Bebaskan Penyihir Itu

Pintu Menuju Kota Suci Hermes



Pintu Menuju Kota Suci Hermes

0Sekarang Roland yang bertanggung jawab untuk membesarkan anak kecil yang terlahir kembali itu.     
0

Roland menguap sambil turun dari tempat tidurnya. Roland memperhatikan bahwa tumpukan kursi yang telah ia gunakan untuk menjatuhkan dirinya sudah diletakkan di sudut kamar dan secercah cahaya terang masuk ke dalam kamarnya.     

Roland ingat, ia masih mengenakan pakaian ketika terakhir kali ia berada di Dunia Mimpi, namun sekarang ia tidak mengenakan apa-apa selain celana boxernya. "Apakah ini disebabkan oleh waktu yang berjalan lambat di alam bawah sadarku?" Tampaknya setiap kali Roland keluar dari Dunia Mimpi, mimpinya akan berlanjut selama beberapa waktu sampai ia tertidur lagi. Roland menyadari bahwa setiap kali ia memasuki Dunia Mimpi, ia selalu berada dalam posisi terbangun dari tidurnya di dalam Dunia Mimpi … "Bagaimana bisa mimpi itu begitu teratur?" pikir Roland dengan heran.     

Roland memutuskan untuk meninggalkan Dunia Mimpi pada waktu tengah malam untuk melihat apakah ia bisa menghilangkan perilaku yang tidak ia sadari, seperti tidur sambil berjalan.     

Selain itu, Roland juga merasa kelelahan karena ia kurang tidur, ia sama sekali tidak seperti seseorang yang baru saja terbangun dari tidur. Mata Roland tampak merah dan kering, dan pikirannya berkeliaran di antara 2 dunia. Roland juga terus-menerus menguap. Otak Roland terjaga selama lebih dari 20 jam jika ia turut menghitung waktu saat ia berada di Dunia Mimpi juga.     

Roland pikir sebaiknya ia tidur siang.     

Roland mengenakan sebuah kemeja lengan pendek dan berjalan ke ruang tamu di mana ia melihat sosok Zero kecil lagi.     

"Paman sudah bangun pagi-pagi begini?" Zero tampak agak terkejut. "Aku bahkan belum membuat sarapan … tunggu di sini sebentar, paman. Aku akan menyiapkan sarapannya sekarang."     

Kelihatannya, Zero juga baru saja bangun dari tidurnya. Rambut putih panjangnya tergerai agak berantakan di atas pundaknya, penampilannya saat ini tampak sangat berbeda dari penampilan Zero yang biasanya terlihat rapi. Zero masih mengenakan gaun berwarna biru pucat dengan stocking putih itu. Dan jika Roland tidak salah ingat, pakaian itu telah dipakai Zero selama 3 hari. Jika dilihat dari kamarnya yang selalu rapi dan bersih, sepertinya Zero tidak berganti pakaian bukan karena malas atau karena pakaian itu belum terlalu kotor, tetapi pasti karena ia tidak memiliki banyak pakaian ganti.     

Entah bagaimana, Roland merasa hatinya tersentuh.     

Roland tidak hanya merasa kasihan terhadap Zero, tetapi ia juga merasa malu pada dirinya sendiri.     

Roland teringat akan 300 … bukan, 250 Yuan yang ada di dompetnya. Bagaimana mungkin Roland, penyebab utama munculnya Dunia Mimpi ini, dan Zero, pencipta Dunia Mimpi ini, bisa berada dalam keadaan yang menyedihkan seperti ini? Sungguh ironis sekali.     

Roland tidak akan membiarkan situasi ini terus memburuk, karena ia juga memerlukan uang ketika ia ingin membeli buku atau menjelajahi Dunia Mimpi ini. Roland harus menemukan cara untuk mencari penghasilan yang stabil. Uang sebesar 250 Yuan itu bahkan tidak bisa membayar taksi, apalagi untuk membeli makanan dan keperluan sehari-hari lainnya.     

Selagi Roland terhanyut dalam pikirannya untuk mencari cara untuk menghasilkan uang, Zero menyiapkan sarapan di dapur.     

Zero menyalakan api untuk memanaskan wajan sebelum menuangkan minyak ke dalam wajannya. Dengan satu tangan, Zero memecahkan sebutir telur dan menuangkan telur itu ke atas wajan. Zero hanya bisa menggunakan spatula untuk membuat telur orak-arik daripada harus mengangkat wajannya ke atas dan ke bawah.     

Saat minyak yang dipanaskan mendesis di wajan, aroma telur orak-arik yang menggiurkan segera memenuhi ruang tamu.     

Karena biaya hidup mereka yang sangat terbatas, menu sarapan Roland dan Zero hampir tidak pernah berubah. Roland memiliki 2 potong sayuran goreng[1] dan 1 buah telur orak-arik, dan seperti biasa, Zero hanya memiliki potong 1 sayuran goreng.     

"Apakah ini sayur goreng yang baru dibeli kemarin?" Roland menggigit sayur gorengnya dan ia merasa makanannya tidak terasa garing lagi.     

"Tentu saja." jawab Zero sambil mendengus. "Itu adalah sayuran terakhir yang ada di toko tadi malam, jadi harganya sangat murah. Kadang-kadang pemilik toko memberiku sedikit adonan tepung mentah, jadi aku bisa membuat sayur goreng kreasiku sendiri."     

Roland terkejut dan bertanya, "Apakah kamu juga melakukan pekerjaan rumah yang sama ketika masih di rumahmu dulu?"     

"Sebagian besar memang aku yang kerjakan." sahut Zero kecil sambil menggelengkan kepalanya, ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Zero sepertinya tidak mau membicarakan tentang keluarganya. Setelah sarapan, Zero mengambil tasnya dan hendak pergi ke sekolah. Zero berjalan ke arah pintu dan berkata, "Paman, seperti biasa, aku akan keluar sampai siang nanti. Paman harus mencuci piringnya."     

"Ah, tenang saja. Hati-hati di jalan!" jawab Roland sambil mengangguk.     

Zero terkejut melihat sikap riang 'pamannya' itu. Setelah beberapa saat, Zero menyahut '"ya" dan pergi.     

Nah, sudah waktunya Roland memeriksa dan menghitung semua yang ia miliki di Dunia Mimpi ini.     

Roland kembali ke kamarnya dan ia memeriksa setiap sudut lemari samping tempat tidur dan lemari pakaian, sambil memilah-milah semua barang-barangnya.     

Pertama, Roland memeriksa dompet yang berisi kartu identitas dan kartu kredit serta uang lebih dari 200 Yuan itu. Isi dompet itu terlihat menyedihkan. Roland membuang beberapa tiket lotre yang sudah kadaluarsa ke tempat sampah. Bahkan jika tiket lotre itu untuk menarik hadiah, semuanya sudah lewat batas waktu penukaran. Selain itu, Roland sama sekali tidak percaya dengan yang namanya undian, kecil kemungkinannya ia bisa memenangkan undian semacam itu.     

Yang kedua, ada sebuah ponsel yang tidak ada daftar kontaknya sama sekali kecuali nomor telepon bank yang berisi informasi dari bank yang menunjukkan ada serangkaian aktivitas pemakaian kartu kredit. Setelah membaca pesan dari bank, Roland membaca pesan bahwa orang tua Zero akan mengirim 1.500 Yuan kepadanya setiap akhir bulan. Tetapi sekarang, masih ada 4 hari lagi menjelang akhir bulan, dan hanya ada 20 Yuan yang masih tersisa di limit kartu kredit itu, jumlah itu hanya cukup untuk menyelamatkan Roland dari kelaparan. Karena itu, Roland tidak bisa melakukan hal-hal lainnya sampai ia mendapatkan kiriman uang itu.     

Yang terakhir, ada beberapa perhiasan yang tampaknya terbuat dari emas, namun Roland sendiri tidak yakin apakah itu benar-benar emas. Roland bertanya-tanya apakah semua perhiasan ini disiapkan untuk menikahi seseorang? Jika Roland menjual semua perhiasan ini ke toko emas, Roland mungkin bisa mendapatkan hampir 1.000 Yuan, dan uang itu dapat ia gunakan untuk keadaan darurat.     

Semua ini adalah harta yang Roland miliki di Dunia Mimpi ini.     

Tetapi semua harta ini hampir tidak bisa membantu situasi mereka saat ini, jadi Roland menghela napas. Kemudian Roland mengalihkan pandangannya ke arah perabotan yang ada di gudang.     

Roland membuka pintu gudang dan ia melihat ada beberapa barang lama di gudang ini.     

Di gudang itu ada sebuah sepeda besi dan sebuah mesin jahit tua yang tertutup debu dan sarang laba-laba, mungkin kedua benda itu hanya bernilai 30 hingga 40 Yuan karena materialnya yang terbuat dari besi, terutama mesin jahit itu. Mesin jahit itu sangat berat dan sulit bagi Roland untuk memindahkan mesin jahit itu sendirian. Dan ada sebuah daun pintu besi besar, yang bisa dianggap sebagai besi tua, pintu ini mungkin bisa bernilai lebih dari 100 Yuan. Jumlah uang yang sedikit ini mungkin tampak tidak begitu penting di mata Roland dalam keadaan normal, tetapi uang itu cukup berharga baginya dalam masa-masa kritis seperti ini.     

Jika Roland pergi ke toko buku bekas untuk membeli buku-buku pelajaran bekas, 100 Yuan mungkin sudah cukup untuk membeli buku-buku bekas untuk semua mata pelajaran itu.     

Roland sudah memutuskan.     

Roland ingat bahwa ada sebuah iklan kecil yang dipasang di tangga darurat apartemen, yang berisi nomor telepon toko barang-barang bekas. Tetapi sebelum ia menjual semua barang-barang bekas ini, Roland harus membersihkannya terlebih dahulu.     

Roland pikir barang-barang bekas ini akan lebih bernilai tinggi jika ia bisa membuat semuanya kelihatan lebih bersih.     

Sambil terengah-engah, Roland menggotong dan menyeret sepeda dan mesin jahit bekas itu ke ruang tamu, kemudian ia baru menyadari ada sesuatu yang aneh di gudang itu.     

Daun pintu besi yang besar itu tampaknya tidak ditaruh bersandar pada dinding gudang, tetapi pintunya tertanam ke dalam dinding itu!     

"Sialan! Orang macam apa yang membangun pintu di sini? Apa artinya membuat pintu di dinding ini? Ini adalah dinding luar apartemen. Apakah pintu ini dipasang di sini untuk memudahkan seseorang bunuh diri?" gerutu Roland.     

"Dan lucunya ada kunci yang tergantung di pintu besi itu!" pikir Roland dengan terheran-heran.     

"Tunggu dulu …" tiba-tiba Roland ingat bahwa ada 2 kunci lain yang digabungkan dengan kunci utama apartemennya.     

Roland segera mengambil kunci utama apartemennya. Roland memasukkan kunci yang satu ke lubang kunci yang ada di pintu besi itu. Tidak disangka-sangka, kuncinya ternyata cocok!     

Disertai dengan bunyi klik, kunci yang berkarat itu membuka pintu besi itu dan terjatuh dari lubang kuncinya.     

Roland tidak mengambil kunci itu lagi, ia langsung menarik gagang pintunya dan membuka pintu besi itu dengan paksa.     

Angin dingin yang bersalju berhembus dan menyerbu masuk ke dalam gudang. Roland yang saat itu mengenakan kemeja lengan pendek dan celana boxer langsung gemetar karena kedinginan.     

Yang membuat Roland terkejut setengah mati, ada sebuah dunia bersalju di balik pintu besi itu!     

Samar-samar Roland bisa melihat ada sebuah kota berwarna abu-abu yang dikelilingi oleh pegunungan salju. Di kedua sisi gunung itu, terdapat sebuah kota yang berada dalam sebuah celah besar yang ada di badan gunung. Di dalam kota itu, ada sebuah bangunan yang menjulang tinggi dan berdiri tegak di tengah angin salju yang menderu, seperti sebuah pilar yang membuka jalan menuju ke surga.     

Meskipun ini adalah pertama kalinya Roland melihat pemandangan seperti itu, ia segera menyadari di mana ia berada saat ini.     

"Ini adalah Kota Suci yang Baru, Hermes?!"     

Ini adalah sebuah kota berbenteng yang dibangun di dalam celah raksasa Pegunungan Tak Terjangkau.     

Kota itu juga merupakan simbol yang menandakan kekuatan dan kebesaran Gereja.     

[1] Sayuran yang dicelup ke dalam adonan dan digoreng.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.