Bebaskan Penyihir Itu

Tanah Api



Tanah Api

0…     
0

Api menyembur keluar dari tanah seperti sebuah pohon raksasa yang mengerikan. Ujung api adalah ranting-rantingnya, sedangkan kepulan asap tebal adalah dedaunannya. 'Pohon-pohon' ini saling terhubung sedemikian rupa sehingga mereka membentuk semacam 'kanopi' hitam besar.     

Selagi Thuram berjalan di antara pohon-pohon yang terbakar ini, ia bisa merasakan suhu di sekitarnya terus meningkat. Butiran keringat muncul di kening Thuram, sementara ia merasa seluruh punggungnya sudah basah dan lengket karena keringat. Tempat ini seperti sebuah dunia yang terpisah dari gurun dingin yang ada di luar, karena angin dingin yang berhembus di Bulan Iblis tidak mungkin berhembus sampai ke wilayah ini.     

"Mungkin ini sebabnya tempat ini disebut Tanah Api …" kata wanita yang berambut emas sambil melihat sekeliling tempat ini dengan penasaran. "Aku tidak menyangka ada tempat yang begitu menarik seperti ini di Wilayah Selatan."     

Setelah berinteraksi dengan anggota Si Kapak Besi selama 1 minggu, Thuram mulai mengenal mereka sedikit demi sedikit. Contohnya, wanita yang berambut emas ini bernama Andrea. Keahlian memanah yang dimiliki Andrea setara dengan keahlian pemburu yang paling berpengalaman di Negara Pasir. Sudah jelas Andrea pasti akan ikut berpartisipasi dalam duel suci yang akan datang bersama Lady Ashes yang sangat kuat.     

"Tempat yang sangat menarik, katamu?" kata Ashes sambil mengerutkan bibirnya. "Aku merasa tempat ini seperti kapal uap, di mana setiap orang bisa berubah menjadi 'makanan matang' hanya dalam 2 hari."     

"Aku tidak terkejut jika kamu berkata begitu." sahut Andrea sambil mengangkat bahu. "Seseorang yang tidak memiliki selera dan gaya tentu saja tidak bisa menghargai suasana di sini."     

"Apa kamu butuh handuk? Kamu tidak terlihat penuh gaya dengan semua keringat yang menempel di keningmu." balas Ashes.     

"Pergi sana!" hardik Andrea.     

Thuram merasa ia berpandangan sama dengan Andrea. Bagi Thuram, tempat paling indah di Wilayah Selatan bukanlah Oasis Sungai Perak tempat Klan Mojin tinggal, tetapi sebaliknya, tempat yang paling menarik adalah Tanah Api yang menyemburkan nyala api serta Tanjung tak Berujung. Meskipun tempat-tempat ini penuh bahaya, tempat-tempat ini juga melambangkan kekuatan besar dan merupakan tempat tinggal para dewa, karena itu adalah sumber kepercayaan rakyat Negara Pasir. Tempat-tempat ini digunakan untuk memperjuangkan status dan kekuasaan, dan merupakan tempat klan menunjukkan keberanian dan keuletan mereka kepada bumi ini. Tempat ini juga digunakan untuk memberikan persembahan kepada dewa laut, dengan harapan bahwa dewa laut akan memberkati klan dan menyuntikkan lebih banyak kehidupan ke dalam Sungai Perak sehingga oasis baru dapat terbentuk di padang pasir.     

Medan di Tanah Api agak landai ke bawah, dengan sedikit tonjolan tanah ke atas di bagian tengahnya. Bentuknya seperti cekungan yang terbalik, dan ukurannya bisa menampung beberapa Kota Pasir Besi. Kobaran api yang terus mengamuk telah menyebabkan pasir yang ada di sekitarnya mengeras dan menyatu, sehingga berjalan di atas pasir itu terasa seolah-olah berjalan ke istana yang terbuat dari batu bata.     

Di kedua sisi trotoar yang lebar dan kokoh ada jurang yang dalam dan gelap. Api yang ada di bawah tanah menyembur keluar dari jurang ini dan terus memanggang bumi. Yang paling mencengangkan adalah warnanya, setiap orang yang pertama kali berjalan ke tanah yang suci ini, pasti akan terpesona oleh warna-warni tanah yang indah. Dimulai dari jurang, tanah yang ada di masing-masing sisi menampilkan berbagai warna merah, yang menjadi lebih gelap ketika orang mendekati permukaan tanahnya. Bermacam-macam warna ini mirip dengan batu karbon yang telah terbakar sampai berwarna merah terang dan mengalami pendinginan secara terus-menerus.     

Namun, begitu daun-daun jatuh ke tanah, warnanya tiba-tiba berubah menjadi warna cerah, sehingga pasirnya tampak seperti bertabur dengan lapisan batu giok hijau yang berkilauan. Benda-benda seperti kaca, yang diciptakan melalui peleburan dan rekristalisasi batu kerikil, memantulkan cahaya yang menyilaukan di bawah kobaran cahaya api.     

Di atas itu, ada warna abadi dari tempat itu, yaitu warna cahaya api yang mengamuk yang berwarna oranye kemerahan. Belasan pilar api menyembur keluar dari dalam jurang seolah-olah menyambut kedatangan penantang baru, apinya menyembur mengelilingi dataran tinggi di bagian tengah, yang berfungsi sebagai tempat paling penting di Tanah Api, tempat Duel Suci.     

Di sini, nuansa merah dan hijau bercampur, dan dilengkapi dengan Minyak Hitam di bawah tanah dan bukit pasir keemasan yang berada jauh di sana. Sekilas, sepertinya semua warna gurun berkumpul di tempat ini. Jika Bulan Iblis sedang tidak berlangsung, orang bahkan bisa melihat sinar matahari menembus melalui asap tebal di langit. Hanya Tanjung tak Berujung yang ada di bawah air, yang juga menderu dengan api, yang bisa dibandingkan dengan pemandangan yang luar biasa ini.     

"Aku setuju, tempat ini benar-benar indah … tetapi tempat ini akan lebih baik jika tidak ada pertengkaran dan pertumpahan darah," Majikan baru Thuram yang juga merupakan Putri Osha, Nona Bulan Perak, tiba-tiba berbicara. "Seperti yang dikatakan Yang Mulia Roland, jika hanya sebagai tempat yang memiliki pemandangan indah, tempat ini akan sangat terkenal …."     

"Sebagai Taman Alam Nasional?" saran Si Burung Kolibri.     

"Benar. Itulah yang dikatakan Yang Mulia setelah ia memeriksa pemukiman iblis yang ada di belakang pegunungan salju." jawab Gema, si Bulan Perak.     

"Tentu saja pantas bagi seorang raja untuk berpikir sama seperti aku." kata Andrea sambil mengangkat dagunya.     

"Ayolah, apakah kamu benar-benar pernah melihat tempat dimaksud Yang Mulia?" ejek Ashes.     

"Tidak masalah jika aku belum pernah melihat tempat itu karena aku memiliki daya imajinasi yang baik. Dari kata-kata Yang Mulia saja, aku bisa membayangkan itu adalah sebuah tempat yang memiliki pemandangan yang sangat indah. Tentu saja, orang dengan pengalaman terbatas seperti kamu tentu tidak akan mengerti."     

"Hei, awas kamu!" seru Ashes dengan geram.     

Kapan pun Si Kapak Besi atau nona-nona cantik ini berbicara, mereka selalu saja menyebut nama Raja Graycastle. Thuram sangat penasaran, orang seperti apa Roland Wimbledon itu, mengapa orang-orang Negara Pasir dan nona-nona ini sangat mempercayai beliau, terutama nona-nona cantik ini. Thuram pernah mendengar komentar para pedagang keliling bahwa nona-nona cantik yang dipuja oleh Klan Mojin ini sebenarnya adalah orang-orang jahat yang diburu oleh gereja di Empat Kerajaan. Namun, menilai dari cara mereka berbicara tentang raja Grayscastle, banyak hal yang sangat berbeda dari yang dikatakan para pedagang itu.     

Ketika rombongan itu naik ke atas dataran yang lebih tinggi, para prajurit Klan Pemotong Tulang yang sudah menunggu sejak lama mulai membuat suara berdesis, sementara klan lainnya memandang rombongan itu dengan tatapan menghina. Sudah jelas kekuatan besar pasukan bangsa Negara Pasir membuat mereka cukup ketakutan. Belakangan Thuram baru mengetahui bahwa Istana Batu tempat kepala suku Klan Cambuk Besi tinggal, sudah runtuh di tengah ledakan peperangan, yang menyebabkan Rubaka binasa bersama kerabat dan pasukannya. Dengan demikian 6 klan besar Negara Pasir kini sudah berkurang menjadi 5 klan, dan untuk waktu yang lama, kehilangan ini tidak dapat digantikan oleh siapa pun.     

Namun, pembalasan dendam adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari rakyat Negara Pasir. Pertikaian darah antara Klan Cambuk Besi dan klan Osha bukanlah sebuah rahasia. Dan karena tidak ada prajurit dari klan yang berbeda yang pernah menginvasi Kota Pasir Besi, rencana Nona Bulan Perak untuk membalas dendam tampaknya sudah sempurna. Dengan demikian, klan lain hanya bisa menonton pertempuran ini, atau tetap bersikap acuh tak acuh.     

Yang tidak mereka ketahui adalah bahwa kali ini, tujuan klan Osha melebihi bayangan semua orang. Thuram berpikir, "Klan Pemotong Tulang hanyalah permulaan. Setiap klan yang hadir akan ditantang untuk berduel dengan Klan Osha cepat atau lambat. Mereka harus mencoba bertahan sebaik mungkin atau mereka akan dihancurkan oleh Nona Bulan Perak."     

Kepala Klan Amukan Api, yang melayani sebagai wasit duel suci, berjalan di depan para hadirin dan mengumumkan, "Pemimpin Klan Osha dipersilahkan untuk maju."     

Si Bulan Perak menghela napas dalam-dalam, ia maju selangkah, dan berkata, "Akulah orangnya."     

Kepala Klan Amukan Api mengangguk dan melanjutkan, "Bagus. Ini bukan pertama kalinya Anda berpartisipasi dalam Duel Suci, dengan demikian aku berharap Anda sudah mengetahui aturannya. Klan Pemotong Tulang akan mengirimkan 22 orang prajuritnya dalam duel ini. Anda dapat mulai memilih senjata untuk digunakan prajurit Anda. Sementara janji yang telah Anda buat untuk Tiga Dewa tidak boleh dilanggar, Anda diizinkan untuk menyerah atau mundur kapan saja. Jika tidak, orang terakhir yang masih berdiri akan dinyatakan sebagai pemenangnya, dan diberikan hak untuk memasuki Kota Pasir Besi. Duel Suci akan dimulai ketika kedua belah pihak sudah siap."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.