Bebaskan Penyihir Itu

Secercah Harapan Dalam Kegelapan



Secercah Harapan Dalam Kegelapan

0Otto Luoxi terbangun karena mendengar suara keras.     
0

Otto berjuang untuk mengangkat kelopak matanya yang berat dan ia melihat sekelilingnya. Lilin di kandil sudah terbakar habis sampai ke dasarnya, dan sisa nyala api yang tersisa tidak cukup untuk menerangi ruangan sel Otto yang gelap.     

Otto tidak bisa mengetahui waktu malam dan siang di sel bawah tanah ini, dan lilin menjadi satu-satunya alat penentu waktu yang bisa ia gunakan. Para penjaga akan mengganti lilin setiap enam jam sekali ketika mereka datang untuk membawakan Otto makanan.     

Tetapi itu baru awalnya.     

Sekarang para penjaga itu jarang datang, baik untuk membawakan lilin atau makanan. Kadang-kadang, Otto terbangun karena kelaparan dan ia menemukan bahwa selnya masih gelap.     

Sudah berapa lama Otto dikurung di sini? Otto menekan dan menggoyang-goyangkan keningnya, ia berusaha mengeluarkan sisa-sisa energi yang tersisa. Tidak mendapatkan sinar matahari yang berkepanjangan telah membuat Otto menjadi kuyu, dan terbangun di lingkungan yang sunyi dan gelap gulita membuatnya merasa tak berdaya dan ditinggalkan. Seolah-olah dunia sudah melupakan Otto.     

Tapi Otto harus terus bertahan.     

Karena nasib seluruh keluarga Luoxi kini berada di tangan Appen.     

Otto menyandarkan tubuhnya yang lemah, ia turun dari tempat tidur dan berjalan tertatih-tatih ke jeruji selnya. Selain memberikan makanan dan mengisi kendi airnya, Otto juga berharap para penjaga dapat memberinya sebuah pisau cukur. Jenggot Otto yang panjang dan belum dicukur sudah lama menutupi pipinya, dan serpihan-serpihan sisa makanan dan minyak sering tersangkut di dalam jenggotnya. Seiring waktu, wajah Otto mulai berbau seperti kulit jeruk yang membusuk. Jika para penjaga itu merasa khawatir bahwa pisau cukur itu bisa menjadi sebuah senjata, Otto tidak keberatan jika para penjaga itu yang mencukur jenggotnya.     

Lagi pula, Otto masih seorang bangsawan, dan permintaan untuk merawat diri seharusnya bukan sebuah permintaan yang berlebihan atau tidak masuk akal.     

Kemudian Otto mendengar suara orang yang sedang bercakap-cakap di luar jeruji besi.     

"Apa yang dipikirkan orang-orang itu? Orang yang dipenjara di sini adalah putra sulung keluarga Luoxi!"     

Orang-orang yang sedang berbicara itu tidak berusaha memelankan suara mereka, seolah-olah mereka tidak keberatan kalau percakapan mereka terdengar oleh Otto.     

"Lelucon dan bahan ejekan … bukankah itu yang dilakukan oleh para badut?"     

"Apakah mereka sudah gila? Biasanya, jika para pemain akrobat ini berani menyinggung putra Earl, aku takut mereka akan dibunuh keesokan harinya. Mereka tidak lebih dari sekelompok gembel yang hidupnya terus mengembara!"     

"Yah, itu adalah saat-saat di mana semuanya masih berjalan normal. Saat itu, putra sulung Keluarga Luoxi belum ditahan di penjara bawah tanah. Sekarang Yang Mulia Appen suka melihat orang-orang ini tampil. Tanpa persetujuan Raja Fajar, aku pikir para pemain akrobat itu tentu tidak akan berani melakukan hal-hal seperti itu."     

"Pui, itu hanya omong kosong."     

"Aku hanya mengatakan pendapatku. Kamu tidak harus percaya pada ucapanku, meski kamu tidak percaya sekali pun, apa yang bisa kamu lakukan? Apakah kamu mau menukar makan malammu dengan putra sulung keluarga Luoxi di dalam sel?"     

"Huh, lupakan saja. Ini hanya sedikit air liur. Otto Luoxi tidak akan mati hanya karena makan air liur ini." Kemudian suara kunci yang bergemerincing terdengar oleh Otto.     

"Benar, dan jika ini yang ingin Yang Mulia Appen lihat, bukankah para pemain akrobat itu hanya mencari-cari masalah sendiri? Silahkan saja mereka berbuat begitu. Aku masih harus mengambil nampan makanan."     

Gerbang besi itu mengeluarkan suara berderit yang melengking, dan kepala penjara berjalan masuk sambil memegang sebuah nampan makanan.     

"Oh, Tuanku, anda sudah bangun?" Kepala penjara itu sedikit terkejut melihat Otto yang sudah bersandar di jeruji selnya, tetapi kepala penjara itu buru-buru menyembunyikan ekspresinya yang canggung. "Baiklah kalau begitu, sebaiknya anda segera menyantap makan malam hari ini sekarang. Aku akan mengganti lilinnya besok. Kepala pelayan lupa mengirimkan lilin yang baru."     

Otto tidak menjawab. Otto tiba-tiba merasa hatinya penuh dengan kesedihan dan ia bahkan lupa untuk meminta pisau cukur. Meskipun pembicaraan antara kedua orang itu bisa dibilang cukup singkat, Otto bisa mengetahui inti pembicaraan itu. Badut rombongan sirkus kebetulan menabrak salah satu pria yang bertanggung jawab untuk mengantarkan makanan Otto, dan orang itu meludah ke dalam makanan Otto untuk menyenangkan hati raja Appen Moya.     

Rasa malu membuat pipi Otto terasa panas seolah-olah ia sedang dipanggang di dalam oven.     

Sipir penjara tidak peduli dengan reaksi Otto dan dengan cepat ia mengganti nampan makan malamnya sebelum pergi. Meskipun sel Otto sudah didekorasi seperti kamar seorang Adipati, perasaan tertindas yang Otto rasakan tidak tertahankan, dan tidak ada orang yang mau diperlakukan seperti itu.     

Ketika langkah kaki kedua penjaga itu sudah tidak terdengar lagi, kesunyian sekali lagi menyelimuti Otto.     

Pada saat itu, Otto ingin berteriak sekeras-kerasnya, ia ingin mengutuk kepala penjara karena kelalaiannya dalam bertugas, dan ia juga ingin mencela Appen karena ketidakpeduliannya … namun Otto tidak melakukan semua itu.     

Karena jika Otto melakukan semua itu, hal itu tidak akan ada artinya, sipir pertama malah akan semakin menunda waktu penggantian makanan dan lilin di selnya, sementara sipir kedua mungkin akan dengan senang hati membiarkan Otto jatuh ke dalam perangkap Appen Moya.     

Sedangkan makan malam yang digunakan untuk mempermalukan Otto itu, ia tidak bernapsu untuk menyentuhnya.     

Otto bertanya-tanya apakah ia telah melakukan tindakan yang benar.     

Saat Otto hendak kembali ke tempat tidur, seluruh tubuhnya tiba-tiba mulai bergetar. Dari sudut matanya, bubur gandum itu mulai berubah warna menjadi semangkuk air berwarna hitam!     

Otto Luoxi menggosok-gosok kedua matanya, ia bergerak perlahan mendekati piring itu, dan dengan hati-hati ia mengangkat mangkuk bubur gandumnya.     

Itu bukan ilusi, juga bukan bayangan api lilin yang bergoyang. Bubur gandum itu telah berubah warna menjadi hitam, seperti warna tinta yang pekat.     

Tiba-tiba, sebuah pemikiran terlintas di benak Otto.     

Kelompok akrobat, badut, trik … apakah semua ini diatur oleh orang itu?     

"Yorko bilang kamu hanya pemain akrobat biasa. Apakah itu benar? Bagaimana kamu bisa mengenal Yang Mulia Roland?"     

"Itu hanya kebetulan. Alasan Yang Mulia memilihku mungkin karena penampilan akrobatikku tidak buruk."     

"Oh, bisakah kamu menunjukkan kemampuan akrobatmu itu?"     

"Baiklah, aku akan melakukan trik yang paling sederhana dari seorang pencuri yang meludahkan tinta."     

Otto menatap kosong ke arah bubur gandum itu sejenak, dan tiba-tiba ia memasukkan jarinya ke dalam mangkuk itu! Setelah meraba-raba sebentar, Otto bisa merasakan ada sesuatu yang kasar di ujung jarinya.     

"Bagaimana … bagaimana ini bisa terjadi? Mengapa bubur ini tiba-tiba berubah warna?"     

"Prosesnya masih belum selesai. Lihatlah kain sutra ini. Apa kamu bisa melihat bahwa tidak ada apa-apa di atas kain ini? Sekarang aku akan menaruh kain ini di air agar kain itu basah, kemudian aku akan menggunakan api untuk mengeringkannya. Coba tebak apa yang akan terjadi selanjutnya?"     

"Tidak ada apa-apa, bukan … eh, tunggu dulu, itu … apa itu sebuah tulisan?"     

"Bisakah kamu melihat apa yang tertulis di sana?"     

"Coba kulihat, apakah itu … namamu?"     

"Kamu benar, namaku adalah Hill Fawkes."     

Otto dengan pelan membenamkan kedua jarinya dan mengambil benda kasar itu, dan perlahan-lahan ia menarik benda itu keluar dari bubur gandum. Bentuk benda itu tampak nyaris transparan, dan Otto tidak bisa memastikan apakah benda itu sudah larut ke dalam bubur gandum. Kain sutra itu hanya bisa dirasakan dengan jari-jari Otto.     

Otto menahan napas, ia berjalan dengan cepat ke dekat tempat lilin, dan membuka kainnya sedikit.     

Bekas air yang berwarna hitam mulai memudar, sedangkan cahaya lilin mulai bergoyang.     

"Ayo cepat … cepat … cepat … cepatlah." Hati Otto berdebar-debar dengan cemas. Cahaya lilin yang bergoyang sepertinya datang dari segala arah, dan seolah-olah kain sutra hitam yang dipegang Otto adalah satu-satunya cahaya yang ada seluruh dunia.     

Pada saat sebuah tulisan muncul, lilinnya langsung padam tidak lama kemudian.     

Kegelapan meliputi seluruh ruangan penjara bawah tanah itu.     

Otto tidak bisa menahan tawanya.     

Otto menahan bahunya yang gemetaran dan ia memasukkan kain itu ke dalam mulutnya. Lalu Otto merangkak kembali ke jeruji selnya dan mulai memakan bubur gandumnya.     

Perasaan yang hangat menyebar melalui tenggorokan dan perut Otto, dan mengisi seluruh tubuhnya dengan kekuatan yang baru. Namun, dibandingkan dengan bubur gandum itu, hati Otto terasa lebih hangat.     

Selagi Otto memakan bubur gandumnya diam-diam, air mata mengalir dari sudut matanya.     

Penantian Otto akhirnya berakhir juga.     

Hanya ada beberapa kata yang tertulis di kain itu. Tulisan itu ditulis dengan tulisan tangan yang indah dan memberi Otto sebuah perasaan nostalgia yang berasal dari masa kecilnya.     

"Jangan takut. Aku datang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.