Bebaskan Penyihir Itu

Sang Penyihir dan Sebuah Insiden Tidak Terduga



Sang Penyihir dan Sebuah Insiden Tidak Terduga

0Ketika Yorko dan gadis pemandunya berjalan meninggalkan gua batu kapur yang gelap itu, gadis itu menggandeng tangan Yorko dan mereka masuk ke dalam gua yang lebih kecil yang ada di dinding gua.     
0

Yorko hampir tidak bisa melihat tanah yang ia injak, tetapi langkah gadis pemandu itu tidak juga melambat. Selain itu, Yorko bisa merasakan bahwa gadis ini tidak lebih lemah dari dirinya sendiri. Tangannya yang kasar dan kapalan benar-benar tidak cocok dengan tubuhnya yang ramping. Selain untuk melayani para tamu, gadis ini mungkin juga difungsikan sebagai penjaga untuk menjaga keamanan di pelelangan rahasia ini. Akan lebih baik jika gadis seperti ini dapat dibeli dari Uang Gelap karena sepertinya gadis ini sulit dikendalikan.     

Meskipun Hill Fawkes memang cerdas, ia pasti tidak akan mau menjaga Yorko selamanya karena Yorko sendiri merupakan teman lama Yang Mulia Roland. Belum lagi ini akan terasa sedikit … membosankan bagi seorang pria untuk menjadi penjaga Yorko. Yorko pikir sebaiknya posisi Hill Fawkes digantikan oleh gadis pemandunya, si nomor 76.     

Tentunya, semua ini hanya sekedar angan-angan Yorko. Lagi pula, Amplop Hitam itu bukan milik Yorko dan 4.000 keping emas jauh melampaui anggaran yang Otto perkirakan sejak awal. Menghabiskan sejumlah uang tambahan mungkin akan menyebabkan perselisihan dengan keluarga Luoxi, yang merupakan salah satu dari 3 keluarga bangsawan terkemuka di Kerajaan Fajar.     

Setelah memasuki gua itu, Yorko melihat bahwa sebagian besar lorong gua terbentuk secara alami dan cahaya obor tampak lebih terang karena medan yang lebih sempit. Terlebih lagi, langit-langit gua yang gelap bisa samar-samar terlihat di bagian atas gua. Jalan setapak saling bersilangan dan mengarah ke gua-gua batu kapur yang lebih dalam di mana beberapa gua sudah diubah menjadi semacam penginapan, sementara lorong-lorong gua yang lain dipasangi dengan pengarah jalan, suasananya mirip seperti kota bawah tanah mini.     

Tampaknya Uang Gelap harus menyediakan seorang pemandu untuk setiap tamu-tamu mereka, jika tidak, akan sangat memakan waktu untuk mencari kamar mereka sendiri.     

"Oh ya, bagaimana cara aku membayar pelelangan ini?" tanya Yorko kepada gadis pemandunya.     

"Anda bisa menyerahkan Amplop Hitam itu kepadaku sebelum anda meninggalkan gua bawah tanah ini, tentunya setelah anda memeriksa bahwa 'produk' yang sudah anda beli dalam kondisi baik," kata gadis itu sambil tersenyum, "Aku akan menyelesaikan seluruh prosedur pembayaran untuk anda. Anda juga dapat mengunjungi bar, kasino, dan tempat pemandian air panas kami. Uang Gelap menyediakan segala macam layanan apa pun, baik untuk bersenang-senang maupun untuk sekedar relaksasi."     

"Apakah jumlah uang itu sudah dituliskan dalam Amplop Hitam?" tanya Yorko.     

"Sudah." jawab gadis itu.     

"Bagaimana jika seseorang ingin membeli gadis pemandu mereka?"     

"Anda hanya perlu membayar 500 keping emas kepada Uang Gelap," jawab gadis itu, seolah-olah ia sudah terbiasa dengan pertanyaan seperti itu dan ia bertanya, "Tuan, apakah Anda ingin membeli aku?"     

"Bergaul akrab dengan seseorang bukan soal berapa lama kita menghabiskan waktu bersama-sama, tetapi seberapa banyak kesenangan yang bisa kita dapat," Yorko menghindari pertanyaan itu dan balik bertanya, "Bagaimana menurutmu?"     

"Anda benar." kata gadis itu sambil terkikik.     

"Oh ya, bolehkah aku melihat seperti apa wajahmu?" tanya Yorko dengan genit.     

"Tidak bisa," jawab si nomor 76 sambil menggelengkan kepalanya, "Sebelum anda membeli seorang pemandu, kami tidak diperbolehkan untuk melepas topeng kami. Itu adalah aturan yang sudah ditetapkan oleh Uang Gelap."     

"Tetapi tadi kamu bilang Uang Gelap menyediakan segala macam layanan apa pun …."     

"Itu benar," jawab gadis itu sambil menyentuh bibirnya yang merah dengan genit, "Soal itu, aku masih tetap bisa melayani Anda, Tuan."     

Saat itu, Yorko merasa kembali bersemangat.     

"Kita sudah sampai. Ini kamarmu, Tuan." Gadis pemandu Yorko membawanya ke depan sebuah pintu kayu di ujung gua yang diukir dengan Nomor 76, sama dengan nama panggilan gadis itu. "Kamar ini terbagi menjadi kamar dalam dan kamar luar. Aku akan tidur di kamar luar malam ini. Anda bisa memanggilku kapan saja anda membutuhkan sesuatu."     

Yorko mengangkat alisnya dan bertanya setelah ia melongok ke dalam, "Ini kamar luar itu?"     

Kamar itu lebih sempit di bagian depan dan bagian belakangnya semakin melebar, dan kamar luar itu hanya cukup untuk menampung 1 orang. Kamar ini bisa dibilang seperti tidur di sebuah kandang kuda, karena pada dasarnya, lantai kamar ini hanya ditutupi dengan lapisan jerami saja.     

"Yah, sulit untuk menemukan kamar yang cocok di dalam gua bawah tanah seperti ini." sahut gadis itu sambil mengibaskan tangannya dan ia membuka pintu kamar yang kedua untuk Yorko.     

Kamar dalam itu juga tidak luas. Kamar itu tidak bisa menampung apa pun selain 1 tempat tidur besar dan 2 buah sofa.     

"Mmmm! Mmmmm!" terdengar suara seseorang dari dalam kamar itu.     

Yorko melihat penyihir yang ia beli dari pelelangan begitu ia masuk ke kamar bagian dalam. Penyihir itu dalam keadaan telanjang bulat, tangan dan kakinya diborgol dengan borgol besi yang tertancap ke dinding, dan kedua tangan dan kakinya juga terbuka lebar sementara mulutnya disumpal dengan sehelai kain sutra putih. Penyihir itu berjuang untuk melepaskan diri dengan panik begitu ia melihat ada seseorang yang masuk ke ruangan itu.     

Yorko langsung mengumpat dalam hati sambil mengerucutkan mulutnya. Yorko pikir kamar bagian dalam itu setidaknya akan dibagi menjadi beberapa bilik yang biasanya digunakan untuk memenjarakan para budak, tetapi kenyataannya, kondisi di kamar ini sangat jauh dari mewah.     

"Bagaimana aku bisa menikmati malam yang panjang dengan si nomor 76?" pikir Yorko dengan gusar.     

"Apa aku harus bercinta dengan si nomor 76 di depan penyihir ini?"     

"Oh sial, ruangan ini saja sudah sangat buruk, apalagi untuk berbuat sesuatu terhadap penyihir itu." pikir Yorko sambil mengerutkan kening ketika ia teringat pesan Otto untuk mendapatkan kepercayaan si penyihir.     

"Apakah Uang Gelap punya kamar lainnya? Maksudku, kamar-kamar yang dikenakan biaya tambahan," tanya Yorko.     

"Mengingat beberapa pelanggan memiliki persyaratan kamar yang lebih tinggi, kami juga menawarkan ruangan semi terbuka yang lebih dekat dengan alam dan sungai bawah tanah." jawab si nomor 76.     

Cara para pengusaha itu untuk menghasilkan uang memang sungguh keterlaluan.     

"Berapa harga kamar yang termurah?" tanya Yorko.     

"Tiga keping emas per malam."     

"Harga 3 keping emas sudah cukup untuk membayar penginapan selama 2 minggu di penginapan di Kota Raja!" umpat Yorko dalam hati. "Namun, jumlah itu masih tidak seberapa dibandingkan dengan 4.000 keping emas yang sudah dikeluarkan malam ini. Otto Luoxi pasti tidak akan keberatan dengan sedikit biaya tambahan lagi."     

"Keluarlah dahulu dan tunggu aku sebentar," kata Yorko kepada gadis pemandunya, "Aku harus bicara dengan penyihir itu terlebih dahulu. Aku akan memanggilmu ketika aku sudah selesai nanti."     

"Baik, Tuan," sahut si nomor 76 lalu ia meninggalkan ruangan.     

Saat Yorko menanggalkan mantelnya dan berjalan ke arah si penyihir, penyihir itu berjuang lebih keras untuk melepaskan diri dan ia tampak sangat ketakutan.     

Yorko menghela napas sambil menutupi tubuh si penyihir dengan mantelnya dan berkata, "Dengar, aku diutus oleh seseorang untuk datang ke sini dan menyelamatkanmu. Selama kamu tidak berteriak, tidak ada yang akan menyakitimu. Semuanya akan baik-baik saja. Mengangguklah 2 kali jika kamu mengerti ucapanku."     

Penyihir itu berhenti meronta dan ia menatap Yorko untuk waktu yang lama seolah-olah ia tidak percaya apa yang baru saja ia dengar.     

Yorko kembali mengulangi kalimatnya sepelan dan selambat mungkin. Penyihir itu sangat cantik, tetapi gadis kecil yang terlihat masih di bawah umur itu sama sekali tidak membangkitkan gairah Yorko.     

Penyihir itu akhirnya mengangguk kali ini.     

Yorko merasa lega dan ia mengulurkan tangannya untuk membuka sumpalan kain sutra yang ada di mulut si penyihir.     

"Siapa kamu?" tanya penyihir itu sambil terbatuk sedikit.     

"Aku adalah seseorang yang datang untuk menyelamatkanmu," Yorko duduk di tempat tidur dan bertanya, "Siapa namamu?"     

"Namaku Amy," sahut gadis itu, "Lalu mengapa kamu tidak melepaskan aku sekarang jika kamu hendak menyelamatkan aku?"     

"Bagaimana jika kamu melarikan diri? Aku tidak punya 4.000 keping emas untuk menebus kamu lagi jika kamu sampai tertangkap orang lain," sahut Yorko, "Sebaiknya kamu tetap diborgol untuk keselamatanmu sendiri dan untuk mencegah orang curiga kepada kita. Aku akan membebaskanmu besok setelah kita pergi dari sini, mengerti?"     

"Benarkah itu?" tanya Amy dengan curiga.     

"Gadis ini begitu mudah ditipu. Tidak heran gadis ini bisa tertangkap," pikir Yorko dalam hati. "Gadis ini masih beruntung bisa bertemu denganku kali ini."     

"Tidak hanya itu, aku akan mengirim kamu ke tempat di mana para penyihir berkumpul. Ada banyak sesama penyihir yang menunggumu di sana. Kamu tidak harus menyembunyikan identitasmu terus-menerus," kata Yorko sambil bangkit berdiri, "Jadi, kamu hanya perlu menunggu dengan sabar sampai esok hari. Apakah kamu mengerti?"     

"Tunggu dulu, kamu mau pergi ke mana?" tanya Amy.     

"Aku akan menikmati malam yang menyenangkan untukku." balas Yorko sambil menyeringai.     

Ketika Yorko baru saja hendak memanggil si nomor 76, tiba-tiba terdengar keributan di kamar luar diiringi dengan suara-suara berdebum. Suara-suara itu terdengar sangat cepat dan kamar luar kembali hening setelah beberapa detik.     

"Nomor 76?" Yorko memanggil gadis pemandu itu, tetapi tidak ada yang menjawab panggilannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.