Bebaskan Penyihir Itu

Pertempuran Berdarah



Pertempuran Berdarah

0Ini adalah pertama kalinya Ashes menyiapkan serangan semacam ini sejak Lorgar berubah wujud sepenuhnya.     
0

Lorgar juga tidak mundur dan ia mencondongkan tubuh ke arah Ashes. Kali ini Lorgar menyadari bahwa serangannya tidak lagi berdampak terhadap Ashes, dan bahkan dengan berbagai macam serangan lain, ia tidak bisa memojokkan Ashes lagi. Gerakan Lorgar selalu sedikit lebih lambat dari Ashes. Awalnya Lorgar bisa memukul Ashes, tetapi sekarang Lorgar hanya bisa merobek ujung jubah Ashes.     

Dan seringkali, Lorgar bahkan tidak bisa mengenai apa pun.     

Setelah bertarung sejenak, Lorgar berpikir ia harus menggunakan taktik lain yang lebih kuat. Ketika cakar kanannya tidak berhasil, Lorgar harus menggunakan sisa kekuatannya untuk memutar tubuhnya, dan menggunakan ekornya yang kuat untuk menyerang Ashes. Taktik ini memungkinkan Lorgar untuk langsung memenuhi setengah arena duel dalam jangkauan serangannya. Bahkan jika Ashes cepat berdiri, mustahil ia bisa mundur sepenuhnya, kecuali ia tidak punya niat sejak awal untuk mendekat. Ekor yang memiliki kekuatan seperti cambuk besi ini dapat dengan mudah mengoyak daging manusia, dan sebagian besar luka yang ada di tubuh Ashes tercipta karena gerakan serangan ini.     

Namun, momen yang diharapkan Lorgar tidak kunjung tiba.     

Suara riuh dari tempat penonton terdengar.     

"Oh tidak!" pikir Lorgar.     

Lorgar tiba-tiba memiliki firasat buruk dan pada saat yang sama, ia melihat sosok yang terbang dari atas di sudut matanya.     

"Apa Ashes … bisa terbang?"     

Semua penonton yang menyaksikan menatap ke atas dengan mata terbelalak. Mereka melihat Ashes melayang di atas wanita serigala yang setengah kepala lebih tinggi darinya, dan ia mendarat langsung di atas kepala Lorgar!     

Serangan ekor memang memiliki jangkauan yang luas, namun serangan semacam itu hanya bisa berfungsi untuk serangan jarak dekat. Akan sangat sulit bagi kebanyakan orang untuk melompati jarak yang begitu jauh seperti yang dilakukan Ashes. Karena mudah bagi lawan untuk menebak titik pendaratan yang mengarah ke serangan berikutnya yang tidak terhindarkan, hanya sedikit orang yang bisa melakukan taktik serangan itu.     

Sayangnya, setelah Lorgar memutar tubuhnya untuk melakukan serangan ekor, bagian ekornya menjadi zona buta.     

Ashes tidak lagi memilih untuk menunjukkan belas kasihannya kali ini, tetapi ia melepaskan tinjunya ke arah mata Lorgar, dan menyebabkan bola mata itu pecah secara tiba-tiba. Darah memercik dan membasahi lebih dari separuh tubuh Lorgar, dan rasa sakit yang hebat menyebabkan Lorgar berteriak dengan suara serak. Bahkan meski tubuh dapat menanggung serangan itu, organ-organ lunak seperti mata tetap merupakan bagian yang sangat rapuh. Setelah kehilangan sebelah matanya, situasi duel dengan cepat berbalik menguntungkan Ashes.     

Namun, tepat ketika Ashes berusaha menarik tinjunya kembali dan memberikan lawannya kesempatan untuk menyerah, ia melihat mata Lorgar tertutup dan tangan kanannya memegangi luka di matanya itu. Sementara itu, cakar raksasa melesat ke arah Ashes. Bahkan meski cakar ini berhasil melukai Ashes, serangan itu juga akan meningkatkan rasa sakit di mata Lorgar.     

Lorgar telah menunjukkan bahwa ia bertekad untuk terus bertarung.     

Dalam kondisi normal, meski dalam wujud serigala gurun raksasa seperti ini Lorgar tidak akan bisa mengalahkan Penyihir Luar Biasa, tetapi ia hanya bisa memperlambat sedikit gerakan Ashes. Tetapi pada saat kritis seperti ini, bahkan menghirup napas saja bisa jadi sangat fatal bagi Ashes.     

Ashes tahu betul ia tidak bisa lagi menghindari serangan Lorgar, jadi ia tidak ragu dan ia mengangkat lengan yang satunya untuk menghadapi serangan Lorgar secara langsung.     

Ashes sepertinya bisa mendengar suara tulangnya yang patah yang disebabkan oleh benturan yang luar biasa tadi.     

Ashes memuntahkan darah segar dari mulutnya.     

Ini mungkin pertama kalinya Ashes benar-benar terkena pukulan telak sejak duel dimulai.     

Ketika Lorgar dan Ashes berjauhan, Ashes menyadari bahwa lengan kirinya telah tertekuk menjadi bentuk yang aneh.     

"Groaaaaa…!"     

Lorgar meraung keras dan ia bergegas menuju Ashes dengan moncong yang terbuka lebar, siap untuk menggigit Ashes.     

Daripada bergerak mundur, Ashes malah berguling ke depan. Ashes lolos dari gigitan Lorgar dan ia masuk ke bawah zona buta di bawah leher Lorgar. Kemudian dengan satu tangan yang bertumpu di tanah, Ashes menendang kedua kaki depan Lorgar dengan sangat keras.     

Diiringi dengan suara keras, kaki depan itu patah seperti pintu yang terlipat. Dan pada titik ini, wanita serigala yang kini berkaki tiga itu hampir kehilangan kemampuannya untuk menyerang kembali.     

"Lorgar, itu sudah cukup!" teriak Guelz, Ketua Klan Api Liar.     

"Tidak, aku masih bisa bertarung!" Lorgar menjawab dengan napas terengah-engah. "Situasi Ashes tidak jauh lebih baik dariku. Aku hanya perlu bertahan sebentar lagi … aku harus bertahan sebentar lagi dan semuanya akan baik-baik saja!"     

Ashes menjilat noda darah dari sudut mulutnya, dan ia tertawa.     

Lorgar benar, kondisi Ashes sendiri memang tidak terlalu bagus. Pukulan keras itu telah menyebabkan seluruh tubuh Ashes sakit dan organ-organ dalamnya terasa seperti bergeser posisi dan lengannya yang patah terkulai lemah di sampingnya. Ashes tampak sama menyedihkannya dengan serigala raksasa bermata satu yang berdiri dengan tiga kaki.     

Namun, manusia masih bisa bergerak dengan dua kaki, tetapi serigala tidak bisa. Ditambah dengan kehilangan satu matanya, penglihatan yang terbatas akan semakin membatasi serangan Lorgar. Jika wanita serigala itu tidak bisa mengenai musuh secara telak, maka menjadi besar dan kuat tidak akan ada artinya. Inilah yang Ashes pelajari dari pengalamannya ketika ia bertarung dengan prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan.     

Hal lain yang bisa dipastikan adalah, sekarang Ashes sudah menjadi jauh lebih kuat daripada 1 tahun yang lalu.     

Hal itu terbukti ketika Ashes menerima benturan yang sangat keras itu. Ashes jelas bisa merasakan kekuatan sihir di tubuhnya mengalir lebih cepat dari sebelumnya, dan waktu sepertinya melambat dalam sekejap. Ashes bahkan bisa melihat dengan jelas cakar Lorgar yang terus menyerang ke arahnya. Dan sebagian besar kekuatan sihir berkumpul di lengan bawahnya, jadi kini Ashes memiliki kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.     

Jika di masa lalu, serangan keras itu tidak hanya akan mematahkan lengannya yang digunakan sebagai penangkis, tetapi juga akan mematahkan tulang rusuk dan organ dalam Ashes.     

Tetapi sekarang, Ashes hanya merasa kesakitan dan bukan mati rasa atau kelelahan.     

Apakah ini yang Agatha maksudkan dengan perasaan antara hidup dan mati?     

Ashes merasa seolah-olah ia sedang berdiri di depan sebuah pintu yang tebal.     

Jika Lorgar dapat mengendalikan sebagian kekuatan sihirnya untuk menggerakkan sebagian tubuhnya sendiri, dapatkah Penyihir Luar Biasa menerapkan metode yang sama setiap kali menyerang dengan kekuatan di luar batas kemampuannya sendiri?     

Ini mungkin akan menjadi latihan yang bagus.     

Tentu saja, hal yang terpenting sekarang adalah menyelesaikan duel ini.     

"Jika aku menghancurkan mata Lorgar yang satunya, ia tidak akan punya pilihan selain mengakui kekalahannya, bukan begitu?" pikir Ashes.     

Lagi pula, dengan bantuan obat herbal Daun, Lorgar akan tetap hidup. Selama Lorgar mau pergi ke Wilayah Barat, Nana bisa menyembuhkan semua luka Lorgar seperti semula.     

Ashes menarik napas dalam-dalam dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.     

Lorgar juga bersiap dalam posisi menyerang dan ia memperlihatkan taringnya pada saat yang bersamaan.     

Ashes dan Lorgar sama-sama mengetahui bahwa pukulan yang berikutnya akan menjadi pukulan terakhir bagi kedua belah pihak, tidak peduli apa pun hasilnya. Hanya akan ada 1 orang yang berdiri di arena duel ini.     

Suasana yang penuh tekanan mempengaruhi semua penonton dan seluruh tempat itu hening, yang terdengar hanyalah suara pohon yang terbakar.     

Tepat ketika Ashes hendak bergerak, tiba-tiba terdengar teriakan Gema. "Awas, di atas kepalamu!"     

Ashes dengan cepat mendongak ke atas dan ia melihat ada seekor monster besar bergegas turun dengan sayap lebar yang lebih besar dari panggung arena duel. Cakar monster itu seperti pisau yang terbuka, dan cakarnya setebal lengan orang dewasa. Ketika monster itu sudah semakin dekat ke tanah, Ashes bisa mendengar hembusan angin lewat sayap monster itu.     

Ashes melompat ke samping dengan segenap kekuatannya untuk menghindari serangan monster yang menukik itu.     

Dan dari sudut matanya, Ashes bisa melihat Lorgar juga sedang berusaha menghindari serangan monster itu. Tetapi karena kaki depannya patah, Lorgar tidak bisa menghindari serangan dan akhirnya ia terkena serangan telak monster itu.     

Diiringi suara berdebum yang keras, panggung arena duel itu hancur menjadi beberapa bagian seperti terkena hantaman meteor.     

Lorgar menjerit dengan lolongan yang memekakkan telinga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.