Bebaskan Penyihir Itu

Mengucapkan Selamat Tinggal



Mengucapkan Selamat Tinggal

0Sepanjang jalan, Lorgar menyaksikan klannya datang dan pergi sambil membawa kantung-kantung di punggung mereka, wajah sedih mereka menunjukkan rasa enggan yang jelas karena terpaksa meninggalkan rumah mereka.     
0

Karena peringkat klan mereka turun ke posisi ketiga, mereka akan diberikan rumah-rumah yang jauh lebih kecil di Istana Batu. Nasib akan lebih buruk lagi bagi orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk tinggal di Istana Batu. Mereka akan dipindahkan ke sebuah perkemahan yang ada di luar jalan utama. Meskipun perkemahan itu masih berada di Kota Pasir Besi, perkemahan itu masih tidak senyaman jika dibandingkan dengan daerah pusat kota.     

Lagipula, klan-klan besar di Istana Batu sudah menguasai bagian-bagian tertentu dari wilayah di sekitar danau dan oasis.     

Lorgar mengingat ekspresi mereka di benaknya dan menyimpannya di dalam hati.     

Ketika penjaga yang ditempatkan di luar kamar tidur ayahnya melihat kedatangan Lorgar, ia tidak bisa menahan senyumnya. "Putri, anda sudah pulih!"     

"Benar, aku sudah pulih seperti sedia kala," sahut Lorgar sambil bercanda. "Apakah ayahku ada di ruangannya?"     

"Ketua selalu berada di ruangannya, namun …" penjaga itu tampak ragu-ragu. "Ketua tidak sedang sendiri saat ini."     

Lorgar sudah menduga siapa tamu-tamu itu sehingga ia tidak perlu bertanya lagi.     

Saat itulah Lorgar mendengar ada suara-suara perdebatan dari balik pintu yang tertutup.     

"Kupikir kita sudah sepakat dalam hal ini. Klanmu akan mengosongkan sayap utama Istana Batu dalam 3 hari. Jadi, mengapa kalian masih ada di sini?" seseorang bertanya dengan suara keras. "Apakah kamu ingin melanggar sumpah Tiga Dewa?"     

"Jaga sikapmu, Kabucha!" balas suara yang lain. Kalau Lorgar tidak salah dengar, suara itu milik kakak laki-lakinya yang bernama Rohan. "Sekarang setelah kamu mengalahkan Klan Sungai Hitam, kamu harus menyuruh mereka mengosongkan tempat mereka terlebih dahulu, jadi kami bisa pindah ke sana. Kami tidak bisa berbagi ruangan dengan mereka saat mereka masih berduka karena kekalahan mereka, mereka masih memajang kain linen putih di dinding."     

"Kamu bisa mengirim orang-orangmu untuk menurunkan kain linen itu. Ketua kami menginginkan hasil, bukan alasanmu." seru Kabucha.     

"Dasar kau …!"     

"Ha, karena klanmu sudah kalah dalam duel suci, kamu tidak perlu bertingkah sombong. Ketuamu saja masih belum bicara apa-apa dan kamu malah berani mengkritik kami? Menyingkirlah dan diam saja!"     

Orang-orang lainnya mulai bergabung, "Benar, terima hasilnya atau kami akan mengalahkan kalian lagi!"     

"Bang!"     

Tidak lama kemudian, terdengar suara hunusan pedang.     

Tepat ketika penjaga di luar ruangan mengeluarkan senjatanya untuk bergabung dalam pertarungan di dalam, Lorgar menghentikan penjaga itu.     

"Serahkan saja padaku." kata Lorgar.     

"Tetapi …" penjaga itu bergumam untuk berdebat dengan Lorgar. Namun, setelah penjaga itu melihat tatapan Lorgar, ia menundukkan kepalanya dan menjawab, "Aku mengerti, Putri."     

Lorgar membuka pintu itu dan melangkah masuk, wajahnya tampak masam.     

Para prajurit Klan Ombak Deras berdiri sambil menyilangkan tangan, itu adalah tanda menantang, mereka mengabaikan pisau tajam yang ada di dekat tenggorokan mereka, sebab mereka yakin Klan Api Liar tidak akan berani mengayunkan senjata mereka.     

Para prajurit Klan Ombak Deras telah menebak dengan benar. Baik Rohan maupun para penjaga, mereka hanya berani mengancam, dan hal ini membuat Klan Api Liar terlihat lemah.     

Guelz, Ketua Klan Api Liar duduk di belakang meja persegi dan matanya berkilat-kilat. Untuk sesaat, ruangan itu hening.     

"Simpan senjata kalian."     

Suara Lorgar memecah ketegangan di ruangan itu.     

Guelz tersenyum, "Akhirnya, kamu sudah sadar, putriku."     

"Adik, kamu … tidak, maksudku … ini hebat!" Rohan tergagap dengan tatapan tidak percaya ketika Lorgar berjalan mendekati mereka. Awalnya, Lorgar tidak bisa membaca ekspresi di wajah kakaknya. Lorgar tidak tahu apakah Rohan terkejut atau apa.     

Lorgar tiba-tiba menyadari bahwa ayahnya masih belum memberi tahu siapa pun tentang jati dirinya sebagai seorang penyihir. Hanya ayahnya dan mereka yang telah merawat Lorgar yang mengetahui jati dirinya, sisanya masih tetap tidak tahu apa-apa.     

Kakak Lorgar saja terkejut, apalagi para prajurit Klan Ombak Deras.     

"Lo … Lorgar? Bukankah kamu … terluka parah selama Duel Suci?"     

"Tidak mungkin! Aku jelas melihat dengan mataku sendiri bahwa kaki Lorgar telah hancur dan berlumuran darah, saat ia dibawa keluar dari arena duel!"     

"Apa yang kulihat ini … telinga dan ekor serigala?"     

"Wanita ini monster!"     

Lorgar, yang tampak tidak terganggu dengan hinaan itu, berjalan menuju para prajurit Klan Ombak Deras, yang jelas merasa gusar selagi mereka terus berdebat sendiri, "Bagaimana pun, Klan Api Liar telah menyerah selama duel di Panggung Pembakaran, hal ini juga disaksikan oleh Tiga Dewa! Kalian tetap harus menunggu 6 bulan sebelum tantangan berikutnya."     

Aturan tentang peserta yang menyerah tidak diizinkan untuk menantang pemenang sebelum 6 bulan berlalu dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap klan yang menyerah yang telah dikenal dan diterima penduduk di seluruh Negara Pasir.     

"Kami tentu akan menerima hasilnya, sama seperti kami percaya pada Tiga Dewa." Lorgar memberikan jawaban yang menghilangkan ketegangan di antara mereka, namun sayangnya, ketenangan itu tidak bertahan lama. Apa yang Lorgar katakan selanjutnya membuat ruangan itu tegang lagi, "Jadi … siapa itu Kabucha?"     

"Akulah yang bernama Kabucha!" kepala prajurit Klan Ombak Deras itu melangkah maju. "Sekarang karena kamu telah berjanji untuk menghormati hasilnya, segeralah pindah. Kalian bukan lagi klan terkuat di sini. Apakah kalian benar-benar masih ingin bertahan terus di istana ini?"     

Lorgar menjawab dengan mengayunkan tinju kanannya yang mengarah ke wajah Kabucha.     

Kabucha memang seorang pejuang yang hebat, meski demikian, ia tidak akan bisa mengalahkan cakar serigala yang langsung muncul di depan wajahnya. Kabucha tidak sempat melihat serangan itu, tubuhnya terlempar keluar pintu, dan mendarat di luar ruangan.     

"Kamu …" prajurit lain Klan Ombak Deras memelototi Lorgar, namun, tidak ada dari mereka yang berani melancarkan serangan kepadanya.     

"Meskipun Klan Api Liar kini turun ke posisi ketiga, martabat Kepala Klan Api Liar tidak bisa diremehkan begitu saja. Beraninya kalian begitu kurang ajar?" kata Lorgar. "Terimalah pukulan itu sebagai pelajaran dan keluar kalian semua dari sini!"     

Saat Lorgar memasuki ruangan itu, situasinya sudah berubah. Menaklukkan Klan Sungai Hitam telah memberikan kontribusi pada sebagian besar pasukan Klan Ombak Deras, sehingga mereka tidak takut akan duel suci atau kemungkinan tantangan pribadi dari klan lain, mereka yakin mereka bisa mengalahkan Klan Api Liar. Tetapi, ketika Putri Lorgar dari Klan Api Liar muncul di hadapan mereka, kepercayaan diri mereka langsung sirna. Mereka harus mengakui, bahkan jika Klan Api Liar memutuskan untuk tidak berduel dengan mereka dalam 6 bulan, mereka tetap tidak akan mampu mengalahkan wanita serigala gurun raksasa itu, yang bisa menyelinap dan menyerang mereka setiap saat di masa depan.     

Hari pembalasan Klan Api Liar akan segera datang, karena Klan Ombak Deras telah sengaja menantang mereka sejak awal.     

Bagi penduduk Negara Pasir, balas dendam sama sakralnya dengan Duel Suci.     

Prajurit Klan Ombak Deras menggotong Kabucha yang wajahnya berdarah-darah dan mereka akhirnya pergi tanpa berkata apa-apa.     

"Ayah, sekarang setelah Lorgar sembuh, bisakah kita kembali menguasai Istana Batu ini dalam 6 bulan?" Rohan bertanya dengan semangat sambil mengepalkan tinjunya. "Atau mungkin ayah bisa bernegosiasi dengan kepala Klan Ombak Deras dan menyelamatkan klan kita agar kita tidak perlu pindah dari sini. Lagipula mereka tidak akan mendapat kesempatan memenangkan duel berikutnya, ketua Klan Ombak Deras pasti setuju untuk bernegosiasi dengan kita."     

"Ya, Pangeran kita benar," para penjaga itu dengan gembira.     

"Biar aku pergi sekarang dan aku akan menyuruh semua orang berhenti berkemas."     

"Oh ya, jangan lupa untuk mengusir anggota Klan Ombak Deras yang telah tinggal di istana kita."     

"Jangan lupa untuk menyuruh mereka membawa keluar barang-barang mereka."     

Ketiga pria itu mengoceh dengan riang gembira.     

Guelz terbatuk pelan dan memandang ke arah putrinya, "Apa yang ada dalam pikiranmu, putriku?"     

Suasana di ruangan itu kembali hening. Semua orang menolehkan pandangan mereka ke arah Lorgar dan menunggu jawabannya. Rohan ada di antara mereka, ia sedikit menggigit bibirnya, matanya tampak menerawang memandangi Lorgar.     

Lorgar nyaris tidak memperhatikan pertanyaan ayahnya. Lorgar menarik napas panjang dan berkata dengan suara yang jelas, "Ayah, aku ingin pergi dari sini dan aku ke sini untuk mengucapkan selamat tinggal padamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.