Bebaskan Penyihir Itu

Sharon



Sharon

0…     
0

Wendy menuju ke pusat perawatan sambil membawa sebuah kotak makanan dan di sana ia melihat ayah Nana, Tuan Tigui Pine yang sedang berbicara dengan seorang pria dan wanita. Mereka berdua membungkuk kemudian hendak berlutut, tetapi Tigui Pine menghentikan mereka. Kejadian ini berlangsung cukup lama kemudian mereka membungkuk pada Tigui Pine dan pergi.     

Ketika kedua pasangan itu sudah keluar dari pusat perawatan, Wendy menghampiri Tuan Tigui Pine dan bertanya dengan penasaran, "Siapa kedua orang itu?"     

Tuan Tigui mengangkat bahu dan berkata, "Siapa lagi? Mereka adalah orang tua si penyihir baru. Mereka khawatir meninggalkan anak gadis mereka sendirian di sini dan mereka bertanya apakah mereka bisa membawa anaknya pulang. Setelah aku memberi tahu mereka bahwa Yang Mulia Raja yang ingin gadis itu tinggal di sini, mereka segera mengubah sikap mereka dan menyatakan rasa terima kasih kepada Yang Mulia." Wendy bisa merasakan ada sedikit rasa kecewa pada kalimat terakhir Tuan Tigui.     

Wendy tertawa dan berkata, "Apa Anda pikir setiap orang tua akan berlaku sama seperti anda, yang berani masuk ke istana Yang Mulia demi kepentingan putrimu."     

Wendy juga mengetahui mengapa Tuan Tigui merasa kecewa. Tuan Tigui percaya bahwa seharusnya orang tua manapun tidak boleh menyerahkan anak-anak mereka kepada orang lain, bahkan meski seorang raja yang memintanya. Ketika Nana mengalami kebangkitan sebagai penyihir, Tuan Tigui langsung pergi ke istana Yang Mulia Roland tanpa surat pengantar sama sekali. Untungnya, Pangeran Roland yang baik hati dan penyayang tidak pernah bermaksud melukai Nana, sehingga kejadian itu akhirnya bisa berlanjut dengan damai. Jika Tuan Tigui menerobos masuk ke istana Adipati Ryan atau bangsawan besar lainnya di Wilayah Barat untuk menyelamatkan Nana, ia tidak akan pernah bisa melakukannya semudah itu.     

Meskipun kisah Nana itu telah terjadi sebelum Wendy datang ke Kota Perbatasan, ia telah mendengar kisah ini dari Nightingale berulang kali sebelumnya. Itu sebabnya Wendy bisa mengerti darimana asal kebanggaan dan harga diri Tuan Tigui.     

"Setidaknya, mereka masih jauh lebih baik daripada orang tua Summer," kata Wendy sambil menghela napas.     

Orang tua Summer dengan tergesa-gesa mengirimnya ke istana untuk mendapatkan 1 keping emas ketika Summer mengalami kebangkitan sebagai penyihir. Mereka memperlakukan Summer seperti budak yang telah mereka jual kepada raja dan Persatuan Penyihir, dan mereka bahkan mengancam Summer untuk tidak menolak segala permintaan Yang Mulia. Jika bukan karena uang yang akan mereka dapatkan, kedua orang tuanya mungkin tidak akan membiarkan Summer pulang ke rumahnya sendiri.     

Kecewa karena perlakuan keluarganya sendiri, Summer akhirnya tidak kembali pulang ke rumahnya sesering sebelumnya ketika kini ia sudah terbiasa hidup dengan semua saudari-saudari penyihir lainnya di Gedung Penyihir.     

Sebagai seorang penyihir, Summer bisa dibilang cukup beruntung.     

Namun, sebagai seorang anak, sesungguhnya Summer telah ditinggalkan oleh orang tuanya.     

Tigui mengangguk dan setuju dengan ucapan Wendy. "Memang benar. Salah satu orang tua penyihir baru itu bekerja di Area Pembakaran dan yang satu lagi bekerja sebagai tukang di tim konstruksi. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada anak gadisnya sampai mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, tetapi segera setelah mereka mendengar berita itu, mereka bergegas di sini dan melewatkan makan malam. Aku tahu dari wajah mereka, mereka memang peduli pada anak gadisnya."     

Wendy tersenyum dan berkata, "Sepertinya tindakanku sudah tepat dengan membawa kotak makan malam ini. Bisakah Anda mengantarku untuk menemui Sharon?"     

Tigui menyentuh janggutnya dan menjawab, "Tentu saja, ikutlah denganku."     

…     

Setelah melalui proses restrukturisasi dan perluasan pusat perawatan, tempat ini sekarang sudah memiliki departemen rawat inap, tetapi hanya ada beberapa pasien yang akan tinggal di sini, karena Nana dan Lily dapat menyembuhkan sebagian besar pasien di Kota Tanpa Musim Dingin dalam waktu singkat. Para pasien ini biasanya hanya perlu tinggal di aula rumah sakit untuk sementara waktu sambil menunggu kondisi mereka pulih sepenuhnya.     

Dengan pertimbangan bahwa pengaruh gereja mungkin masih ada, Roland telah meminta pusat perawatan untuk membiarkan Sharon tinggal di sana. Roland tidak yakin apakah semua orang yang berimigrasi dari distrik Graycastle lain dapat menerima para penyihir sebagai salah satu bagian dari mereka. Dengan menampung Sharon di pusat perawatan, setidaknya, Roland bisa memastikan bahwa gadis itu tidak akan menjadi gelandangan atau terluka oleh keluarganya.     

Tuan Tigui dan Wendy tiba ke bangsal pemulihan. Tuan Tigui membuka pintunya dan melambai ke arah Nana yang berada di samping tempat tidur. "Sudah waktunya makan malam. Kamu bisa mengobrol dengan temanmu lagi nanti."     

"Apakah Sharon tidak ikut makan malam dengan kita?" tanya Nana dengan kaget. Nana kemudian melihat Wendy dan berkata, "Hai, Wendy. Kamu juga datang ke sini."     

Wendy tersenyum dan menepuk kotak makan yang ada di tangannya sambil berkata, "Aku sudah membawakan Sharon makan malam."     

Nana berkata, "Oh, begitu. Kalau begitu kalian bicaralah dahulu. Aku akan kembali lagi nanti." Kemudian Nana mengucapkan selamat tinggal pada Sharon dan meninggalkan bangsal bersama ayahnya.     

Wendy berjalan ke tempat tidur dan meletakkan kotak makan itu di samping tempat tidur. Wendy berbalik dan menatap mata Sharon. Penyihir baru itu balas menatap Wendy, wajahnya tampak penasaran. Wendy bertanya, "Bagaimana perasaanmu setelah menjadi seorang penyihir?"     

Sharon memiliki wajah yang tampak kekanak-kanakan dan rambut pendek berwarna kemerahan. Warna rambut merah adalah warna rambut yang langka di Kerajaan Graycastle dan rambut Sharon mengingatkan Wendy akan sekuntum bunga mawar. Wendy tahu Sharon akan menjadi lebih cantik setelah ia mengalami kebangkitan sebagai penyihir. Wendy sudah bisa membayangkan betapa luar biasanya Sharon begitu ia menginjak usia dewasa.     

Sharon menjawab, "Aku merasa ada sesuatu yang masuk ke tubuhku … Nana mengatakan kepadaku bahwa itu adalah kekuatan sihir." Sharon mengerutkan bibirnya dan melanjutkan, "Apakah kamu juga seorang penyihir? Apakah rasanya selalu menyakitkan seperti itu saat pertama kali?"     

Meskipun pertanyaan keduanya dapat menyebabkan beberapa jawaban yang ambigu, Wendy tahu persis apa yang Sharon bicarakan. "Benar, aku juga seorang penyihir. Kamu bisa memanggilku Wendy. Mengenai pertanyaan keduamu, rasa sakit itu tidak selalu menyakitkan di awal … lagi pula rasa sakit itu tidak penting. Selama kamu belajar bagaimana menggunakan kekuatan sihirmu, rasa sakit itu akan menjadi bagian dari tubuhmu, sama seperti lengan dan kakimu." Setelah berkata demikian, Wendy membuka kotak makan itu dan meletakkan makanan yang masih mengepul di meja di samping tempat tidur.     

Sharon menelan ludahnya dua kali untuk mencegah agar air liurnya tidak menetes, tetapi ia tidak bisa menghentikan perutnya yang sudah berbunyi keroncongan.     

Pipi Sharon memerah karena malu.     

"Apa kamu lapar?" Wendy tersenyum dan ia segera meletakkan sup Jamur Paruh Burung di depan Sharon.     

Beberapa daun bawang tampak mengambang di sup yang berwarna kuning muda. Minyak yang ada di permukaan sup itu berkilauan di bawah cahaya api perapian. Dibandingkan dengan sup sayur biasa, aroma daging yang ada dalam sup ini membuat sup jamur ini jauh lebih menggoda.     

Wendy telah mempelajari trik dengan menghidangkan makanan enak ini untuk menyambut para penyihir baru dan menenangkan perasaan mereka. Tentunya Wendy mempelajari trik ini dari Yang Mulia yang sering mengadakan perjamuan makan untuk menyambut para penyihir baru.     

Sharon mengangguk dengan penuh semangat.     

Wendy berkata dengan lembut, "Minumlah sup ini untuk menghangatkan perutmu terlebih dahulu sebelum kamu makan makanan yang lain."     

Sharon mulai melahap makan malamnya dengan rakus, bahkan ia membuat Wendy merasa lapar juga.     

Wendy bertanya kepada Sharon, "Di mana temanmu? Apakah temanmu sudah pulang?"     

Sharon menjawab sambil masih melahap makanannya, "Aku tidak tahu … mungkin ia sudah pulang."     

Wendy terkejut. "Bukankah temanmu datang untuk menemuimu?"     

"Tidak …" Sharon menggelengkan kepalanya. "Temanku itu mungkin tidak mempercayaiku sepenuhnya. Lagi pula, aku juga datang dari Wilayah Selatan, sama seperti para siswa yang sering mengganggunya."     

Wendy terkejut. "Apa? Kamu berasal dari Wilayah Selatan?"     

"Benar." jawab Sharon sambil memasukkan sepotong Jamur Paruh Burung ke dalam mulutnya. "Aku berasal dari Kota Bunga Maple, sebuah kota kecil yang ada di dekat Kota Elang … tetapi kota itu sekarang tidak bisa dihuni lagi."     

Wendy berkata, "Kupikir kamu berasal dari Wilayah Timur seperti dirinya. Kupikir itulah sebabnya kamu mau membantu temanmu itu."     

"Apa aku seharusnya tidak boleh membantu temanku itu hanya karena kami berasal dari daerah yang berbeda?" tanya Sharon sambil mengerjapkan matanya dan berkata dengan serius, "Perselisihan yang terjadi di antara para bangsawan jelas tidak ada hubungannya dengan temanku. Orang-orang itu hanya ingin mencari alasan untuk mengganggunya. Tidak peduli dari mana kita berasal, yang salah tetap salah. Jika aku tidak maju untuk menghentikan mereka, tidak ada orang yang akan memperbaiki kesalahan mereka."     

Wendy terdiam beberapa saat, ia tenggelam dalam lamunannya.     

"Yang Mulia, kekhawatiran Anda ternyata sia-sia. Gadis ini tidak membutuhkan aku untuk menghiburnya." pikir Wendy.     

"Aku bisa tahu dari ekspresi di mata Sharon, ia benar-benar yakin tentang keputusan yang telah ia ambil."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.