Bebaskan Penyihir Itu

Monster



Monster

0Tiba-tiba, pandangan Nightingale tidak lagi kabur.     
0

Melihat kejadian mengejutkan ini terjadi, serangan binatang iblis melambat dan bukannya menggila untuk mencoba mengepung Nightingale, mereka menolak untuk bergerak maju seolah-olah mereka takut pada Nightingale.     

Hibrida iblis ini ternyata takut melihat kemampuan Nightingale.     

Monster yang tergantung di atas gua menggerak-gerakkan tentakelnya dan meraung dengan marah, tetapi monster itu tidak bisa menakuti Nightingale. Satu-satunya monster yang masih mengikuti perintahnya adalah 3 monster berbentuk sabit. Mereka sekarang tidak berdaya dan tidak lagi bisa mengancam Nightingale. Garis pertahanan semua monster itu sekarang telah dihancurkan.     

Tidak ada musuh yang bisa menghentikan Nightingale.     

Nightingale mengumpulkan semua yang tersisa dari kekuatan sihirnya dan bergegas menuju pusat gua.     

Selagi mendekati pusat gua, Nightingale akhirnya mengerti apa yang dimaksud Fran dengan abnormal.     

Lawan Nightingale bukanlah seekor makhluk, melainkan semacam tumpukan organ-organ dalam yang terbuka. Monster itu tidak memiliki epidermis atau jaringan otot sementara usus vaskular, tentakel, dan organ yang bahkan tidak diketahui namanya semuanya bertumpuk, tampak tidak karuan dan mengerikan.     

Sudah jelas, melemparkan bahan peledak ini ke dalam mulut monster itu sepertinya tidak mungkin. Nightingale mengalihkan pandangannya ke arah gumpalan 'bakso' yang bergetar. Meskipun Nightingale tidak yakin apakah itu adalah organ vital monster itu atau tidak, 'bakso' itu setidaknya berada jauh lebih dalam dan memiliki cahaya sihir yang mengalir di bagian dalamnya. Nightingale rasa ledakan bahan peledak itu pasti akan menyebabkan banyak kerusakan di bagian dalam monster itu.     

Itu adalah rencana yang berisiko tinggi, tetapi Nightingale hanya punya 1 kesempatan.     

Pertarungan ini membutuhkan satu serangan yang fatal.     

Semakin Nightingale mendekati monster itu, semakin ia bisa merasakan ukuran monsternya. Usus dan isi perut yang bertumpukan itu tampak sebesar rumah, sedangkan organ-organ yang tertumpuk lainnya tampak seperti 'istana bertingkat'.     

Satu-satunya perbedaan adalah 'istana bertingkat' ini adalah sebuah makhluk hidup.     

Melihat bahwa monster sabit tidak bisa menghentikan Nightingale, monster itu mulai bergerak maju.     

Monster itu mengeluarkan beberapa tentakel dari dalam tubuhnya, untuk menghentikan Nightingale. Beberapa tentakelnya sekuat cambuk baja, yang bisa dengan mudah menghancurkan bebatuan di gua, tetapi tidak terlalu sulit untuk ditangani oleh Nightingale. Selama Nightingale bisa mengamati arah serangan tentakel ini sebelumnya, ia bisa menggunakan celah di antara tentakel-tentakel itu untuk menghindarinya. Caranya mirip dengan menembus 'dinding'.     

Beberapa tentakel yang mengandung kekuatan sihir dan bisa menggunakan kemampuan yang berbeda adalah masalah lain. Sinar-sinar sihir berwarna-warni itu tampak sangat mencolok di dalam Kabut yang berwarna hitam dan putih dan Nightingale jelas tidak ingin mengalami bagaimana rasanya terkena tentakel-tentakel itu, jadi ia menggunakan lampu senter untuk menghindari cahaya yang menyolok itu. Namun, cara ini akan sangat menguras kekuatan sihir Nightingale.     

Syukurlah, jarak antara monster itu dan Nightingale tidak terlalu jauh.     

Hanya beberapa saat berlalu sebelum Nightingale menginjak tubuh raksasa monster itu, yang meraung dengan marah, tetapi karena takut melukai dirinya sendiri, monster itu berhenti menyerang dengan sembrono dengan tentakelnya. Nightingale langsung merasa sangat lega. Nightingale tidak ragu-ragu untuk membuka ranselnya, ia mengeluarkan sebungkus bahan peledak, dan bergegas menuju ke arah gumpalan 'bakso' itu.     

Nightingale melakukan gerakan selanjutnya dengan cepat. Nightingale menarik sumbunya, memasukkan peledak berwarna hijau itu dan tas ranselnya ke dalam gumpalan 'bakso' itu, kemudian ia langsung masuk ke dalam Kabut dalam keadaan terbalik. Kemudian, Nightingale mendorong kedua kakinya dan menerjang ke arah danau bawah tanah seperti anak panah yang melesat ke bawah.     

Monster itu juga memperhatikan pergerakan Nightingale tetapi sepertinya monster itu tidak mengerti mengapa musuh berusaha keras untuk mendekat lalu pergi sesaat kemudian tanpa melakukan apa-apa. Sedangkan bagi monster itu, tas ransel yang diletakkan Nightingale tidak berbahaya sama sekali. Untuk sesaat, monster itu bahkan lupa untuk memindahkan tentakelnya untuk mengejar Nightingale yang melesat turun ke bawah.     

Tempat paling berbahaya di dalam Kabut adalah di udara. Tubuh Nightingale akan terkoyak jika ia sampai terkena beberapa siluet aliran udara ketika ia jatuh, jadi ia berhenti mengerahkan kemampuannya dan melambaikan tangan untuk mengucapkan selamat tinggal pada monster itu.     

Anehnya, pada saat itu, Nightingale malah teringat akan Roland.     

Setiap kali mereka menguji bubuk mesiu, Roland selalu memalingkan muka ke tempat pengujian dan mengatakan bahwa prajurit sejati tidak boleh melihat ke arah ledakan. Meskipun Agatha dan Nightingale akan memutar kedua bola mata mereka ke arah Roland, Yang Mulia tidak keberatan seolah-olah ia baru saja menyelesaikan ritual yang hanya dipahami oleh dirinya sendiri.     

Sambil teringat akan hal itu, Nightingale tidak bisa menahan senyumnya.     

Tetapi saat ini, Nightingale tidak ingin meniru kebiasaan Roland.     

Itu bukan tentang menjadi prajurit sejati atau bukan.     

Nightingale hanya ingin menyaksikan monster itu meledak dan hancur berkeping-keping.     

Segera setelah suara antara danau dan sungai bawah tanah terdengar, cahaya merah tiba-tiba menyala di langit-langit gua yang gelap.     

Di tempat di mana tidak pernah ada siang hari, sinar merah itu tampak seterang fajar. Kegelapan dengan cepat memudar, meninggalkan bayangan panjang dan untuk pertama kalinya, gelombang cahaya terang muncul di permukaan danau.     

Yang terjadi selanjutnya adalah suara ledakan yang bergemuruh.     

Tiba-tiba, seluruh gua itu bergetar!     

Nightingale bisa dengan jelas melihat, di antara kembang api yang menyilaukan, tubuh monster itu mengejang dan bergetar dengan hebat, seolah-olah monster itu sedang sangat menderita. Setengah dari 'Bulan Merah' yang menutupi kubah gua tiba-tiba menghilang dan beberapa organ-organ tubuh berhamburan seperti letusan gunung berapi. Sedangkan area yang terkena dekat dengan ledakan langsung terbakar, menghasilkan asap tebal dan gelap yang membumbung tinggi.     

Byurrr!     

Tubuh Nightingale jatuh ke danau bawah tanah.     

Dalam sekejap seluruh dunia menjadi sunyi, yang masih terdengar hanyalah suara detak jantung Nightingale.     

Air yang berputar dengan cepat membentuk lubang hitam tak berdasar di bawah tubuh Nightingale dan sepertinya airnya ingin menyeret tubuhnya ke dasar danau. Dalam menghadapi kekuatan alam seperti itu, setiap perjuangan untuk naik ke atas permukaan air akan sia-sia.     

Tetapi, untungnya, Nightingale sudah siap.     

Nightingale melepaskan sedikit kekuatan sihirnya yang masih tersisa untuk mengeluarkan Kabut dan ia menggunakan garis-garis putih yang berputar untuk naik ke permukaan air seolah-olah ia sedang 'naik tangga'.     

Pada titik ini, kekuatan sihir di tubuh Nightingale telah sepenuhnya terkuras habis dan efek setelah menggunakan kekuatan sihir yang berlebihan mulai muncul. Otak Nightingale diserang oleh rasa sakit yang hebat dan ia merasa pusing, anggota tubuhnya tidak bisa berhenti gemetaran, dan ia hampir tidak bisa mengendalikan tubuhnya lagi.     

Ketika Nightingale tengah berjuang untuk sampai ke tepi danau, ia tahu dirinya kehabisan tenaga. Sebelum Nightingale kehilangan kesadaran, ia melihat seekor cacing menerobos dinding dan sesosok bayangan keemasan terbang ke arahnya dengan tergesa-gesa.     

…     

"Nightingale … apakah ia baik-baik saja?" tanya Fran dengan cemas.     

"Tidak ada luka yang serius, Nightingale hanya kehabisan kekuatan sihirnya," Agatha memeriksa tubuh Nightingale dengan cepat kemudian ia menyerahkannya ke Penyihir Penghukuman Tuhan, "Bawalah Nightingale. Kita harus segera meninggalkan tempat ini."     

Ketika Nightingale pergi meninggalkan mereka, semua orang memutuskan bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan pergi menemuinya setelah ledakan dan memutuskan untuk membiarkan Fran yang memakan semua sisa perbekalan mereka. Meskipun mereka tidak yakin Nightingale bisa menemukan jalan keluar, ia masih bisa merangkak bersama mereka ke lokasi perkemahan.     

Tetapi mereka tidak menyangka ledakan itu begitu dahsyat. Ledakan itu tidak hanya menghentikan Cacing Pengangkut yang ada di dalam dinding gua, tetapi juga membuat sisa binatang iblis lainnya melarikan diri dari daerah itu.     

"Serahkan Nightingale padaku," Elena langsung menggendong Nightingale. Setelah menyaksikan pertempuran dengan monster itu, para penyihir Taquila menjadi lebih hormat kepada Nightingale.     

"Bukankah kita harus menghabisi monster itu?" kata Kilat sambil memandangi monster yang tengah sekarat itu, "Sepertinya monster itu masih belum mati."     

"Binatang iblis yang sedang sekarat adalah yang paling berbahaya dan kamu hanya bisa membawa satu pak bahan peledak paling banyak, jadi lebih baik kita tidak mengambil risiko ini," kata Agatha, "Pada saat Tentara Pertama telah berkumpul di sini, monster itu akan mati juga cepat atau lambat.     

"Uhm … baiklah," gadis kecil itu tampak ragu sebelum akhirnya ia mengangguk.     

Ketika semua orang sudah siap untuk pergi, monster itu tiba-tiba mengeluarkan raungan. Disertai dengan suara bergemuruh, danaunya tiba-tiba berubah.     

Di bawah nyala api yang berkilauan, sebuah tengkorak besar keluar dari dalam danau dan menuju ke bagian atas gua. Bahkan dalam aliran air danau yang begitu deras, tengkorak itu tetap bergerak dengan stabil.     

Monster itu melonggarkan tentakelnya yang menempel di puncak gua dan masuk ke dalam tengkorak itu. Tengkorak yang tenggelam tiba-tiba membuat air danau bergejolak ombak dan mendorong airnya ke pinggir danau. Bahkan sungai bawah tanah yang bergelombang mengalir mundur untuk sementara waktu. Tulang rusuk tengkorak itu mulai menutup, seolah membungkus monster itu ke dalam kemudian perlahan-lahan tengkoraknya tenggelam kembali ke danau. Begitu menyentuh air, api yang membakar monster itu padam dan berubah menjadi asap putih dan mengeluarkan bau daging hangus yang menyengat.     

Tepat sebelum monster itu lenyap ke dalam danau, semua orang melihat mata monster itu. Meskipun setengah dari bola matanya hilang, sisa mata yang masih ada menunjukkan sorot kebencian yang mendalam ke arah para penyihir.     

Beberapa saat kemudian, air danau yang berputar-putar seperti pusaran air menelan monster itu seolah-olah monster itu tidak pernah ada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.