ini dibangun bersama dengan biara-biara, Aula Urusan Militer dan Aula Pengadilan menjadi sebuah 'istana milik para dewa' di bumi.     

Mereka menganggap katedral tua ini sebagai gereja mula-mula dan awal dari segala sesuatu.     

Namun, Isabella tidak berpikir demikian.     

Isabella tahu bahwa tempat asli gereja mula-mula terletak di dalam pegunungan tinggi di belakang katedral tua dan kebenaran ini selalu dirahasiakan dari jemaat gereja.     

Sedangkan Kota Suci Lama?     

Kota Suci Lama hanya dibangun untuk menutupi rahasia itu.     

Setelah kapal layar itu berlabuh di dermaga, Isabella berjalan menyusuri jembatan dermaga sambil membawa kopernya yang ringan. Melihat kedatangan Isabella, pengawal yang datang dari Area Rahasia Utama untuk menjemputnya terkejut dan bertanya, "Lady Isabella, di mana para Penyihir Suci lainnya?"     

"Mereka akan datang 1 atau 2 hari lagi. Aku tahu Yang Mulia Paus menyuruh kami semua untuk kembali secepatnya, tetapi mereka masih perlu waktu untuk membereskan beberapa hal terlebih dahulu," jawab Isabella sambil mengangkat bahu.     

"Tetapi Lady Zero bilang …."     

"Zero ingin bertemu dengan kami semua." Isabella menyela ucapan si pengawal. "Aku tahu itu, tetapi Zero tidak bilang jika ia ingin melihat kami semua datang pada saat yang bersamaan, bukan?"     

Isabella sebenarnya merasa bingung dengan perintah Zero untuk memanggil semua Penyihir Suci kembali ke Hermes. Jika semua Penyihir Suci kembali ke Kota Suci, rencana mereka untuk merebut Kerajaan Fajar bisa kacau. Tanpa obat yang harus diberikan kepada raja Deegan Moya, raja akan mati dalam tidurnya. Isabella tidak tahu mengapa Zero mengubah rencana secara mendadak begini, ditambah lagi ia juga tidak menerima surat yang menjelaskan alasan Zero melakukan hal itu.     

"Semakin lama Zero jadi semakin mirip dengan Paus Mayne," pikir Isabella dengan kesal.     

Namun, Isabella tetap harus kembali ke Hermes setelah ia menerima perintah itu. Dibutuhkan waktu 1 minggu penuh untuk sampai ke Hermes.     

Isabella menoleh dan bertanya kepada pengawal itu sambil naik ke keretanya, "Oh ya, apakah kamu tahu apa yang sedang terjadi di Kota Suci saat ini?"     

"Pasukan pemancing kita berperang melawan pasukan Kerajaan Graycastle di kaki Bukit Angin Dingin," jawab pengawal itu setelah ragu-ragu sejenak, "Kupikir lebih baik Anda bertanya pada Lady Zero untuk lebih jelasnya."     

"Apakah … pasukan pemancing kita kalah?" tanya Isabella.     

Pengawal itu sedikit mengangguk tanpa mengatakan apa-apa. Lalu pengawal itu cepat-cepat pergi untuk naik ke kudanya kemudian ia berteriak kepada kusir kereta, "Mari kita pergi!"     

Di dalam kereta, Isabella menutup tirai di jendelanya dan ia terhanyut dalam lamunannya.     

Tentu ada banyak prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan di barisan depan, karena para pemimpin gereja hanya bereaksi ketika ada kerugian besar yang menimpa Pasukan Penghukuman Tuhan.     

"Prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan bukanlah makhluk abadi. Mereka juga bisa terluka dan mereka bahkan menghadapi bahaya yang lebih besar daripada yang bisa mereka tanggung. Sejak gereja melancarkan serangan di Kerajaan Everwinter, Kota Suci telah kehilangan hampir 100 prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan. Aku pikir Zero sudah terbiasa dengan situasi ini, tetapi mungkin penilaianku salah. Betapa besar kerugian gereja dalam pertempuran ini, mungkin itu sebabnya Zero tiba-tiba memutuskan untuk memanggil semua Penyihir Suci kembali ke Hermes."     

Kereta kuda Isabella melalui jalanan yang ramai di Kota Suci Lama dan melewati perkemahan batalion yang berada di dekat tebing Pegunungan Tak Terjangkau. Sama seperti katedral, tempat ini juga dijaga dengan sangat ketat. Isabella turun dari kereta kuda dan melangkah ke terowongan yang menuju ke tebing. Isabella melewati banyak gerbang-gerbang besi dan berjalan masuk ke gunung.     

Dalam cahaya Batu Pembalasan Tuhan yang berpendar, siluet yang menjulang dari bayangan Kuil Rahasia Utama terpampang di hadapan Isabella.     

Sambil dikawal oleh para pengawal, Isabella langsung menuju ke perpustakaan di lantai paling atas. Ketika Isabella membuka pintu aula, Zero sedang berdiri di dekat jendela dan memandang ke luar, tampaknya ia tengah tenggelam dalam pikirannya.     

"Ada urusan apa sampai kamu memanggil kami semua ke sini dan melupakan urusan kita di Kerajaan Fajar?" tanya Isabella sambil bersiul. "Apapun urusan itu, mengapa kita tidak menyuruh Si Wanita Lembut dan Si Kerudung Hitam untuk tetap berada di Kerajaan Fajar demi menstabilkan situasi di sana?"     

Zero tidak menjawab pertanyaan Isabella. Zero malah menunjuk ke arah orang-orang yang berada di bawah sambil bertanya, "Kamu pikir orang-orang itu seperti apa?"     

Isabella mengerutkan keningnya dan balik bertanya, "Apa hubungannya orang-orang itu dengan pertanyaanku?"     

Zero mengabaikan pertanyaan Isabella lagi dan berkata, "Orang-orang yang rendah hati dan tidak tahu apa-apa itu bepergian dan beraktivitas sepanjang hari tanpa mengetahui untuk apa tujuan hidup mereka yang sebenarnya, sama seperti semut. Mungkin seperti itu juga para dewa ketika melihat kita umat manusia … kita mengabdikan diri kita untuk berperang melawan musuh, kemudian kita juga mati di medan perang, kita tidak tahu apa-apa tentang penyebab peperangan itu sendiri. Tuhan hanya berdiri di atas sambil memandang ke seluruh dunia. Untungnya, sekarang aku bisa selangkah lebih dekat untuk mengetahui maksud Tuhan yang sesungguhnya."     

"Apa maksud pembicaraanmu ini?" tanya Isabella dengan bingung.     

"Jika aku bisa melahap memori raja baru Graycastle, kesempatanku untuk memenangkan Pertempuran Besar Ketiga akan meningkat secara signifikan." jawab Zero sambil tersenyum, matanya berbinar-binar penuh kegembiraan. "Entah bagaimana aku bisa merasakan bahwa … Tuhanlah yang mengirim Roland Wimbledon untukku."     

Setelah hening sesaat, Isabella berkata dengan suara berat, "Aku hanya ingin tahu berapa banyak Prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan yang terbunuh dalam pertempuran di Bukit Angin Dingin."     

"150 prajurit tewas di medan perang dan 11 prajurit tewas dalam perjalanan kembali ke Hermes. Namun, musuh bahkan tidak terluka sama sekali. Baik formasi perisai besar atau formasi pelempar tombak tidak dapat menembus garis pertahanan pasukan Roland Wimbledon," kata Zero sambil menatap di Isabella dengan matanya yang berbinar-binar.     

Isabella tersentak dan pikirannya mulai kalut. "Bagaimana bisa Pasukan Penghukuman Tuhan mengalami kerugian yang lebih besar dalam pertempuran tunggal ini daripada pertempuran selama Bulan Iblis, pertempuran merebut Kerajaan Everwinter dan Kerajaan Hati Serigala? Apa yang membuat Pangeran dari Kerajaan Graycastle itu begitu luar biasa?"     

"Apa Roland Wimbledon mendapatkan bantuan dari para penyihir? Kesatria? Bukan, bukan karena mereka. Bahkan Binatang Buas dari Neraka yang menakutkan akan mati ketika dikepung oleh Prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan. Lalu bagaimana Roland Wimbledon bisa melakukan semua itu?"     

"Roland Wimbledon memiliki senjata api yang mengerikan," kata Zero, seolah-olah ia bisa membaca isi pikiran Isabella. "Bahkan manusia biasa pun bisa mengoperasikan senjata itu. Mereka bisa menembak target yang berada 1.000 meter jauhnya di depan mereka. Senjata mereka bisa menghancurkan baju zirah dan perisai besi, dan senjata mereka juga bisa menembak tanpa henti. Pasukan kita menjadi sasaran empuk bagi senjata musuh."     

Setelah mendengar proses pertempuran itu, Isabella menarik napas dalam-dalam dan raut wajahnya tampak kebingungan. Setelah beberapa lama, Isabella berkata, "Jadi, kamu sudah kalah."     

"Ini memang kekalahan bagi gereja, dan Soli Daal menganggap musuh terlalu enteng …." jawab Zero.     

Isabella tiba-tiba menyela ucapan Zero dan berkata, "Tidak, maksudku bukan pertempuran itu. Apa kamu ingat? Kamu pernah berkata kepadaku, hanya seorang pemenang pilihan Tuhan yang bisa memenangkan pertempuran itu, dan sekarang sudah jelas bukan gereja pemenangnya."     

"Jadi kamu pikir … Roland Wimbledon adalah orang yang bisa memenangkan dukungan dari Tuhan dan mendapatkan Senyum Tuhan, dan bukan aku?" tanya Zero dengan santai.     

Isabella berkata dengan nada tinggi, "Jangan lupakan tujuan awal kita! Kita harus mengalahkan pasukan iblis agar seluruh umat manusia bisa bertahan hidup. Aku tidak peduli apakah gereja adalah pihak yang bisa mewujudkan tujuan kita atau tidak! Mengingat apa yang terjadi selama pertempuran tempo hari, sudah jelas meski jika kamu mengumpulkan semua kekuatan gereja untuk mengalahkan dan melahap memori Roland Wimbledon, itu tidak ada gunanya untuk mencapai tujuan kita. Pasukan dan para penyihir Roland Wimbledon juga akan dibantai oleh pasukan iblis, Pasukan Penghukuman Tuhan juga akan menderita kerugian besar, dan dalam waktu kurang dari setengah tahun, Bulan Iblis sudah dimulai lagi!"     

Untuk sesaat, Isabella mengira Zero akan langsung membunuhnya, tetapi Zero tidak bereaksi sampai Isabella selesai berbicara.     

"Jadi, menurutmu apa yang harus aku lakukan?"     

Zero bertanya dengan santai setelah ia terdiam cukup lama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.